35. HAMPIR TEWAS

2329 Kata
Di luar bangunan Adriana International School, Nando, Dokter Nick beserta anggota tim Jenderal Dipa, berusaha sekuat tenaga untuk melumpuhkan akar-akar tanaman merah yang saat ini sudah mengerubungi mereka. Permukaan akar-akar tanaman itu dialiri oleh aliran listrik dan akan sangat berbahaya jika sampai menyentuh tubuh salah satu dari mereka. "Habisi mereka! Jangan sampai mereka mendekati mobil!" kata pria yang menggantikan posisi Jenderal Dipa sebagai pemimpin di tempat itu. "Dan juga, jangan sampai kalian menyentuh mereka!" tambahnya. "Siap, Kapten!" jawab rekan-rekannya, namun tidak dengan Nando dan juga Dokter Nick. Bunyi tembakan pun terdengar bersahut-sahutan. Orang-orang itu terus melepaskan tembakan mereka demi mencegah akar-akar tanaman mendekat ke arah mobil. Mereka berusaha sekeras yang mereka bisa, tapi sayang, akar-akar itu terlalu banyak dan terlalu lincah. Apalagi mereka kalah jumlah sehingga menyulitkan mereka untuk terus melakukan pertahanan. Sampai akhirnya, Kartini yang sedari tadi bersembunyi di dalam mobil baja Barakuda, kini keluar dan lalu menembakkan beberapa anak peluru tepat ke arah akar-akar tanaman yang hampir saja menjerat jangan Dokter Nick. Nando yang melihat Kartini keluar dari dalam mobil, seketika menjadi panik dan khawatir. "Kak Kartini, kenapa Kakak keluar? Cepat masuk ke dalam!" pinta Nando. Kartini menggelengkan kepalanya dan lalu berkata, "Aku akan membantu. Kalian kekurangan orang bukan?" "T-tapi--" Ucapan Nando langsung dipotong oleh Kartini. "Sudahlah, Nan. Fokus saja pada akar-akar yang ada di depanmu!" ucap Kartini. Dengan perasaan yang sedikit tidak tenang, Nando akhirnya kembali menggunakan kekuatan supernya untuk menghabisi akar-akar tanaman yang tengah ia lawan. Entah mengapa, ia tidak bisa mengalah dari Kartini. Sementara itu, Kartini dan Dokter Nick sempat saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka menembak akar-akar tanaman yang bergerak mendekati mereka. Nando yang menjadi satu-satunya Genesis di tempat itu, terus melepaskan embusan hawa dingin yang begitu kuat ke arah akar-akar tanaman yang menggila. Berkat serangannya, akar-akar itu mati dan bahkan tidak beregenerasi lagi. Walaupun mereka masih hidup, tapi kekuatan mereka melemah karena suhu dingin yang Nando hasilkan. Dokter Nick yang melihatnya pun tiba-tiba saja terpikirkan sesuatu. "Akar-akar ini pasti memiliki titik pusat sebagai pengendalinya. Jika aku dan yang lain bisa menemukan titik pusat tersebut dan lalu membekukannya dengan kekuatan super Nando, pasti semua akar-akar gila ini akan layu dan mati," batin Dokter Nick. Kemudian ia memberitahukan tentang pemikirannya ini pada Nando dan juga Kartini. Ia berbicara sembari terus menembak, dengan suara yang terdengar sedikit berteriak. "Aku punya rencana!" ucap Dokter Nick. "Rencana apa?!" balas Kartini yang sama-sama sedikit berteriak. Nando yang berada di samping keduanya, dapat dengan jelas mendengar teriakan mereka berdua. "Dengarkan baik-baik. Kamu juga Nando!" ucap Dokter Nick. Kemudian Dokter Nick menjelaskan tentang semua rencananya dan tentunya masih dengan berteriak. "Hah?! Apakah kamu yakin akan berhasil?" tanya Kartini. "Iya, pasti!" jawab Dokter Nick. "Tapi, di mana letak titik pusatnya?" tanya Nando. "Aku tidak tahu. Tapi aku yakin, titik pusatnya pasti ada di dalam bangunan sekolah!" jawab Dokter Nick. Sekarang yang harus mereka lakukan adalah memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam sana. Dan Nando pun seketika memiliki sebuah ide. "Aku bisa membuka jalan dengan membekukan mereka. Tapi aku butuh bantuan kalian untuk melindungiku saat aku sedang menggunakan kekuatan superku," kata Nando. Dokter Nick dan Kartini pun menyanggupi permintaan Nando. Tanpa berlama-lama mereka pun mulai menjalankan rencana mereka. Namun, saat mereka baru saja akan bergerak, salah satu anggota polisi yang berada di dekat mereka berkata ingin ikut. "Biarkan aku ikut! Aku bisa membantu!" katanya. Ia yang sejak tadi mendengar obrolan ketiganya yang terdengar keras, dengan berani menawarkan diri untuk membantu. "Jika Anda ikut, maka orang-orang di sini akan kekurangan tim," ucap Dokter Nick. Dan pria anggota TNI yang menjadi pemimpin sementara di tempat itu, yang juga ikut mendengar obrolan antara Nando, Dokter Nick dan juga Kartini, dengan keras berteriak ke arah mereka berempat. Pria itu berkata kalau ia mengizinkan si anggota polisi untuk ikut masuk ke dalam sana. "Jangan khawatir, aku dan anggota lainnya bisa mengatasi masalah yang ada di sini," teriaknya. Karena perkataannya, akhirnya pria yang berprofesi sebagai anggota polisi itu ikut masuk ke dalam bangunan sekolah. Nando yang akan membekukan akar-akar tanaman yang ada di depannya, kini mulai berkonsentrasi dan memfokuskan kekuatan supernya. Di saat ia berkonsentrasi, Dokter Nick, Kartini dan si polisi menembaki akar-akar tanaman yang ingin meraih tubuh Nando. Ia benar-benar dilindungi oleh ketiganya. Setelah beberapa saat berkonsentrasi, akhirnya Nando siap untuk membuka jalan bagi mereka berempat. "Rasakan ini!!" Embusan angin dingin yang sangat kuat menerpa akar-akar tanaman yang ada di depannya. Akar-akar itu pun seketika layu dan kemudian menjauh dari terpaan suhu dingin yang Nando keluarkan. Akhirnya, sebuah jalan pun terbuka untuk mereka. "Ayo!" ucap Nando. Sembari masih melepaskan embusan angin dinginnya, Nando mulai melangkahkan kakinya melewati jalan yang ia buka. Diikuti oleh Dokter Nick, Kartini dan juga si polisi yang terus melindungi Nando. Keempatnya kini mulai mendekat ke arah bangunan sekolah. Sementara itu di dalam bangunan Adriana International School, dengan benda-benda berat yang ada di sekitarnya, Adipati melempari akar-akar tanaman yang terus mengejarnya. Dibantu oleh Jenderal Dipa yang sedari tadi menembaki akar-akar tanaman, kini keduanya telah sampai di sebuah kafetaria yang ada di bangunan besar tersebut. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati ruangan itu jauh lebih dipenuhi oleh akar-akar tanaman yang liar ketimbang ruangan yang lainnya. "Celaka," batin Jenderal Dipa. Dan ketika mereka mengamati area sekitar, mereka pun kembali dikejutkan dengan keberadaan rekan-rekan mereka yang telah tewas dan saat ini tengah dilahap oleh akar-akar tanaman yang memiliki bagian tubuh seperti mulut. Raut wajah marah dan sedih terlihat jelas di wajah Jenderal Dipa. Namun, ia mencoba untuk tidak terpancing emosinya dan berusaha untuk tetap tenang. Ia harus bisa mengeluarkan dirinya sendiri beserta Adipati dari tempat itu. Sekarang keduanya dihadapkan dengan akar-akar tanaman dengan jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya. Bahkan, akar-akar tanaman yang berada di tempat itu memiliki bagian yang terlihat seperti mulut dengan bentuk yang sangat menjijikkan. Mulut-mulut itu mengeluarkan lendir lengket, yang mana bercampur dengan aliran listrik yang mereka hasilkan. Jenderal Dipa mengarahkan senjatanya ke depan. Ia kesulitan untuk membidik target karena jumlahnya terlalu banyak. Adipati yang berada di belakang Jenderal Dipa, mendapati banyak sekali kursi dan meja berantakan di sekelilingnya. Dan tanpa berlama-lama, ia pun langsung menarik benda-benda itu ke arahnya menggunakan kekuatan telekinesisnya. Kemudian, ia menghancurkan benda-benda itu hingga menjadi potongan-potongan kecil, dan lalu, ia kembali menyatukan potongan-potongan kecil itu hingga membentuk tombak-tombak runcing yang siap digunakan untuk menyerang. Adipati melihat ke arah belakang akar-akar tanaman yang mana terdapat sebuah pintu di sana. Ia pun berniat untuk membuka jalan agar bisa sampai ke sana. "Aku akan membuka jalan, jadi bersiaplah untuk lari," ucap Adipati pada Jenderal Dipa melalui telepati. Ia juga membuat Jenderal Dipa mengetahui jalan mana yang akan mereka lewati sehingga pria itu kini bersiap untuk mempermudah rencana melarikan diri mereka. Setelah keduanya siap, Adipati langsung mengarahkan tombak-tombaknya ke arah akar-akar tanaman yang ia incar. Kemudian, ia melemparkan tombak-tombak tersebut hingga mengakibatkan akar-akar yang banyak itu menancap di permukaan lantai dan juga dinding sehingga membuat mereka sulit untuk bergerak. Akses jalan pun kini terbuka untuk keduanya. "Sekarang!" ucap Adipati. Keduanya pun berlari menuju pintu yang ada di depan sana. Jenderal Dipa yang berada di belakang Adipati, terus menembaki akar-akar tanaman yang datang dari arah lain, yang kini tengah mengejar mereka. Brak! Adipati mendorong pintu itu dengan sangat keras menggunakan kekuatan telekinesisnya. Mereka pun berhasil keluar dari ruang kafetaria dengan selamat. Tapi betapa terkejutnya mereka saat akar-akar tanaman langsung menjerat tubuh mereka ketika mereka baru saja memasuki ruangan yang ada di balik pintu. "Argh!" erang Adipati. Ia tersengat aliran listrik yang dihasilkan oleh akar tanaman yang saat ini sedang melilit tubuhnya. Begitu juga dengan Jenderal Dipa yang ada di sebelahnya. Keduanya kini tertangkap oleh akar-akar tanaman dan secara perlahan tubuh mereka mulai melemah karena aliran listrik yang terus menjalar di sekujur tubuh mereka. Mata mereka mulai berkunang-kunang, sekujur tubuh mereka mulai mati rasa. Tapi untungnya, Jenderal Dipa yang bertubuh lebih kuat daripada Adipati, kini masih bisa bertahan dan berusaha untuk melakukan sesuatu. "A-aku harus ... bisa l-lepas," batin Jenderal Dipa. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, namun usahanya itu sia-sia karena akar tanaman menjeratnya dengan sangat kuat. Keduanya tidak bisa melakukan apa-apa lagi sekarang. Kini yang bisa mereka lakukan hanyalah pasrah dan berharap ada bantuan yang datang ke tempat mereka. Di tengah kepasrahannya dan di tengah keadaannya yang sekarat, Adipati kembali mendapatkan sebuah tenaga untuk melepaskan diri. Kini, ia mengumpulkan kekuatannya. Ia berusaha melakukan sesuatu walau kemungkinan berhasilnya sangat kecil. "A-aku ... t-tidak ingin ... m-mat-i ...." Dengan perjuangan yang begitu keras, Adipati menggerakkan tangannya yang terlilit. Ia berusaha menyentuh akar tanaman menggunakan telapak tangannya. "Ayo ... ayo ... ayo ...." Setelah kesulitan untuk menggerakkan tangannya, akhirnya Adipati berhasil menyentuh permukaan akar tanaman menggunakan telapak tangannya. Dan dengan konsentrasinya yang kacau, Adipati pun mulai menggunakan kekuatan supernya. "Berhenti," ucapnya. Dan tak berselang lama, secara tidak disangka, tiba-tiba saja aliran listrik yang menjalar di seluruh permukaan akar tanaman padam. Bahkan, akar-akar yang sedari tadi terus bergerak mencari mangsa, kini pergerakannya ikut terhenti. Nando, Dokter Nick, Kartini dan si anggota polisi yang sudah masuk ke dalam bangunan sekolah, merasa keheranan dengan apa yang terjadi pada akar-akar tanaman yang sedari tadi menyerang mereka. "Kenapa mereka semua berhenti?" batin Nando. Mereka semua seperti kaku, seakan-akan waktu berhenti di sekitar mereka. Melihat bahwa kesempatan ini adalah sebuah kesempatan yang bagus, mereka pun dengan cepat berkeliling untuk mencari keberadaan Adipati, Jenderal Dipa, beserta rekan-rekan mereka yang lain. Sementara itu, Jenderal Dipa yang sebelumnya hampir saja pingsan, saat ini merasa bingung dengan apa yang terjadi. Ia pun lantas menatap ke arah Adipati, namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati sosok Adipati dengan mata berwarna biru bercahaya, tengah mimisan dan darah yang keluar dari hidungnya terbilang sangat banyak. "Adi?! Apa kamu baik-baik saja?!" tanya Jenderal Dipa khawatir. Adipati mengangguk dan berkata, "Aku baik-baik saja, Jenderal tidak perlu khawatir." Ia ternyata menggunakan kekuatan telepatinya untuk terhubung langsung dengan pusat dari akar-akar tanaman ini yang adalah sesosok Zyn yang sudah bermutasi ke tingkat yang paling tinggi. Karena sudah terhubung, Adipati lantas mengendalikan pikiran dari Zyn tersebut dan bahkan, ia jadi tahu di mana makhluk itu berada. Kini, Adipati memerintahkan Zyn untuk melepaskannya dan juga Jenderal Dipa, dan Zyn pun menurutinya. Mereka berdua kini telah terbebas, namun dengan keadaan tubuh yang terasa masih kesemutan. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Jenderal Dipa pada Adipati. Pria itu langsung menghampiri Adipati dan lalu menopangnya untuk berdiri. "Iya, aku baik-baik saja," jawab Adipati. "Ada yang harus aku lakukan sekarang," tambahnya Adipati yang sebelumnya juga menangkap sinyal keberadaan Nando, Dokter Nick, Kartini dan seorang pria yang tidak ia kenal, lantas mengirimi mereka sebuah pesan melalui sinyal telepati. "Apa kalian mendengarku?" tanya Adipati. Keempat orang itu langsung menghentikan langkah mereka ketika mendengar suara Adipati di dalam kepala mereka. "Di? Kamu di mana?" tanya Nando. Ialah orang pertama yang merespons Adipati. "Tidak penting aku ada di mana, sekarang lebih baik, kalian pergi menuju ke tempat yang akan aku arahkan," kata Adipati. Kemudian secara otomatis, pikiran mereka tertuju ke suatu tempat yang ada di dalam bangunan itu, dan tanpa berpikir apa-apa, mereka pun melangkahkan kaki mereka pergi ke sana. Keempat orang itu berlari dengan cepat melewati akar-akar tanaman yang masih diam mematung di tempatnya. Mereka terus berlari melewati beberapa lorong hingga akhirnya keempatnya sampai di basemen sekolah. "I-itu ...," ucap Nando. "Iya benar, itu pusat dari akar-akar tanaman ini," kata Adipati. "Itulah Zyn yang bersarang di bangunan sekolah yang luas ini," tambahnya. Nando, Dokter Nick, Kartini dan si polisi, kini melihat sebuah objek berbentuk jantung pisang raksasa berwarna merah yang terus berdenyut-denyut. Dokter Nick yang saat ini melihat secara langsung sosok Zyn yang telah bermutasi lebih jauh, merasa sangat takjub sekaligus ngeri. "Monster ini ... ia benar-benar sudah bertambah kuat," batin Dokter Nick. Ia mendekat dan lalu menyentuh benda berbentuk jantung itu dan lalu, dirasakanlah hangat di tangannya. "Dia benar-benar hidup," ucap Dokter Nick. Adipati yang sudah tidak kuat lagi menahan pikiran Zyn itu, lantas meminta Nando untuk membekukan benda berbentuk jantung itu sampai benar-benar membeku seluruhnya. "Gunakan kekuatan supermu, Nan, bekukan benda itu sampai ke dalam-dalamnya!" pinta Adipati. Dengan yakin Nando mengiyakan permintaan Adipati. Ia kemudian meminta Dokter Nick untuk menyingkir agar ia bisa melakukan pekerjaannya. "Habislah kau, tanaman jelek!" ucap Nando. Kemudian ia melepaskan embusan udara dingin yang sangat kuat, yang mana dengan cepat membekukan benda berbentuk jantung pisang itu hingga ke dalamnya. Benda raksasa yang awalnya berwarna merah darah dan berdetak dengan irama yang teratur, sekarang telah berubah warna menjadi kebiru-biruan dan detakannya perlahan mulai berhenti. Bersamaan dengan itu, benda itu membeku dan kemudian berubah menjadi bongkahan es raksasa yang sangat keras. Zyn tanaman itu pun akhirnya tewas di tangan Nando. Adipati yang sedari tadi menahan pergerakannya, kini sudah bisa melepaskannya dengan tenang. "Syukurlah," ucap Adipati. Remaja itu kemudian ambruk dan untungnya ada Jenderal Dipa yang dengan sigap menangkap tubuhnya. "Genesis ini benar-benar hebat," batin Jenderal Dipa. "Jika bukan karena kekuatan supernya, mungkin saja aku sudah tewas tadi." Ia terus menatap Adipati dengan tatapan yang penuh dengan kekaguman. Menurutnya, sosok Genesis ini benar-benar penyelamat bagi umat manusia dari kehancuran yang saat ini sedang terjadi. "Aku harus secepat mungkin menemukan Genesis lain agar semua masalah ini bisa berakhir." Secara perlahan akar-akar tanaman yang menutupi satu bangunan sekolah dan bahkan menyebar ke area yang ada di sekitarnya mati. Tidak ada lagi sosok Zyn yang bersarang di tempat itu. Tempat itu kini sudah bersih dan aman. Jenderal Dipa dan Adipati pun berhasil bertemu dengan Nando, Dokter Nick, Kartini dan si anggota polisi. Kartini yang melihat Adipati sedang digendong oleh Jenderal Dipa dalam keadaan pingsan dan kondisi hidung yang mengeluarkan darah, lantas menjadi panik dan ketakutan. "Adi?! Apa yang terjadi padanya?!" tanya Kartini dengan sangat panik. "Dia hanya kelelahan, jadi kamu tidak perlu khawatir," jawab Jendral Dipa dengan tenang. Kartini pun sontak merasa tenang mendengarnya. Ia bersyukur kalau adiknya itu hanya kelelahan saja. Kemudian, karena sekolah Adriana International School bukanlah tempat di mana Rakha dan yang lainnya berada, Jenderal Dipa pun memutuskan untuk menarik dirinya dan juga timnya dari sana. Ia yang awalnya berencana untuk mendatangi satu sekolah lagi sebelum malam tiba, kini membatalkan niatannya itu karena kondisi Adipati yang kelelahan. "Ayo kita pulang. Kita lanjutkan lagi pencarian kita besok," ucap Jenderal Dipa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN