***
Sebuah tamparan keras diterima oleh Maevea ketika dia kembali ke kediamannya. Orangtuanya telah menerima keluhan dari Liam tentang yang terjadi di perjamuan hari ini.
Maevea sudah siap menghadapi orangtuanya, dan dia tahu bahwa dia akan disambut dengan tamparan dari sang ayah.
"Berani sekali kau mempermalukan Liam di depan banyak orang, Eve!" Artur Collins, ayah Maevea menatap Maevea dengan tajam. Pria itu benar-benar marah saat ini. Dia telah berkali-kali mengatakan pada Maevea untuk tidak pernah membuat Liam marah.
Maevea menyentuh pipinya yang terasa seperti terbakar. Dia tidak akan mengatakan apapun untuk membela diri karena dia tahu semakin dia membela diri maka ayahnya akan semakin marah.
"Cepat pergi ke kediaman Gilloti dan meminta maaf pada Liam!" seru Artur dengan nada kasar.
Maevea menarik napas dalam lalu kemudian menghembuskannya. Dia sangat ingin menanyakan pada ayahnya apakah perusahaan jauh lebih penting darinya, tapi dia tidak berani menanyakan itu karena dia bisa menebak jawabannya. Perusahaan adalah yang terpenting bagi ayahnya, itulah kenapa ayahnya bisa mengorbankan dirinya untuk kelangsungan kerajaan bisnis ayahnya.
"Aku akan pergi meminta maaf, tapi tidak malam ini. Besok akan ada makan malam bersama dengan keluarga Gilloti, jadi aku akan meminta maaf pada Liam di makan malam itu." Maevea berkata dengan tenang, tidak memperlihatkan rasa sakit yang dia derita saat ini.
"Sebaiknya kau tidak membuat masalah lagi nanti!" Artur memperingati Maevea.
"Aku mengerti, Ayah."
"Pergi ke kamarmu sekarang juga dan renungkan kesalahanmu!"
"Ya, Ayah." Maevea kemudian melangkah pergi, meninggalkan ayahnya dan juga ibunya yang hanya diam saja melihatnya dimarahi.
Maevea benar-benar sudah terbiasa dengan sikap orangtuanya, dan dia hampir mati rasa karenanya. Sejak kecil dia selalu diatur oleh orangtuanya, harus menjadi wanita kalangan atas yang elegan dan sempurna.
Dia tidak pernah diajarkan untuk berbisnis, sebaliknya dia diarahkan untuk mempelajari tentang piano, biola, berkuda dan hal-hal lain yang dikuasai oleh wanita dari kalangan atas.
Maevea tidak pernah memberontak sama sekali, dia mengikuti semua kata-kata orangtuanya karena tidak ingin membuat marah orangtuanya.
Salah satu hal baik yang disyukuri oleh Maevea tentang orangtuanya adalah mereka tidak pernah melarang Maevea untuk menjadi seorang pelukis. Ketika Maevea mengambil jurusan seni di universitas terbaik di ibu kota, orangtuanya mendukungnya. Hal itu dikarenakan bukan karena orangtuanya melihat bakat melukisnya, tapi orangtuanya memiliki pandangan bahwa menjadi seorang seniman tidak akan menghasilkan apa pun.
Wanita ditakdirkan untuk menjadi ibu rumah tangga, dan itu ditanamkan dalam keluarga Collins secara turun temurun. Dengan profesi Maevea sebagai pelukis yang dianggap tidak menjanjikan maka itu akan mempermudah Maevea untuk menjadi ibu rumah tangga biasa.
Maevea masuk ke dalam kamarnya yang didominasi dengan warna putih. Di dinding terdapat beberapa lukisan yang dilukis sendiri oleh Maevea.
Lelah. Maevea melepaskan semua pakaiannya, pergi ke kamar mandi lalu membiarkan air membasahi tubuhnya. Dia ingin berteriak atas ketidakadilan yang dia rasakan saat ini, tapi dia menahannya, bahkan dia tidak mengeluarkan air mata sama sekali.
Selama dua tahun ini dia telah dipermalukan oleh Liam. Dia mendapatkan penghinaan dari orang-orang di sekitarnya, tapi malam ini dia yang disuruh oleh ayahnya untuk meminta maaf pada Liam. Bukankah Liam memang pantas mendapatkan sebuah tamparan dan sebuah tendangan?
Dia bahkan masih terlalu baik pada Liam, seharusnya dia menghajar pria itu sampai sekarat karena telah membuatnya menjadi bahan tertawaan orang lain.
Maevea tahu bahwa Liam sedang membalas dendam padanya, karena di masa lalu ketika mereka berada di sekolah yang sama, dia pernah menolak Liam yang menyatakan cinta padanya.
Saat itu Maevea tidak memikirkan tentang berhubungan dengan lawan jenis karena dia lebih tertarik pada pendidikan. Selain itu Maevea telah menanamkan dalam dirinya bahwa dia tidak akan memiliki hubungan romantis dengan lawan jenis karena dalam kehidupan orang-orang kelas atas cinta tidak pernah menjadi prioritas, mereka lebih mementingkan untung dan rugi.
Maevea tidak ingin ditentang oleh orangtuanya, dia juga tidak ingin berada dalam situasi yang rumit oleh sebab itu dia menolak semua pria yang mendekatinya, tidak hanya Liam. Dan tidak lama setelah itu dia mengetahui bahwa ternyata Liam dan teman-temannya menjadikannya taruhan. Maevea merasa bahwa dia benar-benar telah mengambil keputusan yang tepat, meski sebenarnya dia sedikit menyesali keputusannya menolak Liam karena Liam adalah pria paling populer di sekolahnya.
Namun, Liam sangat sakit hati. Pria itu mulai membencinya dan menganggapnya sebagai musuh ketika mereka berhadapan. Pria seperti Liam jelas akan memusuhinya karena penolakannya telah membuat Liam kalah dalam taruhan. Selain itu Maevea yakin bahwa tidak pernah ada yang menolak pria itu sebelumnya.
Maevea tidak pernah memikirkan tentang Liam yang membencinya, tapi dia tidak mengira sama sekali bahwa pada akhirnya dia masih harus berurusan dengan Liam dalam sebuah perjodohan.
Maevea sudah menebak bahwa hubungannya dengan Liam tidak akan berjalan dengan lancar, dia menunggu Liam untuk menolak perjodohan, tapi sayangnya Liam menerima perjodohan itu. Dan Maevea tahu bahwa itu bukan sesuatu yang baik.
Seperti dugaan Maevea, Liam menerima perjodohan itu hanya untuk menghina dan menginjak-injaknya, membalas dendam dengan terus mempermalukannya. Liam mencoba membuktikan pada semua orang bahwa pada akhirnya Maevea Collins yang berlutut di kakinya.
Di tempat lain saat ini Liam sedang duduk di sofa dalam kamarnya wajah pria itu masih tampak marah karena apa yang telah dilakukan oleh Maevea terhadapnya. Sebelumnya pria itu telah melakukan pemeriksaan, dia tidak ingin mengalami impoten. Dia adalah calon penerus keluarga Gilloti, akan sangat mengerikan jika dia tidak bisa memiliki keturunan.
Ponsel Liam berdering, dia melihatnya dengan malas lalu kemudian menjawab panggilan itu.
"Jika Maevea tidak datang ke sini untuk meminta maaf, jangan berharap keluarga Gilloti akan membantu keluarga Collins lagi!" Liam mengeluarkan ancaman yang serius. Dia tahu bahwa itu adalah satu-satunya senjata agar Artur mengikuti kata-katanya.
"Eve akan datang untuk meminta maaf padamu, Liam. Dia akan melakukannya di depan semua keluargamu besok malam."
Liam tidak ingin mendengar kata-kata Artur lagi jadi dia segera memutuskan panggilan itu.
"Maevea, aku pasti akan membuatmu membayar mahal apa yang sudah kau lakukan padaku!" Liam meremas ponselnya dengan kuat. Ini adalah kedua kalinya dia dipermalukan oleh Maevea di depan umum, pertama penolakan wanita itu ketika mereka masih remaja, dan hari ini.
Besok malam Liam akan membuat Maevea meminta maaf padanya sambil berlutut, dia tidak akan pernah membiarkan Maevea pergi dengan mudah. Dia bisa melakukan hal itu karena dia tahu bahwa Maevea pasti akan mengikuti semua kata-katanya karena tekanan dari orangtuanya.
Di tempat lain saat ini seorang pria sedang memberikan informasi pada pria lainnya.
"Tuan Liam ditampar dan ditendang di selangkangannya oleh Nona Maevea di acara perjamuan beberapa saat lalu, Tuan Rael."
Pria yang bernama Rael itu mengernyitkan alisnya. Dia tidak menyangka jika Maevea yang tampak penurut bisa mengambil tindakan seperti itu.
"Dia memang pantas mendapatkannya." Rael mengomentari singkat. Dia tidak begitu memedulikan hubungan Liam dan Maevea, tapi dia mengetahui bahwa Liam telah mempermalukan Maevea hampir di setiap kesempatan. Dan selama dua tahun ini dia tidak pernah mendapatkan informasi bahwa Maevea si kelinci penurut melakukan perlawanan terhadap Liam.
Mungkin hari ini kelinci penurut itu telah menjadi kelinci liar dan menunjukan cakar tajamnya. Dia pikir seharusnya Liam tidak hanya menerima tamparan dan tendangan satu kali saja, harusnya Maevea melakukannya berkali-kali.
Liam Gilloti adalah keponakannya, tapi mereka tidak memiliki hubungan yang cukup baik karena perebutan kekuasaan dalam keluarga Gilloti.
Rael adalah putra sah dalam keluarga Gilloti sementara Lara, ibu Liam merupakan anak tidak sah ayahnya. Ayah Rael tidak mengkhianati istrinya ketika mereka menikah. Ayah Rael memiliki mantan kekasih di masa lalu, dan tanpa pria itu sadari ternyata mereka memiliki anak bersama.
Wanita itu mengantar Lara pada ayahnya karena dia tidak bisa membesarkan Lara lagi, selain itu dia juga sedang berjuang melawan penyakit, pada akhirnya wanita itu meninggal dan Lara dirawat oleh ayahnya serta ibu tirinya.
Lara dan Rael terlibat dalam perebutan kekuasaan, tapi sudah menjadi aturan dalam keluarga Gilloti bahwa hanya penerus dari istri sah yang akan mendapatkan hak sebagai penerus.
Dan hal inilah yang membuat Lara tidak pernah menyukai Rael. Mereka memiliki ayah yang sama, tapi Rael mendapatkan semua hak istimewa sementara dia tidak.
Di depan ayah dan ibunya, Lara tidak akan bersuara atau merasa keberatan, tapi wanita itu telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan dari tangan Liam.
Namun, sampai sejauh ini Lara belum pernah mencoba membunuh Liam karena dia tahu jika dia tertangkap oleh ayahnya maka dia akan kehilangan segalanya.
Seperti Lara, Liam juga membenci Rael karena pamannya itu terlalu berkuasa di dalam keluarga Gilloti. Liam berpikir seharusnya ibunyalah yang menjadi penerus dengan begitu kekuasaan akan jatuh ke tangannya.
Liam juga membenci aura Rael yang terlalu mendominasi, dia juga memiliki darah Gilloti, tapi dia tidak tampak seperti pamannya yang tampak seperti bangsawan sejati.
Setiap kali Liam berada di dekat pamannya, dia akan diingatkan bahwa dia memiliki darah rakyat jelata di dalam tubuhnya yang dia dapatkan dari neneknya.
Sampai kapan pun dia tidak akan pernah bisa menjadi seperti pamannya yang memiliki darah murni dari kalangan atas.
Sedangkan Rael, dia tidak begitu memedulikan keponakannya yang tidak memiliki kemampuan sebagus dirinya.
tbc