6. Salahkah?

1156 Kata
Suasana ruangan serba putih yang menguarkan aroma khas obat-obatan itu terasa sunyi, satu-satunya suara hanyalah dentingan jam yang bergerak teratur. Di dalam ruangan hanya ada seorang perempuan yang tengah menatap prihatin ke arah lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang kecil. Di hidung lelaki itu terdapat tabung oksigen guna membantu pernapasan, juga perban yang membalut kepala dan dadanya. Ya, lelaki itu sedang shirtless sekarang. "Kapan kau akan sadar, Nathan?" gumam Thea pelan seraya memegang tangan Nathan yang lemah dan pucat. Lelaki itu mengalami patah tulang rusuk dan juga benturan keras di kepala sehingga membuatnya kehilangan banyak darah. Terimakasih kepada Tuhan yang masih memberi kesempatan hidup untuk Nathan. Setidaknya ketakutan Thea tidak menjadi kenyataan mengenai setiap lelaki yang mendekatinya pasti akan mati. Tidak ada yang menjenguk Nathan. Selain karena Thea belum memberi tahu siapapun, Nathan selama ini hidup sebatang kara. Kedua orangtuanya sudah meninggal sejak dia masuk JHS akibat kecelakaan pesawat. Selama ini biaya hidup Nathan sementara ditanggung oleh paman angkatnya yang mengelola perusahaan milik ayahnya. Setidaknya itulah kata Nathan tadi malam. "Apa ini semua gara-gara Thea? Kau baru mendekati Thea tidak lebih dari tiga hari, tapi kau sudah menjadi seperti ini." ucap Thea murung. Matanya menatap sayu pada Nathan yang masih setia terpejam. Hatinya merasa bersalah sekaligus menyesal, andaikan saja ia menjauhi Nathan—pasti lelaki itu tidak akan menjadi seperti ini. Ding! Dong! Suara alarm dari ponsel Thea berbunyi, sudah pukul enam tepat—waktunya makan malam. Itulah alarm yang disetel oleh kakaknya Nio sedari dulu agar Thea tidak melupakan hal dalam mengisi perut. Kakaknya yang satu itu benar-benar sangat perhatian bahkan cenderung overprotektif. Tapi Thea sedang tidak bernafsu sekarang. Biarlah ia tidak makan, lagipula Kak Nio tidak mengetahuinya kan? Tring! Ponsel Thea kembali berbunyi, satu buah pesan masuk dan Thea langsung membacanya. Kak Zio jelek Kau dimana Thea? Kenapa belum pulang? Tertanda, Zio tampan kece maksimal. Oh, tidak! Thea lupa mengabari kakak-kakaknya! Thea menggigit bibirnya. Pasti mereka sedang mengkhawatirkannya sekarang! Dengan cepat Thea menelepon Zio dan baru deringan pertama sudah diangkat oleh lelaki itu. "Hey, Thea. Kau berada dimana? Kenapa belum pulang? Ini sudah malam, kau ini perempuan—bahaya!" ucap Zio dari seberang sana tanpa harus basa-basi mengucapkan hola-halo. Bahkan ucapan lelaki itu terdengar seperti ibu-ibu rempong yang sedang memarahi anaknya. Thea spontan memutar bola mata, "Thea sedang berada di rumah sakit. Lagipula ini masih jam enam, kak Zio!" "Apa?! Rumah sakit?! Kau sakit apa?!" Terdengar teriakan panik dari seberang sana. "Bukan Thea yang sakit, tapi teman Thea. Dia mengalami kecelakaan." "Kirimkan alamat rumah sakitnya, aku akan segera kesana!" Belum sempat Thea berkata, Zio sudah terlebih dahulu mematikan sambungan telepon dengan seenaknya. Membuat Thea mendengus seraya mengetik alamat rumah sakit ini untuk dikirimkan ke kakaknya yang menyebalkan itu. Kemudian ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sebelum akhirnya melipat kedua tangannya lalu menaruh kepalanya di sana. Menit demi menit berlalu. Thea masih sibuk memperhatikan Nathan yang sepertinya tidak ada tanda-tanda untuk bangun. Huft, semoga saja lelaki itu cepat sadar. Ceklek! "Spada! Anybody in here?" Thea tidak perlu menoleh karena dari suaranya ia sudah mengetahui siapa yang baru saja membuka pintu dan melenggang masuk. "Orang jelek tidak boleh masuk!" "Ah, syukurlah. Untungnya aku itu orang tampan." Zio melenggang santai mendekati Thea lalu mengernyit ketika mendapati teman Thea yang kecelakaan ternyata laki-laki, ia kira perempuan. "Ini temanmu yang kecelakaan itu?" "He'em. Dia korban tabrak lari." jawab Thea sendu. Sungguh tidak punya hati orang yang menabrak Nathan tadi, lari tanpa bertanggung jawab terlebih dahulu. Ck.. Tapi terlepas dari hal itu, Thea merasakan adanya sebuah kejanggalan di balik kecelakaan yang menimpa Nathan. Mobil Rolls royce tadi seolah dengan sengaja menabrak Nathan agar meregang nyawa jikalau dilihat dari kecepatannya. Tapi Tuhan berkehendak lain, Nathan masih bisa bernapas sampai sekarang. "Ayo kita pulang, Thea. Kau pasti belum makan. Lihat, kau saja masih memakai seragam!" Ucapan Zio membuyarkan lamunan Thea. Kakaknya benar, ia masih memakai seragam sekolah. Tapi jika ia pulang, bagaimana dengan Nathan? "Kalau Thea pulang, siapa yang akan menunggu Nathan? Thea tidak mungkin membiarkannya sendirian disini, kak." ZIO tersenyum tipis, "Masih ada perawat. Kau bisa menjenguknya besok!" Menghela napas, dengan berat hati Thea mengangguk. --------------------------------------------- Ceklek! Pintu itu terbuka, dan di baliknya, muncul seorang lelaki dengan tas ransel yang tersampir di bahunya—tak lupa dengan miniatur spongebob yang senantiasa ia bawa kemana-mana. Bibirnya mengeluarkan siulan pelan sembari melangkah dengan santainya. Kakinya yang jenjang hendak menaiki anak tangga sebelum suara lain menginterupsi. "Nio!" Nio menoleh ketika merasa namanya dipanggil. Ia bisa melihat kakak tertuanya yaitu Gerald dan juga adiknya yaitu Astra berjalan mendekatinya. "Ada apa? Nio lelah, Nio mau tidur!" Gerald tampak menghembuskan napas berat, "Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu." ucapnya sembari melipat kedua tangannya di d**a. Menampilkan bisep yang tercetak jelas karena lelaki itu kini mengenakan kaos cukup ketat. "Bicarakan besok saja, Nio itu mau tidur!" kesal Nio dengan wajah cemberut. Lelaki itu kemudian berbalik dan hendak menaiki tangga sebelum terhenti kembali ketika mendengar ucapan dari Astra. "Kau kan yang menabrak teman Thea tadi sore?". Nio sempat terdiam beberapa saat. Namun tak berapa lama kemudian, lelaki itu berbalik lagi hingga berhadapan dengan kedua saudaranya. Dengan santai ia berkata, "Kalau benar memangnya kenapa?" "Kau tidak boleh melakukan hal seperti itu. Itu semua bukanlah tindakan yang benar. Lagipula kenapa kau melakukannya?" tanya Gerald tak habis pikir. "Dia mendekati Thea." jawab Nio singkat, padat, dan jelas. "Tapi tidak dengan melukainya," Astra mendengus, "Aku dan Gerald pun juga tahu kalau kau yang membunuh Daniel dan dua laki-laki lain yang mencoba mendekati Thea. Benar bukan?" Bukannya panik karena ulahnya ketahuan, Nio malah tersenyum lebar dengan mata berkilat senang. "Benar. Nio yang menghabisi mereka karena mendekati Thea, adik kesayangan Nio." Gerald dan Astra serempak memijit pelipis mereka. Merasa bingung harus menjelaskan kepada Nio mulai darimana. Sifat dan perilaku Nio memang seperti anak kecil, namun lelaki itu terkadang juga bisa bertindak hal-hal yang tidak terduga. Gerald berdehem, sebagai kakak tertua—sudah menjadi kewajibannya untuk menasehati adik-adiknya yang berbuat salah. "Nio sayang sama Thea?" Nio langsung mengangguk cepat, bahkan terlewat antusias. "nio sangat menyayangi Thea. Soalnya kan Thea adik Nio." "Kalau Thea adik Nio dan Nio sangat menyayangi Thea, tentunya Nio tidak suka kan kalau Thea bersedih?" ujar Gerald seperti ayah yang sedang menasehati anaknya. Nio kembali menggeleng dengan genggamannya yang mengerat pada miniatur spongebob yang dia pegang. "Kalau Thea sedih, Nio juga ikut sedih." "Kalau begitu berhenti menyakiti lelaki yang mendekati Thea karena itu membuat Thea menjadi sedih." Kali ini Astra yang mencoba untuk menjelaskan. "Tapi Nio tidak suka dengan mereka." Bibir Nio mengerucut sebal. "Kalau Nio tidak suka, tidak sepatutnya Nio sampai melukai bahkan menghilangkan nyawa mereka." "Kalau Nio bilang tidak suka ya tidak suka!" Ekspresi Nio langsung berubah. Matanya berkilat tidak suka dengan alisnya yang mulai meruncing tajam. "Kalau Thea kenal dengan lelaki, pasti dia akan meninggalkan Nio! Pokoknya Nio akan menyingkirkan lelaki manapun yang mencoba mendekati Thea, titik!!" Nio segera berbalik dan langsung berjalan cepat menaiki tangga sampai ke kamarnya lalu menutup pintu dengan keras. Nio hanya ingin melindungi Thea, apakah itu salah? 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN