BAB 7. Makan Malam Pembawa Bencana

2036 Kata
Kemarin Dewi meminta bertemu karena dia ingin meminta bantuan Lisa perihal memilih hadiah untuk Dimas yang akan berulang tahun. Menurut Dewi selera Lisa selalu bagus karena itu dia selalu mempercayakan untuk pemilihan hadiah pada Lisa. “Regarta tidur yah?” Dewi bertanya. Lisa mengangguk. “Yahh padahal pengen ciumin, kangen banget.” Desah Dewi kecewa. Tujuan utama Dewi datang selain untuk meminta Lisa memilihkan hadiah yang sudah wanita itu persiapkan filenya di tablet yang dia bawa adalah untuk menciumi Regarta dengan sesuka hati sampai ayahnya mengamuk. Sayang sekali anak Lisa yang menurut Dewi sangat menggemaskan itu malah sedang tidur. “Kalau minggu main dong onty, jangan kerja mulu.” Kekeh Lisa geli. “Minggu besok aku ada kerjaan di luar kota, padahal pengen ngajak kamu sama Regarta jalan.” Ucap Dewi lagi. “Lagi sibuk banget yah? Kayaknya lagi musim sibuk yah? Adrian juga sibuk banget belakangan ini.” Ucap Lisa menanggapi. “Iya kalau perusahaan aku memang lagi sibuk banget sih Lis, akhir bulan nanti baru agak longgar waktu aku.” Balas Dewi kemudian menyodorkan tablet miliknya pada Lisa. “Ini bagus deh , yang hitam.” Ucap Lisa mulai menentukan pilihan. Keduanya kemudian terlibat pemilihan hadiah yang cukup serius hingga Adrian keluar dari kamar selepas mandi dan menuju dapur. “Loh kamu siapa?” Suara Adrian terdengar oleh lisa dan Dewi sehingga keduanya menoleh. “Ah iya aku belum kenalin ke kamu yah mas? Itu Bulan mas, ART baru.” Ucap Lisa memberitahu. Dewi memperhatikan saja. “Ohh gitu, salam kenal.” Ucap Adrian seperlunya. Kemudian dia kembali menuju kulkas dan mengambil air dingin dari sana. Bulan sendiri tidak banyak berbicara, dia hanya mengangguk sopan dan setelah itu kembali ke kamarnya karena dia baru akan mulai bekerja besok. “Mukanya ngeselinnn.” Cibir Dewi ketika Adrian lewat tanpa menyapa. “Lo yang ngeselin.” Balas Adrian ketus membuat Dewi tertawa. “Gue cantik gini di bilang ngeselin.” “Lo kenapa harus datang sekarang sih? Ganggu aja.” Ketus Adrian lagi dan akhirnya Dewi memahami arti dari tawa membahana Dika tadi. “Ahh sorry Yan, lagian anak lo masih kecil bikiin anak mulu.” Ujar Dewi lagi dengan raut wajah meledek tapi Adrian tidak peduli yang wajahnya memerah pasti Lisa. “Beirik lo!” Ucap Adrian kesal tapi Dewi malah semakin tertawa. Kemudian Adrian masuk ke kamar Regarta ketika mendengar celotehan putranya itu bersama Dika. Dan membiarkan istrinya menyelesaikan urusannya dengan Dewi. “Btw Sekertaris Adrian baru yah/” Lisa menoleh dan perasaanya kembali buruk diingatkan tentang wanita yang belakangan ini selalu menjadi pemicu pertengkarannya dengan Adrian. Dan melihat desahan Lisa, Dewi tahu ada yang tidak beres. “Iya, kok kamu tahu?” “Ketemu Lina di Rumah Sakit waktu ke tempat kerja Alvin. Sama denger-denger aja sih dari beberapa orang deket. Belum sempet ketemu sih karena aku belum ada rencana ke kantor Adrian.” Balas Dewi dan Lisa mengangguk saja. Tidak ingin membahas lebih jauh, karena baginya masalah rumah tangganya tidak ingin dia bagi ke orang luar. “Namanya Sabrina.” Ucap Lisa memberitahu. “Sabrina? Nyebelin yah Lis?” Tanya wanita itu lagi. “Ya kaya gitu lah, cantik, sexy, pintar.” “Kamu jauh lebih cantik, pintar, baik, dan penyayang. Jangan suka memuji orang lain dengan ekspresi seolah-olah kamu di bawahhnya. Kalau Adrian sampai tergoda sama dia, kamu tinggal dandan cantik, pakai baju kaya yang aku ajarin dulu itu, posting foto di sosial media aku jamin bakalan banyak cowok yang komen dan bikin Adrian kebakaran Jenggot. Inget lisa jadi perempuan jangan—” “Lemah.” Potong Lisa sambil tersenyum geli. “nah itu pinter, kita memang harus berbakti sama suami tapi kalau dia salah ya bales lah. Enak aja kita nahan-nahan sendirian dia Cuma modal maaf doang beres.” Tambah Dewi lagi. Lisa tertawa. Sahabatnya yang satu ini memang paling berani di dunia menurutnya. Karena itu Dewi tidak bisa di tindas. Hanya Dimas satu-satunya orang yang bisa menindasnya. “Tapi nggak ada masalah kan? Dia nggak ganggu kamu?” Dewi bertanya sekali lagi untuk memastikan. “Enggak kok, kamu tenang aja.” Balas Lisa berbohong. “Syukurlah kalau gitu, pokoknya kamu jangan lengah Lis. Suami kamu itu kaya Lis, keren, mapan, pasti banyak yang gatel di luar sana.” “Iya, iya, aku nggak akan lengah kok.” Jawab Lisa dengan senyuman. Keduanya kemudian kembali ke topik utama tentang pemilihan hadiah. Dewi sempat bermain dengan Regarta sebentar sebelum kemudian berpamitan pulang. Dika sendiri sudah masuk kemarnya. Lisa tersenyum melihat Regarta sedang tertawa kegelian karena di goda Adrian. Pemandangan seperti ini sangat sulit di temukan bebrapa minggu ini karena Adrian terlalu sibuk. Tapi Lisa bersyukur karena amsih bisa melihatnya, sebab sebelumnya diantara konfliknya dengan Adrian yang kian memans, Lisa sempat berpikir untuk berpisah dengan laki-laki itu. Sekarang dia merasa bodoh. “Kanu siap-siap sana!” Ucap Adrian. “Siap-siap?” “Iya kita jadi keluar sekarang, kencan bertiga sama Rega yah?” Balas Adrian kemudian menciumi Regarta bertubi-tubi dan membuat bayi menggemaskan itu kegelian. “Ohh iya, oke aku mandi dulu sebentar.” Balas Lisa antusias kemudian segera masuk ke kamarnya dan berganti baju. Semenjak memiliki Regarta, Lisa memang lebih suka mengenakan baju yang nyaman seperti celana panjang bahan dan atasan saja. Itu karena nanti dia juga harus menggendong Regarta dan kesana kemari menuruti kemauan bayi aktif itu. “Ayok aku udah siap.” Ucap Lisa setelah selesai mengenakan sneakers miliknya. Dalam urusan sepatu, Lisa juga memilih yang lebih nyaman. Lagipula selama ini Adrian juga tidak pernah keberatan dengan penampilan Lisa. “Oke boss, ayok jagoan ayah pakai sepatu dulu.” Balas Adrian sambil memakaikan sepatu mungil milik Rega. Anak kecil itu terus berceloteh dengan bahasa bayinya membuat adrian gemas. Lisa yang melihat itu tersenyum bahagia. Melihat suaminya berinteraksi sedekat ini dengan putranya merupakan pemandangan yang paling indah di dunia dalam versinya. “Sini Rega sama Bunda! Ayah mau bawa mobil.” Ucap Lisa mulai mengambil alih Regarta ke dalam gendongannya dan mereka kemudian melaju menuju sebuah restoran favorit Lisa yang sebelumnya sudah Adrian pesan melalui aplikasi. Sepanjang perjalanan penuh dengan canda tawa dan nyanyian lagu anak-anak. Sesuatu yang akhirnya Lisa temukan lagi setelah pertengkaran mereka. Hal kecil sederhanya yang selalu menyenangkan untuk Lisa. Apalagi mendengar celotehan Regarta yang terlihat begitu bahagia. “Kita sudah sampai yeayyy.” Ucap adrian bersorak diikuti Regarta dengan menggemaskan. Mereka kemudian turun dari mobil dan Adrian mengambil alih Regarta. “Aku aja yang gendong Rega, lagian kamu habis sakit kan?” Lisa tersenyum sambil menyerahkan putranya pada Adrian. Sikap Adrian yang ini juga beberapa hari ini sangat Lisa rindukan. Mungkinkah beberapa hari ini sebenarnya Adrian hanya sibuk saja dan entah kenapa Lisa merasa dia sedikit keterlaluan tentang kemarahannya kemarin. “Mau makan apa sayang?” Adrian bertanya setelah mereka duduk dengan nyaman. “Kaya biasa aja, lagi kangen menu itu soalnya.” Balas Lisa senang. Adrian tersenyum melihat istrinya terlihat bahagia, sekaligus merasa bersalah juga karena belakangan ini terlalu sibuk dan kurang memperhatikannya. “Rega mau es krim?” Adrian bertanya sambil menggoda putranya itu. “Belum boleh mas, baru mendingan.” Lisa memperingatkan. Adrian lalu menoleh. “Oh iya aku lupa.” Kekehnya. “Jagoan ayah kan habis sakit yah? Gemes banget sih pipinya minta di cium terus.” Ucap Adrian gemas. “Rega beliin bubur aja kali yah mas? Biasanya suka yang ayam.” Lisa bertanya. “Iya sayang, kamu juga suka kan? Nanti pesen buat di bungkus juga sekalian.” Balas Adrian. Setelah itu pelayan datang dan mencatat pesanan mereka. Tidak lama kemudian makana datang dan mereka makan malamm dengan lahap, sambil sesekali membicarakan hal yang tidak penting tapi menyenangkan. Reagarta juga berceloteh membuat suasana semakin menyenangkan. “Sama bunda dulu yah sayang, ayah mau ke kamar mandi sebentar.” Ucap Adrian kemudian menyerahkan Regarta pada Lisa. “Jangan lama yah ayah,” Ucap Lisa menirukan suara Regarta. “Iya sayang.” Adrian tersenyum kemudian melangkah menuju kamar mandi. Lisa sendiri kembali mengajak Regarta bercanda sampai anak kecil menggemaskan itu terkikik geli. Tapi kemudian perhatian Lisa tertuju pada ponsel yang Adrian tinggalkan di meja. Ada pesan masuk dan sekalipun tidak membukanya, Lisa bisa membaca. Itu dari Sabrina, perempuan itu menanyakan perihal makan malam dan tawaran di bawakan sarapan. Lisa benar-benar kesal di buatnya. Tidak lama kemudian Adrian datang dan duduk kembali di tempatnya. “Sekertaris kamu ngechat tuh, nggak sengaja di baca. Nanyai kamu udah makan malam apa belum sama nanyain besok mau di bawain sarapan apa enggak.” Ucap Lisa dengan nada yang mulai tidak terdengar ramah. “Biarin aja.” Balas Adrian tidak ingin memancing keributan. Kemudian sebuah chat datang lagi, dan Lisa juga masih bisa membacanya. “Kamu lagi makan malam sama istri kamu yah?” Kira-kira seperti itu pesan yang sempat Lisa tangkap sebelum Adrian mengambil ponselnya, melihatnya sebentar tapi tidak membalasanya. “Kenapa nggak di balas?” Lisa bertanya lagi. “Bukan masalah pekerjaan jadi nggak perlu aku balas.” Jawab Adrian lagi. Tapi Lisa sudah terlanjur kesal sekalipun hanya membaca chat seperti itu saja. “Loh Adrian?” Suara seseorang membuat Lisa tidak jadi mengucapkan kalimatnya lagi. Ada seorang laki-laki paruh baya yang terlihat mesra dengan seorang wanita di sebelahnya menghampiri adrian. “Pak Leo, sedang makan juga di sini?” Adrian menjawab dengan ramah. Melihat dari stylenya, Lisa menduga bahwa laki-laki itu adalah rekan bisnis Adrian. “Iya, kebetulan istri lagi pengen makan bubur ayam di sini.” Jawab beliau sambil tersenyum ramah. Kemudian pandangannya mengarah ke arahku. “Loh kamu nggak sama istri kamu? Lagi nggak ikut kah/” Pertanyaan dari laki-laki bernama Leo ini langsung menusuk ke dalam jantung Lisa. Jadi selama ini Adrian mengakui siapa sebagai istrinya? Pertanyaan itu mulai membuat kepala Lisa panas. “PaK leo, wahhh kebetulan ketemu di sini.” Tiba-tiba Sabrina datang entah dari mana dan menyapa laki-laki bernama Leo itu dengan ramah. Lisa masih diam sambil memperhatikan dengan seksama. “Nah ini dia orangnya, saya pikir kamu nggak ikut Adrian makan di sini ternyata ikut. Habis dari mana/ kamar mandi/” Tanya laki-laki bernama Leo itu. Lisa tersenyum tipis, akhirnya mengetahui jawaban dari pertanyaanya. “Kalau begitu saya permisi dulu ibu, bapak, anak saya rewel.” Lisa berpamitan sambil menggendong Regarta meninggalkan mereka. Adrian tahu istrinya pasti marah, karena itu dia mencekal tangan Lisa melarangnya pergi. “Bapak jangan pegang tangan saya di depan istri bapak dong, nanti kalau salah paham gimana?” Ucap Lisa sambil melepaskan tangan Adrian. “Lisa jangann gini.” Ucap Adrian memohon. “Saya permisi pulang dulu pak, terimakasih makananya.” Ucap Lisa lagi kemudian berbalik meninggalkan adrian. “Dia istri saya bukan Sabrina. Saya juga tidak pernah mengatakan bahwa Sabrina ini adalah istri saya. Sekarang istri saya salah paham lagi, terimakasih banyak.” Ucap Adrian kesal. “Loh Adrian maafkan saya, saya pikir kamu dan Sabrina suami istri. Saya nggak tahu kalau—” “Saya permisi.” Potong Adrian kemudian berlari mengejar Lisa. “Adriaan!” sabrina memanggil dan berusaha mengejar Adrian. “Diaaammm!! Bisa diam nggak?” Adrian berteriak kencang sampai membuat Sabrina kaget. “Tolong, jangan ganggu gue selagi gue masih baik. Sialan.” Ucap Adrian kesal sekali. Dan setelah itu Adrian melanjutkan langkahnya mengejar Lisa, tapi istrinya itu sudah masuk ke dalam Taxy untuk pulang. “Siall!!” Teriaknya frustasi. “Yan, gue nggak bermaksud kaya gitu tadi. Gue tadinya mau ngejelasin ke pak Leo kalau—” “Lo diam! Tolong!”potong Adrian lagi. Berusaha mengontrol emosinya. “Jangan menyalahkan Sabrina Yan, saya yang salah kok. Saya minta maaf. Istri kamu pakaiannya terlalu sederhana jadi saya pikir dia bukan—” “Sederhana?” potong Adrian lagi. “Anda tidak tahu bencana yang akan terjadi kalau istri saya menggunakan pakaian modis dan sexy.” Kesal Adrian lagi. Sabrina terdiam dan tidak suka mendengar kalimat terakhir adrian yang seolah menjelaskan bahwa istrinya sangat cantik. “sekali lagi saya minta maaf Adrian, apa perlu saya datang ke rumah dan menjelaskannya pada istri kamu supaya tidak salah paham?” Ucap Leo lagi. Istrinya juga menatap Adrian tidak enak. “Iya nanti biar saya yang jelaskan sama istri kamu.” Kali ini istri Leo ikut bicara. “Tidak usah, saya permisi pulang.” Pamit Adrian kemudian buru-buru masuk ke dalam mobil. Ingin segera pulang dan menjelaskan segalanya pada Lisa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN