"Usir pemuda itu dari sini! Dia pasti akan berubah menjadi monster!"
"Usir juga gadis serta pemuda yang satunya! Mereka juga pasti adalah orang yang terinfeksi!"
Semua orang terus mengusir Adipati, Nando dan juga Kartini. Mereka semua merasa sangat ketakutan dengan kehadiran ketiganya.
Jendral Dipa yang sama khawatirnya dengan semua pengungsi yang ada di sana, namun masih memiliki pikiran yang jernih, dengan cepat mencoba menenangkan keadaan.
"Tenang semuanya! Jangan main hakim sendiri! Kita tidak tahu apakah ia benar terinfeksi atau tidak!" ucap Jenderal Dipa dengan lantang.
"Benar. Aku harus memeriksa keadaannya terlebih dahulu. Mungkin saja ia memang memiliki penyakit lain yang membuatnya jadi muntah darah seperti ini," timpal Dokter Nick. Ia berusaha menutupi kenyataan sebenarnya kalau Adipati adalah seorang terinfeksi.
Namun kerumunan orang yang terlihat sangat khawatir itu sudah terlanjur mengklaim bahwa Adipati adalah seorang terinfeksi dan mereka semua lantas secara tegas meminta agar Jenderal Dipa untuk segera mengusirnya.
"Usir dia Jenderal! Usir terinfeksi ini dari tempat tinggal kita yang aman ini!" ucap seorang bapak-bapak.
Namun, Jenderal Dipa tidak menurutinya dan malah kembali menyuruh orang-orang yang berkerumun itu untuk tenang. Ia bahkan memerintahkan pada rekan-rekannya untuk segera membuat barikade untuk melindungi Adipati, Nando dan juga Kartini. Karena aksinya itu, orang-orang pun menjadi marah dan lalu mereka mulai main hakim sendiri.
"Jika Jenderal tidak mau mengusirnya, biar kami yang lakukan sendiri!"
Para pengungsi pun mulai maju dan berusaha menjebol barikade yang dibuat oleh rekan-rekan Jenderal Dipa. Mereka berusaha untuk mendekati Adipati, Nando dan juga Kartini yang kini tengah ketakutan.
Jenderal Dipa dan Dokter Nick yang masih berusaha menenangkan, malah diabaikan oleh semuanya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang mengumpat dan itu terdengar jelas oleh keduanya.
Di tengah-tengah kerusuhan yang sedang terjadi, Nando yang sedari tadi diam, secara tiba-tiba emosinya naik. Ia merasa kesal dengan orang-orang yang sejak tadi terus mengusirnya dari tempat itu. Dan sialnya, secara kebetulan sebuah botol air mineral yang masih terisi penuh, menghantam tepat ke kepalanya, dan hal tersebut pun membuatnya semakin marah.
"b******k!!" umpat Nando.
"DASAR ORANG-ORANG b******k!!!" teriak Nando marah.
Dan secara mengejutkan, suhu di sekitaran tempat Nando berdiri turun dengan sangat drastis dan lalu kristal-kristal es runcing dengan cepat muncul di tanah yang sedang dipijaknya. Kristal-kristal es itu terus menyebar ke arah depan dan hampir saja mengenai para anggota TNI dan juga kerumunan pengungsi yang sedang melakukan protes. Untung saja mereka semua bisa dengan cepat menghindar sehingga tidak ada korban luka dalam peristiwa itu.
Semua orang kini terdiam menatap ke arah Nando dan juga kristal es yang dibuatnya. Mereka semua tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Dokter Nick yang juga melihat kejadian itu, mulutnya seketika menganga karena saking terkejutnya.
"D-dia memiliki kekuatan super," batin Dokter Nick.
Dan tak lama setelah Nando menggunakan kekuatan supernya, rambutnya pun berubah menjadi putih. Kulitnya yang putih, kini terlihat semakin pucat dan mata birunya pun aktif dengan sedikit kilatan cahaya di sana.
Pemuda yang merasa kesal dan marah itu, kini menatap tidak suka ke arah orang-orang yang ada di depannya. Ia sangat membenci mereka semua yang mana telah mengusirnya.
"Tutup mulut kalian! Dasar sampah!" ucap Nando.
Dan tanpa ia sadari, kristal es runcing yang ia ciptakan terus menyebar. Orang-orang pun lantas segera menjauh agar tidak tertusuk oleh kristal yang sangat tajam itu.
Di saat Nando terus termakan oleh emosinya, Adipati dengan kekuatan supernya mencoba untuk menenangkan. Ia memaksa masuk ke dalam pikiran Nando dan lalu memaksa pemuda itu untuk berhenti meluapkan amarahnya.
"Hentikan amarahmu, Nan," perintah Adipati.
Dan seketika amarah Nando mereda dan lalu kristal es yang runcing pun berhenti menyebar. Orang-orang yang sebelumnya menjauh, kini menghentikan langkah kaki mereka. Mereka merasa lega karena kristal es yang sebelumnya akan melukai mereka, kini telah berhenti bergerak.
Dokter Nick yang melihat apa yang dilakukan oleh Adipati pada Nando, kembali dibuat terkejut. Ia bisa tahu kalau Adipati melakukan sesuatu karena mata anak itu tiba-tiba saja berubah menjadi biru, sama seperti kedua mata Nando.
"Keduanya memiliki kekuatan super. Ini benar-benar sebuah kabar bagus," batin Dokter Nick.
Dan kemudian, secara bersamaan, Adipati dan Nando pun ambruk. Keduanya pingsan setelah menggunakan kekuatan super mereka.
"Adi! Nando!" teriak Kartini.
Gadis cantik itu tampak panik. Ia kemudian meminta bantuan pada Dokter Nick dan juga Jenderal Dipa dan untungnya kedua orang itu dengan sigap langsung memberi pertolongan pada keduanya.
"Bawa ke tendaku," ucap Dokter Nick pada Jenderal Dipa.
"Biarkan aku ikut. Aku bisa membantu," pinta Kartini yang masih terlihat sangat khawatir.
"Kalau begitu, ayo ikuti kami," ajak Dokter Nick.
Kemudian Adipati dan Nando dibawa ke tenda medis tempat Dokter Nick menjalankan praktiknya. Jenderal Dipa yang pergi paling terakhir, lebih dulu membubarkan kerumunan yang sebelumnya melakukan protes terhadapnya.
"Bubar! Tidak ada lagi yang bisa kalian protes di sini!" ucap Jenderal Dipa.
Setelah kerumunan itu bubar, barulah ia pergi menyusul Dokter Nick ke tenda medis tempatnya melakukan praktik.
***
Taman Kanak-Kanak...
Keesokan paginya, Rakha yang sangat bersemangat membangunkan satu per satu teman-temannya yang masih terlelap tidur agar segera bersiap untuk memulai latihan. Walaupun malam tadi ia terjaga karena harus menjalankan tugasnya sebagai orang yang berjaga, Rakha sama sekali tidak merasa mengantuk. Malahan, dialah yang paling bersemangat pada pagi itu.
"Karin! Qyan! Zain! Sudah pagi! Ayo bangun! Kita latihan!" ucap Rakha dengan suaranya yang lantang.
Orang-orang yang dipanggilnya itu, kecuali Zain, tampak terganggu dengan suara keras yang Rakha keluarkan. Remaja itu bahkan terus memanggil nama ketiganya secara berulang kali dengan penuh semangat, hingga dua dari ketiga orang itu mulai tersadar dari alam mimpi mereka.
Qyan yang bangun duluan, merasa kesal dengan ulah Rakha. Ia lantas dengan enteng melempar bantalnya sekuat tenaga dan hebatnya, bantal itu tepat mengenai wajah Rakha yang saat itu masih mengoceh memanggil namanya dan juga kedua teman lainnya. Ega yang baru saja selesai dari kamar mandi dan melihat apa yang terjadi di depannya, dengan lepas menertawakan nasib Rakha yang terkena lemparan bantal.
"Kasihan," ucap Ega yang menggoda Rakha.
Dengan wajahnya yang terlihat bete, Rakha langsung memanyunkan bibirnya.
"Jahat, aku malah diketawain," kata Rakha yang masih memanyunkan bibirnya.
Ega pun menggelengkan kepalanya dan dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, ia bergerak untuk membangunkan Qyan. Ia akan membantu Rakha membangunkan semuanya agar program latihan yang telah mereka buat dapat segera mereka jalankan pagi itu.
Setelah lima belas menit berjuang membangunkan Qyan dan Karin, dan setelah kedua orang itu siap, mereka pun akhirnya melangkah ke luar ruangan untuk memulai latihan mereka. Ngomong-ngomong, kenapa hanya berempat? Ya, si Pangeran Tidur, Zain saat ini masih terlelap dalam tidurnya dan hampir mustahil untuk membangunkannya. Jadi, Rakha memutuskan untuk membiarkannya saja dan lalu mengurusi dua sisanya, beserta Ega.
Kini mereka telah berada di luar ruang bangunan sekolah taman kanak-kanak. Rakha mengawali latihan mereka dengan peregangan dan juga pemanasan. Kemudian setelah ia dan yang lainnya melakukan hal tadi, Rakha menjejerkan mereka dan lalu menanyai mereka perihal kekuatan super yang mereka miliki dan lalu sudah sejauh mana mereka menguasainya.
"Seperti yang kamu tahu, kekuatan superku adalah menembus objek. Namun pergerakan menembus objekku masih terbilang lambat," kata Ega.
Rakha pun mengingat-ingat saat Ega pertama kali menunjukkan kemampuan supernya itu padanya. Ia ingat betul kalau saat tangan Ega menembus jeruji-jeruji besi, pergerakannya tampak lambat. Seperti seseorang yang sedang mengaduk adonan yang tebal menggunakan tangannya.
Kemudian, penjabaran kekuatan super pun berlanjut ke Karin. Gadis berwajah blasteran yang terlihat mulai bersemangat itu, dengan gembira menjelaskan tentang kekuatannya.
"Kekuatan superku adalah menghilang. Tubuhku bisa berubah menjadi transparan, namun tidak lama," ucap Karin.
"Apakah kalau kamu menyentuh objek dalam keadaan menghilangmu, objek itu juga akan ikut menghilang?" tanya Rakha.
"Sepertinya bisa, tapi aku belum bisa melakukannya," jawab Karin.
Ia berpikir seperti itu karena pakaian yang ia kenakan juga ikut menghilang ketika ia menggunakan kekuatan supernya. Jadi mungkin suatu saat nanti ia bisa menghilangkan objek hanya dengan menyentuhnya.
Lalu penjabaran kekuatan super pun berlanjut ke Qyan. Berbeda dengan Ega dan Karin yang semangat dengan latihan ini, Qyan masih menekuk wajahnya tanda ia ogah-ogahan melakukannya.
"Bagaimana denganmu, Qyan?" tanya Rakha.
Qyan mendesah pelan dan baru setelahnya menjawab pertanyaan Rakha.
"Aku bisa menciptakan ledakan menggunakan kekuatan pikiranku."
Kekuatan supernya sesuai dengan kebiasaan remaja itu, yaitu menggerutu dan marah.
"Wah, hebat. Dengan kekuatanmu kita bisa mengalahkan para monster mutasi itu dengan mudah!" ucap Rakha.
Namun Qyan malah menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sayangnya arah ledakan yang aku buat kacau. Aku tidak bisa mengendalikannya."
Mendengar masalah yang dialami oleh Qyan, Rakha pun langsung meminta Qyan untuk segera mendemonstrasikan kekuatan supernya. Ia ingin lihat sekacau apa arah serang Qyan.
"Coba, tunjukkan padaku kekuatan supermu," pinta Rakha.
Namun Qyan terlihat takut dan ragu-ragu. Remaja itu takut kalau kekuatan supernya malah menembak ke arah lain, yang mana jatuhnya bisa membahayakan mereka semua.
"Tidak usah takut, aku yakin tidak akan terjadi apa-apa," ucap Rakha.
Setelah mendengar perkataan Rakha, dengan berat hati Qyan akan mencoba menggunakan kekuatan supernya.
"Semoga mengarah ke arah yang benar," batin Qyan.
Kemudian, Qyan pun mengumpulkan fokusnya. Ia menatap ke arah atas dan bersiap untuk menembakkan kekuatan supernya.
Ketika dirasa fokus dan konsentrasinya sudah cukup, Qyan lantas menembakkan cahaya peledak yang muncul dari keningnya. Namun sayang, target yang awalnya ditujukan ke langit, tiba-tiba saja menukik dan mengarah ke pohon-pohon yang masih satu lokasi dengan taman kanak-kanak tempat mereka berada. Ledakan pun terjadi dan langsung menumbangkan dua batang pohon besar sekaligus.
Qyan yang gagal dengan kekuatan supernya, langsung mendesah pelan dan lalu membuang tatapannya ke arah lain. Ia benar-benar merasa payah.
Namun, berbeda Qyan, Rakha malah menatap kagum dengan apa yang baru saja Qyan lakukan.
"Hebat! Kita tidak perlu granat ataupun misil untuk bisa meledakkan monster-monster itu!" batin Rakha.
Ia kemudian memuji Qyan yang mana menurutnya kekuatan Qyan sangat hebat.
"Kamu hebat, Qyan. Sekarang kamu memang tidak bisa memfokuskan targetmu dengan benar, tapi jika kamu terus melatih dan membiasakan kekuatan supermu, aku jamin kamu pasti akan bisa menggunakannya dengan benar dan lancar," ucap Rakha.
"Akan sangat mudah buatmu untuk menumbangkan para monster-monster biadab itu hanya dengan sekali serangan," tambahnya.
Qyan yang awalnya merasa malas karena kepesimisannya terhadap kekuatan super yang ia miliki, kini mulai mendapatkan semangatnya berkat ucapan Rakha.
"Ayo semangat! Kita kuasai kekuatan super kita bersama-sama!" ucap Rakha.
Qyan pun mengangguk dan lalu berkata, "Oke, kita berjuang bersama-sama."
Kemudian latihan pun dimulai. Walaupun Rakha terbilang masih baru dan ia juga masih harus belajar, namun ia lebih dulu membantu teman-temannya untuk bisa membiasakan diri dengan kekuatan super mereka. Lagi pula, dari mereka semua, hanya Rakha yang lumayan lancar menggunakan kekuatan supernya.
***
Gelora Bung Karno...
Berjam-jam sudah Dokter Nick, Kartini dan dua orang dokter teman Dokter Nick memeriksa keadaan Adipati dan juga Nando. Mereka mengambil berbagai macam sampel dari tubuh kedua remaja itu untuk dilakukan pemeriksaan, khususnya sampel darah.
Jenderal Dipa yang menunggu di depan tenda, merasa tidak sabar untuk mendengar hasil pemeriksaan. Ia sangat ingin tahu apa yang terjadi pada kedua remaja yang memiliki kekuatan super itu.
Ketika orang-orang yang bekerja di bidang medis itu memeriksa semua sampel yang telah mereka ambil, betapa terkejutnya mereka ketika mendapati susunan DNA pada kedua remaja yang sedang pingsan itu telah berubah banyak.
"Hebat," ucap Dokter Nick yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Mereka bermutasi, tapi tidak seperti para Zyn gila yang ada di luar sana," tambahnya.
Kartini yang mendengar kata Zyn, lantas merasa kebingungan. Ia baru kali itu mendengar kata Zyn, yang mana menurutnya sangatlah asing.
"Zyn? Apa itu Zyn?" tanya Kartini.
Dokter Nick pun mengalihkan sebentar perhatiannya ke arah Kartini untuk memberitahu gadis cantik itu perihal Zyn yang ia katakan tadi.
"Zyn adalah nama yang aku berikan untuk para terinfeksi yang bermutasi menjadi monster," jawab Dokter Nick.
"Aku sengaja menamakannya demikian karena wujud mereka yang menyeramkan seperti setan dan jin."
Kartini mengangguk mengerti. Kini dia tahu apa itu Zyn yang Dokter Nick katakan sebelumnya.
Kemudian Dokter Nick kembali mengamati sel darah milik Adipati yang sedari tadi menjadi fokusnya. Ia begitu senang melihat perubahan yang Adipati dan Nando alami.
"Jika dibandingkan dengan Zyn yang hanya bermutasi dan lalu berubah menjadi monster, adikmu serta temannya ini berhasil bertahan dari Virus-69 dan berevolusi menjadi sosok manusia baru yang memiliki kekuatan super," ujar Dokter Nick.
Kartini yang berdiri di sebelahnya hanya mendengarkan apa yang Dokter Nick ucapkan.
"Ini semua berkat Virus-69 yang ada di tubuh mereka. Ini benar-benar sebuah kabar bagus untuk kita semua."
Itu berarti Virus-69 tidak hanya membuat penderitanya kesakitan, meninggal ataupun bermutasi, tetapi juga dapat membuat penderitanya berevolusi dan memiliki kekuatan super seperti Adipati dan juga Nando.
Dokter Nick pun dengan cepat menulis di catatan medis khusus miliknya yang ia tulis di buku harian bersampul cokelat yang selalu ia bawa-bawa. Di sana ia sudah menulis ciri-ciri seorang terinfeksi Virus-69 yang berevolusi menjadi manusia baru, salah satunya adalah mata yang berubah biru.
Di saat Dokter Nick fokus dengan buku hariannya, Kartini mengambil alih mikroskop yang digunakan untuk melihat sel darah milik Adipati. Ia yang juga belajar di bidang yang sama dengan Dokter Nick, merasa kalau adiknya itu telah memulai sebuah era baru bagi umat manusia.
"Apakah kalian bisa menjadi harapan baru bagi umat manusia?" batin Kartini bertanya-tanya.
Kemudian, Dokter Nick yang masih menulis di buku hariannya, tiba-tiba saja bersuara. Ia tampak bingung karena memikirkan suatu hal.
"Kira-kira, apa ya sebutan yang cocok untuk mereka?" Dokter Nick menatap langit-langit tenda tempatnya melakukan praktik.
Kartini yang mendengar ucapan Dokter Nick, lantas mengalihkan perhatiannya pada dokter muda itu.
"Kamu juga ingin menamainya?" tanya Kartini.
"Ya, mereka harus memiliki nama dan sebutan seperti para Zyn," jawab Dokter Nick.
Dan setelah ia berpikir cukup lama, akhirnya ia menemukan sebuah nama yang cocok untuk manusia baru berkekuatan super ini.
"Genesis!" ucapnya.
"Ya, aku akan menamakan manusia jenis baru ini sebagai Genesis!"
Ia memilih nama tersebut karena genesis, berarti awal mula sesuatu. Dengan adanya kehadiran manusia jenis baru ini, Dokter Nick yakin sebuah era baru bagi manusia akan segera tiba. Dan Zyn yang kini tengah berkuasa di atas muka Bumi, akan segera lenyap berkat kekuatan yang para Genesis miliki.
"Aku yakin, orang-orang yang selamat di luar sana pasti ada yang berhasil berevolusi seperti Adipati dan juga temannya ini." Dokter Nick bermonolog.
"Aku harus mencari mereka apa pun risikonya. Karena ini semua demi masa depan Bumi dan juga umat manusia."
Semangat yang membara terpancar jelas di kedua sorot mata Dokter Nick. Dokter muda itu sudah mendapatkan sebuah gambaran yang sangat jelas mengenai masa depan Bumi yang bersih dari para Zyn dan lalu diisi oleh para Genesis yang dapat mengendalikan semuanya. Inilah ambisi barunya dan ia sangat ingin ambisinya itu dapat tercapai.