Angin Berhembus Menyegarkan Tubuh

1200 Kata
“Seperti apa masa depanmu, hal itu akan ditentukan dengan siapa kamu akan menikah nanti.” *** Cowok itu masih memegang erat tangan Kala, bahkan pegangannya semakin dia eratkan saat Kala tidak menjawab pertanyaannya. Jasmine yang melihat Kala kesakitan hanya memandanginya saja tanpa menolongnya. “Aku tanya sekali lagi padamu. Apa yang ingin kamu lakukan pada Jasmine? Ha? Apa kamu minta Jasmine untuk menerima kamu jadi pacarnya, padahal dia tidak menyukai kamu?” “Siapa kamu? Kenapa kamu ikut campur dengan urusan aku dan Jasmine?” Kala menantang balik dengan tatapan geram. “Aku— pacarnya Jasmine.” Aku cowok itu dengan lugas. Detik itu juga ponsel milik Jasmine langsung terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu, panggilan telpon dari Al sedang berdering di layar ponsel yang retak. ‘Siapa dia? Kenapa berani sekali mengaku sebagai pacar aku?” Jasmine merasa tidak mengenal cowok itu sama sekali. ** Ruang Kelas 11MM2 “[Jasmine, pulang sekolah nanti Abang jemput.]” “Ckkk!” Jasmine langsung berkecap dan membalik ponselnya begitu dia mendapat pesan dari suaminya. Tanpa Jasmine tahu kalau di luar sana Al sedang menunggu pesan balasan darinya, setelah pesan yang dia kirim sudah centang dua biru. “Selamat pagi, anak-anakku!!” “Selamat pagi, Bu Aleya!!” “Pagi ini Ibu punya kabar baik untuk kalian semua, terutama untuk para cewek.” Ucap wanita berparas manis dan selalu bersemangat. “Murid baru ya, Bu?” Celetuk seorang siswi centil di kelas itu. “Penasaran yaa?” Aleya iseng meledek murid-muridnya. “Iya, Bu. Pasti cowok ganteng!” Celetuk siswi yang lainnya. Demi bisa menghilangkan rasa pensaran para muridnya, Aleya pun memanggil penghuni baru di kelas itu sambil menepukkan kedua tangannya ke arah pintu kelas. Kemudian, seorang laki-laki tampan, tinggi 174 cm, berkulit sawo matang, memiliki tatapan mata sayup, dan berparas cool berjalan memasuki ruangan kelas tersebut. Saat itu juga semua murid perempuan langsung berteriak histeris begitu melihat sosok pangeran tampan yang resmi menjadi penghuni kelas mereka. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Jasmine. Dia sengaja tidak menaikkan wajah dan pandangan matanya untuk melihat sosok teman baru di kelasnya. Yang dia lakukan hanyalah menggambar di buku sketsa, gambar baru yang baru dia mulai. “Ayo. Perkenalkan diri kamu ke teman-teman kamu.” “Hai, semuanya. Perkenalkan, nama aku adalah Kairavv Alaska. Kalian bisa memanggilku Kai atau Kairavv. Mohon bantuan teman-teman untuk memberitahu aku kalau ada banyak hal yang belum aku ketahui tentang sekolah ini, kelas ini, semua mata pelajaran, dan juga—“ Kalimat Kairavv mendadak tertahan, ketika matanya tertuju pada sosok seseorang yang baru saja dia kenal kurang dari satu jam yang lalu. Dan, sosok orang itu adalah Jasmine. Perkenalannya itu pun dia akhiri dengan lamunan panjang. ** KRIIIIIIIIIINGGGG!!! Suara bel istirahat pertama berbunyi. Guru keluar kelas dan para murid menutup buku pelajaran mereka. “Ke kantin yuk!” Ajak Fanya. “Ayo.” Fanya segera bangkit dari kursi, lalu disusul oleh Jasmine yang berjalan di sampingnya usai memasukkan buku sketsanya ke dalam tas. Tetapi, langkah kakinya berhenti seketika saat dia melihat sosok cowok yang dia temui tadi pagi tiba-tiba saja ada di dalam kelasnya. “Loh? I-itu—“ Jasmine secara reflek langsung menunjuk ke arah cowok itu dengan wajah bingung. “Kai.” Ucap Fanya. “Kairavv. Siswa baru di kelas ini.” Lanjutnya, lebih memperjelas nama cowok itu. “Apa!?” Jasmine menoleh singkat Fanya, lalu mengembalikan cepat tatapan matanya ke arah Kairavv dengan mulut menganga dan mata mendelik. “Makanya, jangan kebanyakkan melamun, kebanyakkan menggambar pula. Jadinya tidak update sama hal-hal baru di sekitar kamu!” Tukas Fanya, menggelengkan kepalanya beberapa kali seraya bersedekap. Jasmine pun mengabaikan ocehan Fanya. Dia tetap fokus pada Kairavv yang sedang bermain game di ponselnya. “Nya, kamu duluan saja ke kantin. Aku lupa kalau aku harus menelpon Bunda.” Ucapnya beralasan. “Oh begitu? Ya sudah, kalau begitu aku ke kantin duluan ya.” “Iya.” Setelah Fanya pergi meninggalkan ruang kelas dan kini hanya ada Jasmine dan Kairavv saja di kelas itu, Jasmine pun mulai berjalan menghampiri Kairavv untuk bertanya sesuatu. “Kairavv.” Panggil Jasmine, saat dia sudah berdiri di dekat meja cowok itu. Kairavv mengangkat tinggi kepalanya dan sedikit mendelik saat melihat Jasmine datang menghampirinya. Kedua alisnya terangkat kompak lalu bertanya, “Ada perlu apa?” “Kamu tidak serius kan sama pengakuan kamu saat di Kantin tadi pagi?” “Pengakuan apa ya?” Kairavv pura-pura lupa. “Haruskah aku mengulangi pengakuan kamu itu dengan cara mengguyur kepala kamu dengan sebotol air? Kebetulan air minum di botol airku masih ada banyak sekali, masih penuh.” Kairavv tersenyum kecil sambil membuang nafas kasar. Dia pun memperbaiki posisi duduknya untuk menghadapi pertanyaan Jasmine tersebut. “Begini, Jasmine. Kalau aku tidak serius maka aku merasa sia-sia dengan pengakuan itu. Sebaliknya, jika aku memang hanya bercanda saja dengan pengakuan itu maka aku takut menyesal.” “Terlalu bertele-tele sekali penjelasan kamu. To the point saja!” “Baik. Jawabanku adalah serius.” “Kalau begitu kita putus!” Jelas Jasmine, yang kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa mau mendengar perkataan Kairavv lagi, apapun itu. Kairavv dibuat bergeming oleh sikap Jasmine. Alhasil, obrolan singkat mereka saat jam istirahat tadi membuat Kairavv hampir kehilangan fokus belajar, lantaran matanya tidak bisa berhenti melihat ke arah Jasmine. Saat jam pulang sekolah tiba, Kairavv bermaksud untuk bicara pada Jasmine saat semua orang sudah tidak ada di kelas. Tapi sayangnya, Jasmine sudah meninggalkan kelas lebih dulu, tapi karena tidak mau kehilangan kesempatan untuk bicara dengan Jasmine, Kairavv pun segera mengejar Jasmine dan mengkutinya dari belakang. Dari kejauhan Kairavv melihat Jasmine berjalan keluar sekolah menuju ke sebuah tempat, yang ternyata Taman di dekat sekolah. “Hikss...” Kairavv tercengang saat melihat Jasmine menangis sendirian di Taman itu. Jasmine menangis dengan suara kecil dan berusaha menutupi tangisannya dari orang-orang yang ada di sana. “Sudah aku duga kalau gadis itu penuh misteri. Dia membuatku jadi merasa penasaran tentangnya.” ** 17:40 Apartemen Klik. Cklek. Terdengar suara pintu dibuka. Al pastikan kalau orang yang datang adalah Jasmine. Dan, dugaannya memang tepat. Jasmine datang tanpa mengucapkan salam. Dia hanya melepas sepatunya di dekat pintu masuk, meletakkannya di rak sepatu, lalu berjalan melewati Al begitu saja tanpa mengatakan satu kata pun. Bahkan, untuk menoleh sedikit pun saja tidak. Sikap Jasmine yang sudah terbiasa Al terima sejak mereka menikah mulai membuat Al merasa marah. Kali ini sepertinya Al tidak bisa menerimanya lagi. Dia pun segera bangkit dari sofa dan bergegas menahan pintu kamar Jasmine saat Jasmine hendak menutupnya. “Aku lelah...” Ucap Jasmine. “Abang juga lelah.” Balas Al. Dia mendorong perlahan pintu kamar Jasmine agar terbuka lebar kembali. “Aku ingin istirahat.” “Abang juga ingin istirahat.” “Katakan saja apa yang ingin Bang Al sampaikan ke aku.” “Banyak. Ada banyak sekali. Salah satunya soal peraturan di rumah ini.” “Sebelum Bang Al memberitahu soal peraturan di rumah ini, ada baiknya Bang Al dengarkan aku terlebih dahulu. Aku rasa, aku semakin tidak sanggup memikirkan tentang pernikahan kita. Jadi, tolong ceraikan aku secepatnya.” “Tidak bisa. Abang tidak akan pernah mau menceraikan kamu sampai kapanpun. Jadi, mulai sekarang kamu harus patuh sama Abang, karena Abang adalah suami kamu!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN