18. MENCOBA UNTUK MELAWAN

2155 Kata
Di ruang perawatan, Dokter Nick dengan penuh kehati-hatian menjahit luka yang sedikit menganga di d**a Jenderal Dipa. Luka itu cukup panjang sehingga ia harus bekerja ekstra menutupnya. Jenderal Dipa yang mendapatkan penyembuhan total dari Dokter Nick, kini memandangi dokter muda itu dengan tatapan penuh kekagumannya. Dokter Nick yang merasa ditatap pun lantas tersenyum kecil ke arah Jenderal Dipa. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Dokter Nick. "Aku kagum padamu," jawab Jenderal Dipa dan lalu ikut melebarkan senyumnya. Dokter Nick pun menggeleng dan lalu kembali fokus pada jahitan di d**a Jenderal Dipa. "Justru aku yang kagum padamu. Kamu kuat menahan semua rasa sakit ini," kata Dokter Nick. Jenderal Dipa memang terkenal dengan tubuhnya yang tahan banting dan kuat menahan rasa sakit. Fisiknya bahkan jauh lebih kuat daripada manusia normal lain pada umumnya. Itulah mengapa ia menjadi satu-satunya orang yang selamat dalam insiden mobil baja Barakuda yang terjadi belum lama ini. "Aku bisa sekuat dan setangguh ini, semua berkat latihan. Sama denganmu yang ahli dalam bidang medis. Semua berkat latihan dan kerja kerasmu." Kedua mata Jenderal Dipa tidak sedikit pun berpaling dari memandangi Dokter Nick. "Kamu benar. Kita sama-sama bisa sampai ke titik ini, semua karena kerja keras kita. Kita patut berbangga pada diri kita sendiri." Setelah dua jam penuh mengobati dan menutup semua luka yang ada di tubuh Jenderal Dipa, akhirnya pekerjaan Dokter Nick pun selesai. Jenderal Dipa amat sangat berterima kasih pada Dokter Nick karena pemuda itu selalu menyembuhkannya jika ia sedang terluka. Kini, mereka akan memulai obrolan mengenai apa yang terjadi pada misi penyelamatan di Stasiun Tanah Abang dan kenapa Jenderal Dipa beserta timnya bisa sampai gagal. Dengan masih bertelanjang d**a, Jenderal Dipa yang duduk di kursi pasien, kini mulai menceritakan semuanya. "Kamu pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku lihat," kata Jenderal Dipa membuka obrolan. "Zyn yang aku temui di sana, ia menciptakan sebuah sarang dan koloni, yang mana para bawahannya berasal dari para manusia normal yang sebelumnya mengungsi di sana." Ia kemudian menceritakan awal mulai kejadian para Zyn bisa bersarang di sana. Dimulai dari para manusia yang selamat, yang menjadikan Stasiun Tanah Abang sebagai tempat mengungsi mereka hingga berakhir pada kejadian yang menimpanya. Dokter Nick yang mendengarkan cerita Jenderal Dipa, beberapa kali melebarkan matanya tidak percaya. Ia tidak menyangka kalau saat ini Zyn sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk membuat sarang dan juga sebuah koloni. "Jadi, orang-orang yang kamu selamatkan, semuanya berubah menjadi Zyn dan akhirnya mereka menghabisi nyawa semua rekan-rekanmu?" tanya Dokter Nick memastikan. "Iya, benar," jawab Jenderal Dipa dengan nada bicaranya yang sangat meyakinkan. "Kalau memang begitu kejadiannya, berarti masalah kita saat ini semakin bertambah. Zyn yang memiliki kemampuan penyembuhan secepat kilat saja sudah sangat merepotkan, apalagi ini yang memiliki kemampuan untuk membuat sarang dan juga koloni. Ini akan benar-benar membahayakan kita." Kedua orang itu kini saling tatap. Dokter Nick dengan wajah khawatirnya dan Jenderal Dipa dengan wajah seriusnya. Walaupun menampilkan ekspresi wajah yang berbeda, tetapi keduanya memikirkan hal yang sama. Yaitu, tentang kelangsungan hidup semua orang yang selamat. Karena saat ini belum ada rencana atau tindakan yang bisa mereka lakukan untuk melawan para Zyn, jadi yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah bertahan setangguh yang mereka bisa agar tempat pengungsian besar yang mereka dirikan ini tidak dijebol oleh para Zyn. "Baiklah. Aku akan kembali bertugas," kata Jenderal Dipa. Jenderal Dipa yang masih belum sepenuhnya sembuh, sekarang malah berniat untuk kembali menjalankan tugasnya. Mendengar hal itu, Dokter Nick pun dengan cepat langsung menghentikannya. "Jangan bertugas dulu. Walaupun aku sudah mengobatimu, tapi kamu juga butuh istirahat agar luka-lukamu bisa segera pulih," ucap Dokter Nick. Jenderal Dipa menggeleng dan lalu berkata, "Ini sudah tugasku. Lagi pula, luka segini tidak ada apa-apanya buatku, jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir." "Tapi--" "Stt! Aku bilang tidak perlu khawatir." Dokter Nick yang sudah sering melihat betapa keras kepalanya Jenderal Dipa, lantas hanya bisa mengalah dan lalu mengizinkan pria berpangkat jenderal itu untuk kembali bertugas. Tapi, ia berpesan pada Jenderal Dipa untuk berhati-hati dan jangan memaksakan dirinya terlalu parah. Jenderal Dipa pun mengangguk tanda ia mengiyakan pesan Dokter Nick. "Aku janji," kata Jenderal Dipa. *** Pagi harinya di sebuah tempat yang terdapat banyak sekali rumput dan tanaman liar di mana-mana, sosok Rakha yang sudah pingsan selama berhari-hari, kini mulai tersadar. Kedua matanya sempat memancarkan cahaya berwarna biru sebelum akhirnya kembali ke keadaan mata normalnya. "Di mana aku?" Rakha yang saat itu kepalanya terasa sedikit sakit, mulai memandangi sekelilingnya. Ia tidak tahu sedang berada di mana sekarang. "Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?" Ia kemudian berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi, dan barulah ia sadar kalau ia hampir saja mati karena serangan Zyn yang mendatangi kamar kosnya. Tapi, ia tidak tahu apa yang membuatnya bisa selamat dan berakhir di tempat itu. Secara perlahan Rakha pun mulai bangkit dari posisi duduknya. Sakit di kepalanya sungguh tidak mau hilang dan malah membuat pandangannya sedikit buram. Ia mulai berjalan menjauhi tempat itu. Namun, baru beberapa meter ia berjalan, langkahnya seketika terhenti ketika ia tidak sengaja melihat pantulan dirinya di sebuah potongan besi polos. "What?! Kenapa rambutku berubah warna menjadi warna biru?!" Ia yang sebelumnya memiliki rambut berwarna hitam, merasa sangat terkejut ketika mendapati rambutnya telah berubah warna menjadi biru gelap. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mewarnai rambutnya. "Ini benar-benar aneh." Dengan perasaannya yang masih bertanya-tanya, Rakha pun melangkah pergi dari depan potongan besi itu. Ia tidak mau terlalu memikirkan mengenai rambut birunya. Namun, baru saja beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja sakit di kepalanya terasa semakin menjadi-jadi. Karena ia tidak dapat menahan rasa sakitnya, ia pun akhirnya jatuh terduduk sembari memegangi kepalanya. "S-sial! Virus-69 ini benar-benar menyiksaku!" Dan sialnya, ketidakberuntungan pun kini menghampiri Rakha. Di tengah kondisinya yang kesakitan, sosok Zyn setinggi dua meter dengan kuku-kukunya yang tajam mulai berjalan menghampirinya. Monster pemakan daging itu terlihat sangat lapar dan Rakha yang ada di depannya pun dijadikan sebagai target sarapan paginya. Rakha yang sedang menderita karena rasa sakitnya, menyadari kedatangan Zyn kelaparan itu. Ia ingin kabur, tapi rasa sakit yang ia derita membuat tubuhnya sulit untuk digerakkan. "Apakah ini akhir dari hidupku?" batin Rakha. Rakha pun memejamkan kedua matanya ketika Zyn dengan kuku yang tajam itu mulai menerjang ke arahnya. Tapi secara mengejutkan, sosok Rakha tiba-tiba saja menghilang dan kini ia sudah berada beberapa meter di belakang Zyn yang tadi mau menyerangnya. Rakha yang tidak merasakan serangan apa pun, secara perlahan mulai membuka kedua matanya. Ia bingung, kenapa sekarang ia malah berada di belakang Zyn yang tadi menyerangnya. Zyn yang menyadari Rakha ada di belakangnya, lantas berniat untuk kembali menerjang pemuda itu. Tapi lagi-lagi, Rakha yang ketakutan memejamkan kedua matanya dan tiba-tiba saja ia pun kembali menghilang dan berpindah ke belakang Zyn, tempat sebelumnya ia berada. Ketika ia membuka kedua matanya, ia kembali merasa bingung. "K-kenapa aku ada di belakangnya lagi? Apa yang terjadi?" Dan secara tiba-tiba, kedua mata Rakha yang berwarna hitam berubah menjadi warna biru langit, dan di saat yang bersamaan, ia dapat melihat jauh lebih baik daripada sebelumnya. Sakit di kepalanya pun seketika menghilang, bersamaan dengan berubahnya warna di kedua matanya. "Tunggu, sensasi apa ini?" Rakha merasakan ada sesuatu yang aneh di sekujur tubuhnya, namun ia tidak tahu apa itu. Dan di saat ia masih bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi padanya, sosok Zyn yang kelaparan itu mulai kembali melakukan serangan. Tapi kali ini, Rakha dalam keadaan sadar langsung berpindah tempat ke tempat yang cukup jauh dari tempat ia berada sebelumnya. Ia pun merasa kaget sekaligus kagum dengan apa yang baru saja ia lakukan. "K-keren," ucap Rakha. "Aku punya kekuatan super." Zyn yang lagi-lagi tidak mendapatkan Rakha sebagai sarapan paginya, kini mulai merasa kesal. Ia berteriak dan lalu memalingkan tubuhnya, menghadap ke arah Rakha. Rakha yang masih dengan perasaan senangnya karena mendapatkan sebuah kekuatan super, menatap sosok Zyn yang saat ini tengah berlari ke arahnya dengan tatapan yang santai. Entah mengapa ia jadi merasa tidak setakut sebelumnya. "Ini terdengar gila, tapi aku akan coba untuk melawannya," ucap Rakha. Ia kemudian mencari sesuatu untuk dijadikan senjata, dan secara kebetulan ada batang besi dengan ujung yang sangat runcing tergeletak di sebelahnya. Batang besi runcing itu tertutup oleh rerumputan yang lebat sehingga sangat sulit untuk terlihat. Namun, berkat kedua mata birunya, Rakha dapat menemukan benda berkarat itu dengan cukup mudah. Kini, dengan keberanian penuh di hatinya, Rakha mulai berjalan maju untuk menghadapi Zyn berkuku tajam yang ada di depannya. Ketika keduanya hampir saling bertemu dengan jarak yang sangat dekat, Rakha yang baru saja mengetahui perihal kekuatan supernya itu, untuk kedua kalinya berteleportasi sesuai dengan kehendaknya. Hebatnya, ia bisa langsung mengendalikan kekuatan supernya itu tanpa memiliki kendala apa pun. Kini, ia yang sudah berada di samping Zyn, dengan gerakan yang sangat cepat menebas leher makhluk mengerikan itu dengan batang besi yang dipegangnya. Zyn pun terluka cukup parah, darahnya yang berwarna merah kehitaman mengalir deras dari luka yang menganga di lehernya. Rakha yang telah selesai menyerang pun langsung berteleportasi dan menjaga jaraknya dari Zyn. Wajahnya terlihat senang karena ia berhasil melukai monster yang sebelumnya sangat ia takuti. "Ini benar-benar luar biasa. Aku bisa melukainya. Aku benar-benar jadi manusia super!!" batin Rakha senang. Namun, rasa senangnya seketika memudar saat luka menganga yang ada di leher Zyn dengan cepat menutup, dan monster itu pun kini telah kembali pulih sepenuhnya. Rakha pun bersiap kembali melakukan serangan. Ia berteleportasi ke belakang Zyn dan berniat untuk menusuk punggung makhluk itu. Tapi, Zyn yang sadar dengan pergerakan yang dibuat oleh Rakha, dengan cepat mengayunkan cakarnya yang tajam ke arah belakang. Untung saja refleks Rakha yang hebat membuatnya dapat menghindari serangan Zyn yang mendadak itu. Ia berteleportasi ke arah depan dan lalu dengan otot kakinya yang kuat, ia menendang Zyn kuat-kuat hingga makhluk itu terhempas mundur beberapa meter ke arah belakang. "Wow!" ucap Rakha kagum. Ternyata, selain memiliki kekuatan super, kekuatan fisiknya pun meningkat bersamaan dengan kemampuan bela dirinya. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang. "Aku tidak tahu mengapa, tapi aku sangat yakin kalau aku akan menang dalam pertarungan ini," batin Rakha. Keduanya pun kembali melanjutkan pertarungan mereka. Zyn terus melakukan serangan, tapi sayang setiap serangannya meleset karena Rakha dengan lincah dapat berteleportasi ke arah-arah yang berbeda tanpa bisa diprediksi. Malahan, saat ini Zyn yang menyeramkan itu mendapatkan banyak luka di tubuhnya karena serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh Rakha. Rakha yang sudah banyak melakukan serangan, kini memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ia cukup kelelahan karena terus menggunakan kekuatan supernya. Dan ketika ia sedang mengumpulkan kembali tenaganya yang terkuras, luka-luka yang ada di tubuh Zyn secara perlahan sembuh dan menutup. Ia yang awalnya begitu senang karena bisa unggul dari monster mengerikan itu, kini mulai merasa kebingungan. "Bagaimana ini? Makhluk itu terus saja menyembuhkan dirinya. Kalau begini terus, bisa-bisa aku yang kalah," batin Rakha. Ia terus menatap ke arah Zyn yang kini juga mulai menatapnya. Makhluk itu terlihat sangat kesal. Terlihat dari cara ia memandang Rakha saat ini. "Kalau aku mundur sekarang, rasanya tanggung, karena aku sudah sampai sejauh ini untuk melawannya." Rakha pun akhirnya memilih untuk lanjut melawan Zyn yang ada di depannya. Dengan batang besi berujung runcing yang ada di tangannya, ia kembali berteleportasi ke samping Zyn dan lalu mencoba untuk menebasnya. Tapi sayangnya, serangannya kali ini tidak berjalan mulus. Zyn dengan cepat berkelit dan lalu balik menyerang Rakha menggunakan sikunya yang keras. Rakha pun terhempas jauh. Ia kini tergeletak di tanah dengan rasa sakit yang amat sangat di bagian antara d**a dan perutnya. Bahkan karena serangan itu, ia sampai memuntahkan darah dari mulutnya. "S-sakit sekali," ucap Rakha pelan. Rakha kemudian berusaha untuk bangkit dan kembali bertarung. Namun saat ia belum sepenuhnya bangkit, Zyn tiba-tiba saja melompat dan berniat untuk menerkam Rakha. Rakha yang masih merasakan sakit, lantas menggunakan kekuatan teleportasinya untuk berpindah tempat. Dan untungnya, ia melakukannya tepat waktu. Setelah berhasil berteleportasi, Rakha tiba-tiba saja kembali ambruk. Cederanya benar-benar terasa sangat sakit. Zyn yang melihat Rakha mulai tidak berdaya, dengan cepat berlari menghampiri Rakha untuk kembali melancarkan serangannya. Dengan sisa-sisa tenaganya, Rakha pun ikut bersiap untuk melakukan serangan. Di tengah-tengah keadaan Zyn yang sedang berlari, Rakha berteleportasi ke hadapan Zyn dan dengan batang besi runcing yang ia genggam, ia menusuk tepat ke arah jantung Zyn hingga tembus sampai ke punggungnya. Dan kemudian, sesuatu pun terjadi. Zyn berhenti bergerak dan tak lama kemudian, tubuh besarnya pun tumbang. Makhluk itu tewas berkat satu serangan yang Rakha lancarkan. "A-aku ... menang," ucap Rakha tidak percaya. Ia kemudian mencabut batang besi yang tertancap di d**a Zyn dan lalu, ia pun jatuh terduduk sembari memegangi bagian tubuhnya yang terluka. "Syukurlah. Syukurlah aku yang menang." Dengan napasnya yang terengah-engah serta rasa sakit di sekitaran d**a dan juga perutnya, Rakha mencoba untuk bangkit. Ia cukup kesulitan pada awalnya, tapi akhirnya ia kembali bisa berdiri dengan tegak. "Aku harus pergi dari tempat ini. Aku harus menemukan Adipati dan juga yang lainnya. Jika mereka masih hidup, aku bisa menggunakan kekuatan superku ini untuk melindungi mereka." Dengan langkahnya yang gontai sembari masih menggenggam erat batang besi berujung runcing di tangan kanannya, Rakha pergi meninggalkan tempat itu. Namun tanpa pemuda itu sadari, ternyata ia telah menemukan kelemahan dari Zyn yang berhasil ia kalahkan tadi. Yaitu, di bagian jantungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN