Aku duduk di meja makan sambil menikmati nasi uduk buatan Mpok Melah yang rasanya sudah tidak diragukan lagi. Sudah murah, enak pula. Tidak lupa juga membelikan sebungkus untuk Mas Ibnu, karena hari ini tidak ada Lusi yang menyiapkan sarapan untuk laki-laki itu. Sekali-kali lah, Mas Ibnu sarapan enak. Jangan makan masakan bidadari somplak itu terus. Kasihan! Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka enam pagi. Gegas aku memesan ojek online untuk mengantarku berangkat ke toko, dan terus menghubungi Mas Ibnu ketika sudah keluar dari rumah. "Ada apa, Sayang?" tanya Mas Ibnu dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. "Kamu sudah bangun? Sudah siang, ayo berangkat kerja. Nanti kalau kamu nggak kerja, siapa yang bayar biaya rumah sakit Lusi?" jawabku panjang kali lebar.