02. KELAS XII-A

1748 Kata
Arnando Pradipta, seorang remaja tampan dengan tubuh tinggi proporsional, berjalan melewati lorong sekolah yang cukup ramai dengan siswa-siswi yang berlalu-lalang. Ekspresi wajah angkuhnya membuat siapa pun jadi segan untuk mendekatinya. "Oy! Nando!" panggil seseorang dari arah belakang Nando. Seorang remaja bertubuh tinggi menjulang dengan wajah yang tak kalah tampan dari Nando, kini merangkul akrab pundak Nando. Dialah Putera Alan, salah satu teman se-geng Nando. "Tumben datang tepat waktu, kamu tidak menggoda siswi dari sekolah lain dulu?" tanya Nando. Wajah tampan Alan yang terlihat nakal memang dengan mudah memikat banyak hati lawan jenisnya dan ia memanfaatkannya dengan sangat baik. "Ah, tidak dulu lah. Hari ini aku mau jadi anak baik dulu," kata Alan. Tak lama mereka berjalan, ketiga teman mereka yang lain telah menunggu kedatangan mereka di depan sana. Mereka adalah Ega Ferdian, si Kalem, Sena Orion, si Pangeran Es dan Qyan Muzzian, si Pemarah. "Pagi guys," sapa Alan dengan ramah. Sena hanya diam, Qyan hanya menganggukkan kepalanya dan Ega hanya tersenyum sedikit ke arah Alan. Benar-benar respons yang sangat baik. "Kalian berangkat sekolah bersama?" tanya Ega pada Nando. "Tidak, dia menghampiriku di sana," jawab Nando sembari menunjuk ke arah belakang. Kemudian mereka berlima yang dikenal sebagai Perkumpulan Anak Sultan, melangkah pergi menuju kelas mereka. Kelas XII-A. Selama perjalanan menuju kelas, Alan terus mengoceh tentang gadis-gadis yang ia kencani dan hanya Nando serta Ega saja yang menanggapi ocehannya, sedangkan Sena tetap diam dan Qyan asik dengan ponselnya. Sampai akhirnya Nando mulai membicarakan tentang musuh bebuyutannya. Siapa lagi kalau bukan Adipati Rahadian. "Hey, teman, coba tebak, di jalan tadi aku bertemu dengan siapa?" Nando memandangi keempat temannya secara bergantian. "Biar aku tebak, pasti--" Belum selesai Alan menjawab, Nando langsung menjawabnya sendiri. "Benar. Adipati dan Rakha, si duo payah!" ucap Nando. Ia lalu menceritakan betapa payahnya Adipati dan Rakha ketika sedang mengemudikan mobil di jalan. "Mobil sebagus itu dikemudikan selambat siput. Benar-benar cupu." Nando tertawa puas setelah merendahkan Adipati dan juga Rakha. Alan ikut tertawa seperti Nando, Ega hanya tersenyum kecil, sedangkan Sean dan Qyan masih asik dengan dunianya masing-masing. "Lain kali mereka harus aku tabrak," ucap Nando sembari menyeringai. Kini kelimanya telah sampai di kelas XII-A. Suasana kelas yang sebelumnya terasa tenang dan tenteram, seketika berubah menjadi tegang dan mencekam setelah kelima orang itu masuk ke dalamnya. Nando mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas dan lalu matanya langsung tertuju pada seorang siswa yang sedang memakan bekal sarapan paginya. Ia ditemani oleh seorang siswa lainnya yang tampak ketakutan ketika melihat Nando cs mendekatinya. "Si Cupu dan si Anak Mami sedang bersama rupanya," ucap Nando. Kedua siswa itu kini terlihat sangat ketakutan. Alan dan Ega yang berdiri di samping kanan dan kiri Nando tampak menyeringai, sedangkan Sean dan Qyan hanya menatap tajam ke arah dua siswa yang sedang mereka rundung pagi ini. Siswa yang terlihat seperti seorang kutu buku dan seorang anak yang manja itu hanya bisa menunduk dengan tangan yang gemetaran. Nando senang sekali melihat ekspresi ketakutan yang ditunjukkan oleh keduanya. Ketika mereka berlima tengah asik membuli teman sekelas mereka, seorang siswi berwajah cantik agak kebarat-baratan, dengan berani melindungi kedua siswa yang ketakutan itu. "Hey pengecut! Beraninya keroyokan!" ucapnya. Mood Nando seketika hilang saat ia mendengar suara siswi itu. Siswi yang selalu mengganggunya dan juga teman-temannya ketika mereka sedang bersenang-senang. "Karin Attaya," ucap Nando pada sang siswi pemberani. "Kau selalu saja sok menjadi pahlawan seperti Adipati dan juga Rakha." Siswi yang dipanggil Karin itu dengan berani bertolak pinggang di depan Nando, ia dengan serius menantang Nando, sang pentolan kelas. "Kau sendiri sok menjadi yang terkuat. Dasar, pengecut!" ucap Karin sembari menunjukkan ekspresi