Plak!
Tamparan itu mengema di dengar di dalam ruangan tengah keluarga Pramudia. Nyonya Pramudia menatap anaknya dengan tatapan marah, dan melihat pada anak perempuannya yang baru saja ditampar oleh dirinya.
“Kau sungguh berani sekali mabuk di dalam rumah ini!” ucap Nyonya Pramudia menatap tajam dan tidak suka dengan anaknya yang melakukan hal seperti itu. Kalau saja perbuatan anaknya ini dilihat oleh orang lain, maka orang akan menuduh dirinya tidak bisa mendidik anaknya dengan baik. Padahal keluarga mereka ini adalah keluarga terpandang tidak bisa melihat hal seperti ini.
“Kau tahu apa yang kau lakukan?” tanya Nyonya Pramudia.
Gaby mendengarnya mengangguk, iya, dia tahu apa yang dilakukan oleh dirinya. Dia telah salah. Maafkan dirinya. “Iya, Ma. Gaby minta maaf. Gaby patah hati Ma. Gaby tidak mau diputuskan. Gaby dan dia sudah berjanji untuk menikah, tapi dia memutuskan hubungan kami. Padahal Gaby tidak memiliki salah.” Ucap Gaby menatap pada ibunya.
Nyonya Pramudia mendengar apa yang dikatakan oleh anaknya langsung berdecak. Kenapa anaknya ini sangat bodoh sekali dan sampai tergila-gila pada seorang lelaki. Lelaki di dunia ini bukan hanya pria itu saja. Banyak lelaki di dunia ini, dan Gaby bisa memilih yang mana. Dia akan mencari jodoh untuk anaknya.
“Kau bodoh atau apa? Lelaki di dunia ini bukan hanya pria itu. Masih banyak lelaki di dunia ini, kau bisa memilih mau yang mana nantinya. Mama akan mencari lelaki yang pantas untuk kamu. Sudah! Tidak usah menangis lagi!” ucap Nyonya Pramudia melarang anaknya untuk menangis lagi.
Gaby mendengar itu menangis, danb terisak melihat ke arah ibunya, bagaimana mungkin ibunya dengan tenang berbicara seperti itu. Padahal Gaby hanya mau dengan pria itu, bukan pria yang lain. Gaby hanya mau dengan kekasihnya itu.
“Ma! Gaby tidak mau dengan pria lain. Gaby hanya mau dengannya! Mama harusnya ngerti dengan apa yang Gaby mau!” ucapnya menatap pada ibunya, berharap ibunya ini mengerti dengan apa yang dimau oleh dirinya.
Nyonya Pramudia menatap tajam. “Terus apa yang mau kamu harapkan sama dia? Kamu mengharapkan kalau dia akan mengajak kamu untuk kembali bersamanya? Sadar! Dia sudah memutuskan hubungannya dengan kamu! Yang mana dia tidak akan pernah kembali sama kamu. Kamu harus membuktikan kalau kamu itu bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik disbanding dia. Mama nggak mau tahu, kamu harus menerima perjodohan itu nanti. Mama akan mencari calon yang pas untuk kamu, dan pastinya dia dari keluarga kaya raya. Tidak ada yang Namanya di keluarga kita harus menikah dengan orang miskin!” ucap Nyonya Pramudia.
Varisa mendengar itu mengepalkan tangannya. Orang miskin? Apa salahnya dengan orang miskin, mereka juga manusia dan memiliki hati. Orang miskin bukanlah orang hina, keluarga ini saja memandang orang miskin adalah orang hina.
Mata Govinno menatap pada Varisa yang terdiam dengan menatap ke depan. Govinno berdeham. “Ma, kalau Gaby tidak mau dijodohkan, tidak usah menjodohkan dia. Mama lihat sendiri, bagaimana Gaby menolak dirinya dijodohkan dan dia mencintai lelaki itu. Bisa saja pacarnya itu hanya mau tes Gaby saja, Gaby serius atau tidak dengannya.” Ucap Govinno, tidak tega melihat adiknya yang seperti itu.
Gaby mendengarnya menatap kakaknya dengan senyuman manisnya. Dia menangis memeluk kakaknya. Hanya kakaknya saja yang mengerti dirinya sekarang, dan keluarganya yang lain tidak mengerti tentang perasaannya yang memang hanya untuk pria itu. Bukan orang lain. “Terima kasih Bang. Gaby tidak mau dijodohkan! Gaby mencintai pria itu!” ucap Gaby menatap ibunya dengan tatapan lantangnya.
Nyonya Pramudia mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya mendengkus, dia tidak tahu kaalu anaknya ini akan sangat keras kepala sekali, dan apa katanya dia mencintai pria itu. Pria yang telah mencampakkan anaknya. Dia tidak akan setuju dengan hubungan anaknya dengan pria itu kembali. Dia akan memisahkan mereka. Karena dia akan memilih jodoh yang pas untuk anaknya dan tentunya dari kelaurga yang setara dxengan mereka.
“Kau tidak akan pernah bisa bersama dengannya. Kau Harus mendengar apa yang Mama katakan!” ucap Nyonya Pramudia menatap tajam pada putrinya yang menatapnya dengan tangisan yang membuat Govinno mendengarnya merasa sakit, dan dia tidak bisa melihat adiknya yang menangis seperti ini sekarang.
“Ma! Sudah cukup! Jangan paksa Gaby, lagian dia tidak mau dijodohkan. Govinno sudah mau dijodohkan itu sudah cukup untuk Mama. Dan memang Govinno sudah mulai mencintai Mona.”
Perkataan Govinno membuat Varisa yang mendengar itu menatap terkejut pada Govinno. Dia mulai mencintai Mona. Varisa menggeleng pelan, tidak akan menerima hal seperti ini. Lebih baik dia pergi dari sinis saja. Tidak sanggup mendengar hal lainnya. Sangat sakit sekali ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno yang bilang mencintai Mona.
Apa dirinya? Apakah Govinno tidak melihat pada dirinya sekarang, dia sangat mencintai pria itu. Kenapa dia harus mencintai Wanita lain. Yang dijodohkan dengannya. Varisa masuk ke dalam kamar dan menangis tersendu melihat pada meja rias yang ada di depannya sekarang. Varisa mengeluarkan sebuah cincin. Cincin yang tidak pernah dia pakai selama di sini. Varisa menangis.
“Hiks. Janjimu mana? Kau bilang kau mencintainya! Kau tidak boleh mencintainya, kau hanya boleh mencintai diriku!” ucap Varisa menatap tajam ke depan dan dia menyeringai setelahanya. Varisa mengeluarkan botol yang lainnya. Dia menatap nama Mona di botol itu. Tulisan yang hanya dimengerti oleh dirinya. Dia tidak akan membiarkan yang Namanya menjadi kebahagiaan dirinya direngut oleh Wanita lain yang baru hadir di dalam hidupnya Govinno.
Govinno hanya miliknya. Tidak akan pernah ada rasa Ikhlas di dalam diri Varisa ketika mengetahui Govinno yang akan menikah dengan orang lain. Varisa membaca sesuatu dan menusuk boneka di tangannya penuh kemarah. Varisa tertawa kecil dan setelahnya dia menyimpan boneka itu dengan cepat ketika merasakan pintu kamarnya terbuka.
“Tuan, anda perlu sesuatu?” tanya Varisa lembut pada Govinno.
Govinno mendengar apa yang ditanyakan oleh Varisa mengangguk. Matanya menatap pada Varisa yang seperti menangis tadi. Namun dia tidak berniat bertanya apa penyebab Wanita itu menangis.
“Saya mau kopi.” Govinno pergi dari dalam kamar Varisa setelah mengatakan itu. Varisa mendengarnya menghapus air matanya, kembali melihat pada laci yang ada di depannya. Varisa mengunci laci itu.
***
Mona yang ada di lokasi syuting sekarang berteriak kesakitan membuat semua kru di sana menghampiri Mona dan menatap khawatir pada Mona yang kesakitan dan tidak tahu apa penyebab gadis itu kesakitan seperti ini dan terus berteriak mengatakan sakit. Sambil memegang dadanya yang terasa sesak dan sakit.