"Kok masih disini, Na?" pertanyaan dari Dokter Mira membuatku mengalihkan perhatianku dari layar ponsel. "Nggak dijemput lagi sama Pacarmu si Abang loreng yang punggungnya pelukable itu?" Dokter Mira bukan orang pertama yang menanyakan hal ini padaku, mulai dari staff Rumah Sakit hingga rekan dokter baruku disini tak hentinya menanyakan kenapa aku pulang sendirian. Sejak pertama kali aku bekerja, Raflilah yang dipercaya Ayah untuk mengantar dan menjemputku, jikapun dia sedang ada urusan penting di Batalyon, seorang Serda bernama Yoseph yang merupakan kepercayaannyalah yang dimintanya untuk menjemputku. Kehadirannya yang nyaris tak pernah absen dan juga lamaran antimainstreamnya di Bandara waktu itu membuat semua orang langsung menganggap jika Rafli benar kekasihku. Rafli memang licik,