wajah meledeknya. Nando yang merasa tidak suka dengan Karin, lantas melangkah maju mendekatinya. Tapi, seorang siswa dengan senyum yang ramah dengan cepat langsung menghalanginya. Siswa itu hanya tersenyum menatap Nando dan tidak berkata apa-apa. "Menyingkir kau, Gio," ucap Nando. Siswa bernama Gio itu hanya menggeleng sembari masih mempertahankan senyumnya. Nando yang merasa kesal pun lantas menarik kerah baju Gio hingga pemuda itu sedikit terangkat ke atas. "Hei! Hei! Hei!" teriak seorang pemuda dengan suara yang agak berisik. "Turunkan temanku!" katanya. Nando yang tidak mau mengurusi pemuda berisik itu, lantas meminta Qyan untuk mengurusnya. "Qyan, urus Hari!" suruh Nando. Qyan mengangguk dan lalu menghampiri Hari. Ia mendorong tubuh Hari yang lebih pendek darinya hingga mengakibatkan Hari bergerak mundur ke belakang. Pagi yang tenang seketika berubah menjadi rusuh karena ulah Nando dan teman-temannya. Namun, pemandangan berbeda terlihat di barisan pojok kelas, yang mana seorang siswa berwajah imut tampak dengan tenang tertidur di tengah kekacauan ini. Murid yang hanya tersisa para siswi itu hanya bisa menonton dan tidak berani bertindak apa-apa. Itu semua karena mereka takut pada Nando cs. Di saat keadaan semakin menegang, sosok Adipati dan Rakha pun muncul. Mereka yang melihat ada keributan di kelas, lantas langsung segera menengahi. "Lepaskan tanganmu dari Gio!" kata Rakha sembari mendorong tubuh Nando. Nando pun melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Gio dan lalu menatap tajam Rakha yang telah berani mendorongnya. "Kamu tidak apa-apa Gio?" tanya Rakha. Gio yang murah senyum itu hanya mengangguk tanda ia baik-baik saja. Sementara itu, Adipati yang menjabat sebagai ketua kelas, lantas mengambil tindakan dengan membubarkan kerumunan Nando cs, Karin, Gio dan juga Hari. "Semuanya bubar!" ucap Adipati dengan tegas. Karin, Gio, Hari dan Nando cs mulai membubarkan diri mereka. Namun, sebelum Nando benar-benar pergi, Adipati kembali berbicara padanya. "Dan untuk Nando, aku sangat meminta padamu untuk berhenti mengganggu teman-temanmu yang lain," pinta Adipati. Namun, Nando hanya menyeringai dan lalu menghampiri Adipati. Ia kemudian menepuk pundak Adipati beberapa kali sembari matanya memutar malas. "Tak usah sok memerintahku! Aku tidak mau diperintah oleh orang sepertimu!" kata Nando dan lalu beranjak pergi ke kursinya. Ia terlebih dahulu menoyor kepala si Manja yang masih menunduk ke arah bekal sarapannya. "Hey!" teriak Rakha kesal. "Sudah, Kha." Dengan cepat Adipati menghentikan Rakha yang ingin meninju Nando. "Tapi, Di ...." Adipati menggeleng, meminta Rakha untuk tidak menggubrisnya. Ia lalu beralih ke dua orang yang mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari Nando cs. "Kalian tidak apa-apa kan, Bayu, Lio?" tanya Adipati yang sangat mengkhawatirkan keduanya. Si Kutu Buku Lio hanya mengangguk canggung, sedangkan si Manja Bayu menyunggingkan senyumnya ke arah Adipati. "Kami tidak apa-apa, Di. Terima kasih," ucap Bayu. "Maaf aku datang agak terlambat." Adipati merasa tidak enak. "Tidak apa-apa, mereka hanya meledek kami kok, kamu tidak perlu khawatir." Bayu berusaha meyakinkan Adipati. Kemudian Adipati dan Rakha pun bergegas menuju tempat duduk mereka. Sembari berjalan, Adipati dan Nando saling pandang dengan Nando yang menatap tidak suka ke arah Adipati. Adipati pun lantas merasa keheranan. "Ada apa dengannya? Kenapa dia sebegitu tidak sukanya padaku?" batin Adipati. Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi. Pelajaran pertama pagi itu dibuka dengan pelajaran Matematika. Segarlah otak murid-murid yang ada di kelas XII-A. *** Pukul 15:00... Bel pulang sekolah telah berbunyi, Nando cs dengan cepat merapikan buku pelajaran mereka dan lalu bergegas pergi keluar kelas. Sebelum keluar kelas, Nando dengan iseng mendendang meja Adipati yang terletak di barisan paling depan. Rakha yang ingin memarahi Nando, dengan cepat dihalangi oleh Adipati. "Abaikan," kata Adipati singkat. Sampai saat ini, Rakha masih bisa menurut. Ia pun mengusap-usap dadanya, berharap emosinya terhadap Nando dapat segera turun. "Aku ingin sekali meninju wajah tampannya," kata Rakha. Adipati hanya tersenyum mendengar omelan Rakha. Sejak dulu sahabatnya itu memang telah menjadi haters nomor satu Nando cs. Ia ingin sekali membalas semua perbuatan buruk Nando cs sampai puas. "Ayo ke Central Park. Kita kerjakan tugas kita di sana," ajak Adipati yang kini telah bangkit dari kursinya. Dengan semangat Rakha bangkit mengikuti Adipati, namun keduanya menghentikan langkah mereka ketika mendapati sosok teman kelas mereka yang masih tertidur dengan sangat pulas di sudut ruangan. Adipati lantas menghampirinya dan lalu membangunkannya. "Zain, bangun, sudah waktunya untuk pulang." Adipati mengguncang-guncang tubuh remaja bernama Zain dengan pelan. Tak lama kemudian, remaja berwajah tampan dan imut itu membuka kedua matanya. Ia meregangkan tubuhnya sejenak dan lalu, langsung mengenakan tas sekolahnya. "Terima kasih, Di," ucapnya dan lalu beranjak pergi keluar kelas. Adipati dan Rakha pun saling tatap untuk sejenak. Mereka sudah terbiasa membangunkan Zain seperti ini. Namun, keduanya masih tetap bertanya-tanya mengenai Zain yang kuat sekali tertidur selama seharian penuh. "Untung saja dia genius," kata Rakha. "Aku ingin sekali sepertinya." Rakha benar-benar ingin seperti Zain yang tetap pandai dalam semua pelajaran walau selama jam pelajaran hanya tertidur nyenyak. Kemudian keduanya berlalu pergi dari sana menuju ke mal yang Adipati katakan sebelumnya. *** Sore itu hujan turun cukup deras membuat jalanan di beberapa titik di Kota Jakarta tergenang oleh air. Untungnya, Adipati dan Rakha telah tiba di Central Park sehingga mereka tidak perlu berjuang mengendarai mobil melewati jalan-jalan yang tergenang itu. Adipati langsung memesan meja di salah satu kafe langganannya. Karena hujan, Adipati tidak bisa memesan meja di luar ruangan seperti biasa. Jadi, mau tidak mau ia harus memesan meja di dalam ruangan. "Satu Americano dan--" Perkataan Adipati terhenti dan lalu menatap ke arah Rakha yang hanya melihat daftar menu yang ada di tangannya. "Kamu pesan apa?" tanya Adipati. Rakha menggeleng. "Tidak usah, kamu saja yang pesan," jawabnya. Adipati yang hafal kalau Rakha tidak mau ditraktir olehnya, lantas memesankan minuman yang sahabatnya itu sukai. "Strawberry Milkshake satu," pinta Adipati pada sang pelayan. Rakha yang mendengar Adipati memesankan minuman kesukaannya, lantas berniat untuk membatalkan pesanan Strawberry Milkshake-nya. Namun, Adipati langsung meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya tanda ia menyuruh Rakha untuk diam. "Ini saja pesanannya?" tanya pelayan memastikan. "Iya," jawab Adipati. Setelahnya si pelayan pergi untuk membuatkan pesanan yang Adipati pesan. Sambil menunggu pesanan, Adipati mengeluarkan buku pelajaran yang akan ia kerjakan hari ini. Rakha yang duduk di seberangnya hanya memandanginya sedang mengeluarkan buku dan alat tulis. "Kenapa?" tanya Adipati heran. "Terima kasih," ucap Rakha sembari melebarkan senyumnya. "Untuk apa kamu berterima kasih?" tanya Adipati untuk kedua kalinya. "Karena kamu selalu baik terhadapku," jawab Rakha. Sembari ikut melebarkan senyumnya, Adipati pun berkata, "Aku sudah sering mengatakan hal ini dan bahkan aku mulai lelah mengatakannya." Adipati menatap Rakha dengan tatapan hangatnya. "Kamu sudah aku anggap sebagai saudara dan keluargaku sendiri, jadi wajar kalau aku berbuat baik padamu." Senyum Adipati semakin merekah lebar. Rakha yang mendengar ucapan Adipati untuk ke sekian kalinya itu, merasa sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Adipati. "Nah, sekarang siapkan bukumu. Kita selesaikan tugas sekolah kita dan lalu setelah ini, kita pergi bermain game." Rakha mengangguk dan dengan semangat, ia mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tasnya. Sementara itu, di tempat pesanan Adipati yang sedang dibuat, seorang pelayan yang tampak kurang sehat mulai bersin-bersin dengan cukup keras. Muncratan air liurnya bahkan mengenai beberapa nampan dan gelas yang telah siap untuk disajikan. Salah satunya adalah milik Adipati dan Rakha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN