37. GEREJA TUA

2203 Kata
Pagi menjelang, Adipati yang sudah bangun sejak subuh, kini mulai melangkahkan kakinya ke luar tenda tempatnya tinggal, meninggalkan Nando yang masih tertidur. Kakaknya, Kartini, saat ini sedang mandi di kamar mandi khusus perempuan. Gadis cantik itu sudah satu jam mandi dan sampai saat ini belum menunjukkan batang hidungnya. "Pagi," sapa Adipati. "Pagi," sapa balik beberapa ibu-ibu yang sedang berjalan sembari membawa beberapa perlengkapan. Selama tinggal di sana, Adipati berperilaku sangat ramah pada semua orang. Itulah mengapa orang-orang banyak yang menyukainya, begitu juga dengan kakaknya, Kartini. Berbanding terbalik dengan Nando yang sedikit angkuh dan menyebalkan, membuat orang-orang jadi sedikit malas jika harus berdekatan dengannya. Dengan wajah cerahnya, Adipati mendatangi tenda tempat Dokter Nick berada. Ketika ia masuk, ia mendapati sosok Dhemas dan juga Ael sedang berada di sana. Mereka sedang diperiksa oleh Dokter Nick. "Aw, pagi, Di," sapa Dokter Nick. "Pagi, Dokter Nick," sapa balik Adipati. "Pagi ini kamu kelihatan segar sekali," kata Dokter Nick sembari memandangi Adipati dari ujung rambut sampai ujung kakinya. "Heum, aku tidur dengan nyenyak semalam," balas Adipati. "Baguslah." Dokter Nick mengangguk dengan wajah yang terlihat senang. Kemudian Adipati menyapa Dhemas dan juga Ael, dua remaja seumurannya yang sama-sama seorang Genesis. Kedua remaja itu pun membalas salam Adipati dengan sangat ramah. Keduanya tidak menunjukkan kecanggungan sedikit pun ketika mereka menyapa balik Adipati. Setelah ketiganya saling sapa, Dokter Nick yang telah selesai memeriksa dan mencatat data-data penting tentang Dhemas dan juga Ael, kini menanyakan tujuan Adipati datang menghampirinya. "Ada apa kamu kemari, Di?" tanya Dokter Nick. Adipati menggeleng dan lalu menjawab, "Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin ke sini saja." Kemudian ia menanyai Dhemas dan juga Ael mengenai kekuatan super yang keduanya miliki. Kedua remaja itu pun memberitahu Adipati tentang kekuatan super mereka dan sudah sejauh mana mereka menguasainya. Bahkan, Dhemas yang terlihat kalem, kini tengah menceritakan mengenai awal-awal ia menjadi seorang Genesis. Adipati dengan santai, namun antusias, mendengarkan cerita Dhemas dan sesekali mengajak ngobrol Ael yang sangat pendiam. Dari cerita Dhemas, Adipati jadi tahu kalau Dhemas sudah berkeliling di udara dengan wujud elang jawanya selama beberapa hari. "Apakah kamu tidak takut dengan Zyn terbang yang bisa saja menyantapmu?" tanya Adipati. "Aku takut, tapi aku harus memberanikan diriku. Ini semua demi orang-orang yang ada di tempat pengungsian," jawab Dhemas. Adipati merasa kagum dengan keberanian Dhemas. Ia bisa melawan rasa takutnya demi menolong banyak orang. Selain keberanian Dhemas, Adipati juga jadi tahu dengan kehebatan Ael yang mampu mengendalikan medan magnet dengan sangat hebat. Remaja itu sudah beberapa kali berhasil mengusir para Zyn yang mendekat ke tempat persembunyian mereka dengan kekuatan supernya itu. Dhemas bahkan mengatakan kalau Ael sudah sangat lancar menggunakan kekuatan supernya dan ia mampu mengangkat mobil dan bahkan sebuah gedung dengan kekuatan supernya. "Wah, kamu hebat sekali, Ael," puji Adipati. Ael yang pendiam hanya tersenyum malu mendengar pujian yang Adipati lontarkan. Ia merasa senang, tapi ia juga merasa malu. Dokter Nick yang masih berada di dekat mereka bertiga pun mendengar ketiganya mengobrol sembari membereskan berkas-berkasnya. Sampai akhirnya sosok sombong dan angkuh, namun tampan, datang ke tempat itu. Ia yang mendengar Adipati memuji kehebatan Ael, lantas dengan bangga melebih-lebihkan kehebatannya. "Halah! Kekuatan esku jauh lebih hebat darinya," kata Nando. Remaja yang baru bangun tidur itu terlihat begitu seksi dengan rambut dan pakaiannya yang acak-acakan. Ia kini berjalan ke meja Dokter Nick dan langsung mengambil sebuah apel yang diletakkan di sana dan kemudian memakannya. "Kamu sudah bangun, Nan?" tanya Adipati berbasa-basi. "Aku sudah berdiri di depanmu, apakah itu berarti aku masih tidur?" balas Nando sembari memasang wajah yang menyebalkan. Mendapat balasan seperti, Adipati hanya bisa tersenyum tipis sembari terus menatap ke arah Nando. Ia sudah sangat terbiasa dengan kelakuan rivalnya itu. Melihat kelakuan Nando yang berbanding terbalik 180° dengan Adipati, Dhemas dan Ael langsung merasa malas dan sedikit segan untuk mendekati Nando. Mereka tidak ingin berteman dengan orang yang semenyebalkan itu. Tak lama setelah kedatangan Nando, Kartini yang telah selesai mandi kini ikut bergabung di ruangan itu. Dokter Nick yang kembali kedatangan tamu, menyambut kedatangan Kartini dengan ramah. Ia juga menyunggingkan senyumnya yang manis pada Kartini. "Ah, Dokter Nick, jangan tersenyum seperti itu, nanti aku bisa diabetes karena saking manisnya," kata Kartini sembari berakting malu-malu. "Bisa saja kamu," balas Dokter Nick. Dan secara kebetulan, selang beberapa menit setelah kedatangan Kartini, Jenderal Dipa yang baru saja selesai mengadakan pertemuan dengan rekan-rekannya, kini ikut bergabung di tempat itu. "Wah, ramai sekali," kata Jenderal Dipa. Ia berjalan menghampiri Dokter Nick dan lalu menarik kuping dokter muda itu dengan usil. "Jahil banget, sih!" ucap Dokter Nick yang pura-pura marah. Jenderal Dipa pun hanya tersenyum tipis dan lalu duduk di meja kerja Dokter Nick. Wajahnya yang terlihat santai, tiba-tiba saja berubah menjadi serius. "Ada sesuatu yang rekan-rekanku dapatkan setelah mereka berkeliling subuh tadi," kata Jenderal Dipa. Kini semua mata tertuju padanya. Sepertinya ada sesuatu yang penting, yang menyangkut tentang para Zyn dan juga Genesis. "Apa itu?" tanya Dokter Nick. "Mereka menemukan banyak tanaman-tanaman liar yang tiba-tiba saja tumbuh di beberapa tempat yang ada di Kota Jakarta. Dan apa kalian tahu, tanaman-tanaman itu memiliki ciri-ciri yang sama persis dengan Zyn yang ada di Adriana International School," jawab Jenderal Dipa. Kagetlah mereka semua, kecuali Dhemas dan Ael yang baru menjadi bagian di dalam tim itu. "Itu berarti banyak Zyn yang berevolusi menjadi bentuk seperti itu. Ini benar-benar gawat," ucap Kartini. "Orang-orang yang selamat di luar sana pasti tidak tahu kalau tanaman-tanaman itu sebenarnya adalah Zyn dan akan sangat berbahaya bagi mereka jika mereka sampai mendekati Zyn yang berbentuk tanaman itu," kata Adipati. Satu masalah pun kembali muncul. Mereka tidak bisa membiarkan hal ini, apalagi nyawa orang-orang yang selamat, termasuk Genesis, akan sangat terancam dengan keberadaan Zyn berbentuk tanaman ini. Jenderal Dipa yang tidak ingin sampai banyak nyawa melayang, khususnya dari pihak Genesis, lantas akan memulai misi berkeliling mereka sebentar lagi. "Kita harus kembali berkeliling. Orang-orang yang selamat di luar sana harus segera ditemukan dan lalu dibawa ke sini. Khususnya teman-teman Adipati dan Nando yang belum kita temukan kemarin. Mereka harus berhasil untuk ditemukan," ucap Jenderal Dipa. Semuanya mengangguk mengerti dengan ucapan Jenderal Dipa. "Dhemas dan Ael, kalian akan ikut dalam misi ini karena aku sangat membutuhkan kekuatan super kalian," pinta Jenderal Dipa pada Dhemas dan Ael. Dhemas dan Ael pun mengiyakan perkataan Jenderal Dipa. Mereka akan membantu sebisanya demi kelancaran misi yang sangat penting itu. "Kalau begitu, bersiaplah. Lima belas menit dari sekarang kita kumpul di tempat biasa," kata Jenderal Dipa dan kemudian orang-orang yang ada di ruangan itu membubarkan diri untuk bersiap-siap. Dokter Nick yang jadi satu-satunya orang yang menemani Jenderal Dipa di tempat itu, kini mulai melontarkan sebuah pertanyaan. "Menurutmu, apakah kita bisa mengatasi masalah ini?" tanya Dokter Nick. Dengan tenang Jenderal Dipa menjawab pertanyaan Dokter Nick. "Jika kita terus bersama, kita bisa mengatasi masalah ini. Apalagi, kita sudah ada Genesis yang bisa mengimbangi kekuatan Zyn. Jadi tenang saja," kata Jenderal Dipa. "Hem, semoga saja." *** Kamp Bintang Selatan... Pagi-pagi sekali tim yang dipimpin oleh Rakha tengah bersiap untuk kembali berkeliling. Ini adalah hari kedua mereka melakukan tugas untuk menemukan orang-orang yang selamat di luar sana. Sebelum berangkat, mereka terlebih dulu melangsungkan kegiatan sarapan pagi. Karin yang bertugas sebagai koki dengan ditemani oleh Qyan, memasak hidangan empat sehat lima sempurna seperti biasanya. Rakha, Ega dan Zain terlihat sangat menikmati masakan yang Karin dan Qyan buat. Mereka tidak pernah mengkritik masakan Karin dan Qyan karena memang rasanya yang enak. "Apakah stok makanan masih banyak, Rin?" tanya Rakha di sela-sela kegiatan sarapannya. Karin terlebih dulu menelan makanannya sebelum menjawab pertanyaan Rakha. "Masih lumayan banyak," jawab Karin. "Tapi kalau seandainya di misi pencarian nanti kita menemukan tempat yang terdapat stok makanan, lebih baik kita ambil saja," tambahnya. "Oke," balas Rakha. Kemudian, Zain yang saat itu ikut sarapan pagi, bertanya pada Rakha mengenai daerah mana yang akan mereka datangi hari ini. "Rakha, hari ini kita akan pergi ke daerah mana?" Walaupun saat misi pertama kemarin ia selalu tertidur, ia tetap ingin tahu ke mana ia akan pergi sekarang. "Daerah pinggiran Kota Tangerang. Di sana banyak sekali perumahan dan tempat-tempat yang sepertinya akan banyak orang selamat berada di sana," jawab Rakha. Sebelum berkumpul untuk sarapan pagi, Rakha dan Ega sudah membicarakan rute perjalanan mereka sembari membuka peta yang mereka miliki, dan keduanya pun memutuskan untuk pergi ke rute yang Rakha katakan tadi. "Semoga saja, hari ini kita bisa menemukan orang-orang yang selamat ya, Kha," kata Zain. "Semoga saja," balas Rakha. Kegiatan sarapan pun terus berlanjut sampai akhirnya seluruh hidangan yang Karin dan Qyan buat habis tidak tersisa. Mereka terlebih dahulu membereskan piring kotor bekas makan sebelum pergi untuk menjalankan misi. Setelah piring-piring kotor selesai dibereskan, mereka langsung bergegas menuju bus. Dengan Qyan sebagai pengemudinya, mereka pun melaju pergi meninggalkan Kamp Bintang Selatan. Di awal perjalanan, Zain yang duduk di kursi paling belakang, dengan cepat tertidur sangat pulas. Rakha beserta yang lainnya pun memaklumi anggota paling bungsu di tim mereka itu. "Jika Zain anakku, mungkin aku akan sering naik darah," kata Karin yang duduk di kursi belakang supir. "Memangnya kenapa?" tanya Qyan yang sedang fokus mengemudi. "Karena pasti akan sangat sulit untuk menyuruhnya melakukan sesuatu," jawab Karin. "Tapi setidaknya kamu akan mendapat anak yang genius, tampan dan baik," kata Qyan. Karin terdiam sejenak. Ia mengiyakan perkataan Qyan dalam hatinya. "Ah, tetap saja, aku tidak mau punya anak yang kerjaannya lebih banyak tidur," ucap Karin kekeh. Qyan pun hanya geleng-geleng kepala di tempatnya. "Lagi pula, siapa juga yang mau punya ibu galak sepertimu," batin Qyan dibarengi dengan sebuah senyuman. Setelah empat puluh lima menit melaju, akhirnya mobil bus sampai di daerah yang dituju. Keadaan di tempat itu sangat mengenaskan. Banyak rumah-rumah hangus karena kebakaran. Kemungkinan adanya orang yang selamat pun sangatlah kecil. "Kacau sekali tempat ini," kata Rakha. "Heum, apakah kita akan tetap berkeliling di tempat ini atau kita pergi saja ke daerah yang lain?" tanya Ega. Rakha terdiam sejenak. Dilihat dari keadaannya yang sangat kacau, ia merasa tidak yakin kalau ada orang yang selamat berdiam di tempat itu. Tapi karena ia menjalankan misi ini untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan, maka ia memutuskan untuk tetap berkeliling. Walaupun kemungkinannya sangat kecil, pasti ada satu atau dua orang yang mungkin saja masih hidup dan sedang bersembunyi di tempat itu. "Kita telusuri dulu daerah ini. Jika kita tidak menemukan siapa-siapa, baru kita pergi ke daerah lain," kata Rakha. "Apakah tidak akan membuang-buang waktu?" tanya Ega. "Dilihat dari kondisi tempat ini, pasti tidak ada orang yang selamat." Rakha menggeleng dan lalu berkata, "Kita tidak akan tahu kalau kita tidak mencarinya. Walaupun tempat ini terlihat sangat mengenaskan, kita harus tetap berkeliling. Aku takut, ada seseorang yang selamat, tapi malah kita biarkan ia tinggal di sini sendirian." Ega yang sebelumnya merasa ragu untuk berkeliling, akhirnya menyetujui perkataan Rakha. Kini, Qyan mencari tempat yang bagus untuk memarkirkan mobil bus yang besar itu. Setelah mobil bus terparkir, barulah mereka turun dan mulai menelusuri tempat itu. Dan seperti biasa, Zain tetap tinggal di dalam mobil bus karena ia sedang tertidur. Tim dibagi menjadi dua. Rakha dengan Ega sedangkan Qyan dengan Karin. Mereka berkeliling ke dua arah yang berbeda dan masing-masing dari mereka membawa senjata. Namun hanya Karin yang membawa obat-obatan dan perlengkapan medis. Di awal mulainya pencarian, Rakha merasa semakin miris melihat keadaan tempat itu dari dekat. Ia yakin, orang-orang yang dulunya tinggal di tempat itu, pasti telah dibantai habis oleh para Zyn yang melakukan penyerangan. Ia bisa membayangkan kengerian saat peristiwa itu terjadi karena dulu ia juga pernah merasakannya. "Saat monster-monster pemakan daging itu menyerang tempat tinggalku, rasanya benar-benar sangat menakutkan," batin Rakha. Ingatan-ingatan saat Zyn mengepung kosan tempatnya tinggal, kini kembali terlintas di dalam pikirannya. Rasa syukur pun kembali ia ucapkan karena ia berhasil selamat berkat kekuatan supernya. Selama tiga puluh menit berkeliling, kedua tim tidak menemukan satu pun tanda-tanda keberadaan orang yang masih hidup. Yang mereka temui hanyalah puing-puing bangunan yang rusak dan beberapa tengkorak manusia serta hewan yang tergeletak begitu saja. "Sepertinya memang tidak ada yang selamat, Kha," ucap Ega. Rakha pun mengangguk, mengiyakan perkataan Ega. Keduanya pun memutuskan untuk kembali ke bus melalui rute jalan yang berbeda dari saat mereka berangkat tadi. Dan saat mereka sudah berada di separuh jalan, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan keberadaan sebuah bangunan gereja tua yang masih berdiri cukup kokoh di antara bangunan-bangunan lain yang telah hangus. Gereja tua itu hanya terbakar setengahnya, sedangkan setengahnya lagi masih terlihat bagus. "Ega, apa kamu berpikir hal yang sama denganku?" tanya Rakha. "Ya, sepertinya begitu," jawab. Keduanya pun memutuskan untuk mendekati bangunan gereja itu. Namun saat keduanya baru saja melewati gerbang yang ada di depan gereja, tiba-tiba saja sekelebatan bayangan bergerak dengan sangat cepat, lewat di depan mereka. Dengan sigap, keduanya langsung memasang ancang-ancang untuk menghadapi sekelebatan bayangan yang mungkin saja adalah Zyn. "Jangan lengah!" kata Rakha dan lalu diangguki oleh Ega. Keduanya terus mengawasi area sekitar mereka dan ketika sekelebatan bayangan itu kembali muncul, Rakha dengan cepat menggunakan kemampuan teleportasinya dan lalu menangkap sekelebatan bayangan itu. Rakha berhasil menangkapnya. Namun, baik Rakha maupun objek yang ditangkapnya itu terjatuh dan menghantam tanah. Keduanya sama-sama mengerang kesakitan karena saling bertabrakan dengan cukup keras. Ega yang melihat Rakha berhasil menangkap objek yang bergerak cepat itu, lantas langsung menghampiri keduanya. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat siapa yang berhasil Rakha tangkap. "Sena!" ucap Ega kaget. "E-Ega?!" balas Sena. "Benarkah itu kamu?" Keduanya sama-sama tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN