"Mas?" sapaku, sambil duduk manis di kursi belakang kemudi. Spontan Mas Ibnu langsung menghentikan laju mobilnya, hingga terdengar suara decitan keras ban beradu dengan aspal. "Ma–Mayla?" panggilannya tergagap. Wajah laki-laki itu mendadak pucat seperti sedang melihat hantu. "Iya, kenapa? Kok pucet seperti itu. Kamu liat Lusi yang kaya kuntilanak saja biasa aja. Liat aku yang pake hijab plus cantik begini malah takut. Aneh. Aku tersinggung loh!" Aku berujar dengan nada yang aku buat semanja mungkin. "Bukannya takut, May. Tapi kaget karena tiba-tiba kamu sudah ada di belakang aku," kilahnya. Aku hanya bero Oh ria menanggapinya. "Ya sudah, kamu pindah ke depan. Aku kan bukan supir kamu," titahnya kemudian. Aku keluar dari mobil Mas Ibnu dan lekas pindah k