4. Nathan

1883 Kata
Kelopak mata Thea perlahan terbuka. Hal yang pertama yang ditangkap oleh indera penglihatannya adalah sebuah punggung kekar yang terbalut jubah panjang dari kain sutera yang mengkilap. Matanya mengerjap beberapa kali berusaha memastikan kalau seseorang yang dipastikan adalah seorang lelaki ini merupakan salah satu dari kelima ayahnya. Jemari Thea bergerak menyentuh punggung yang membelakanginya itu. Namun sama sekali tidak ada respon sampai jemari Thea membuat pola melingkar di punggung itu. "Ayah." panggil Thea pelan sambil mengguncangkan bahu lelaki yang sedang tidur membelakanginya itu. Lagi-lagi tak ada respon. Dan itu membuat Thea kontan mendengus sebal. Ia pun berteriak keras, "ISH, AYAH!!" "Hoaaaamm.." Kali ini suara Thea berhasil membuat lelaki itu terbangun dan langsung menguap lebar sambil mengucek matanya. Tubuhnya bergerak mencari posisi yang lebih nyaman untuk kembali tidur sebelum akhirnya suara Thea berhasil membuatnya kembali terjaga. "ISH, AYAH ASREIN BANGUN!!" Thea mengambil guling dan langsung memukuli Asrein dengan guling itu berulang kali. "Ngh, Thea. Ayah masih mengantuk!" racau Asrein kurang jelas dengan mata tertutup. "Bangun, ayah. Ini sudah senja, ayah harus segera kembali ke istana!" ujar Thea mengingatkan. Gadis itu membuang guling tadi dengan asal namun malah diambil oleh Asrein untuk dipeluk dan malah menenggelamkan wajahnya disana. "Hm, nanti saja. Kau tidak perlu cerewet." ucap Asrein semakin kurang jelas karena wajahnya yang terbenam di guling. "Thea tidak cerewet! Thea hanya ingin membangunkan ayah!" Bibir Thea mengerucut kesal. "Nanti Thea akan mengadu pada ibu. Supaya ayah diusir dari ranjang!" Rupanya ucapan Thea kali ini adalah sebuah mantera yang sangat ampuh membuat Asrein langsung melompat bangun. Matanya tampak terbuka lebar walaupun sedikit ada kemerahan dipinggirnya. "Cih, apa Thea harus menggunakan ibu agar ayah bisa bangun!" Thea merengut kesal. "Tentu." jawab Asrein asal. Dia meraih gelas berisi air putih dari atas nakas lalu meminumnya. Thea membuang pandangan ke arah lain. "Ayah sendiri? Ibu tidak ikut?" "Kau ini sebenarnya berbicara denganku atau dengan siapa?" Asrein menaruh kembali gelas yang kini kosong ke atas nakas. Thea menoleh dan mendengus. "Ibu dimana?" "Dia tidak ikut." Asrein beranjak dari ranjang hingga terdengar suara deritan kecil. "Seminggu lagi ada rapat di istana, kau dan kakak-kakakmu harus hadir!" "Malas." gumam Thea pelan namun masih bisa terdengar di telinga Asrein. "Apa?" "Ah, tidak." Thea menggeleng. "Memangnya rapat tentang apa, ayah?" tanyanya dengan tangan mencengkeram erat bed cover ketika Asrein mengusap poni rambutnya ke atas. Di usia Ayah kandung Thea, Asrein, yang sudah tidak lagi muda ini, wajah lelaki itu masih terlihat sangat tampan rupawan tanpa kerutan sedikitpun. Wajahnya memang nampak semakin dewasa, namun perilakunya masih tetap sama seperti seorang anak kecil. Hanya saja sifat childish-nya itu sudah mulai berkurang tidak seperti dahulu. "Rapat untuk membahas perayaan ulang tahun Yezra." Mata Thea langsung berbinar seketika. "Ah, benar! Ayah Yezra kan sebentar lagi berulang tahun!" Asrein mendengus. "Kemarin saja kau lupa pada ulang tahunku, Sekarang ulang tahun Yezra malah ingat!" cibirnya. Thea hanya memamerkan deretan giginya yang putih. Memang saat ulang tahun Asrein gadis itu lupa dan malah hangout bersama teman-temannya. Hm, unik memang. Ulang tahun Asrein yang merupakan ayah kandung dari Thea, gadis itu tidak mengingatnya. Tetapi ulang tahun Yezra yang notabenenya bukan ayah kandung dari Thea, gadis itu malah mengingatnya. Ck.. Duak!! "Zio! Kembalikan spongebob!!" Duak!!  "Verlon Fawzio!!" Si kembar belum bisa akur?" tanya Asrein ketika mendengar suara keributan dari bawah. "Hm, ya seperti itu. Kak Zio selalu saja mencari masalah." jawab Thea lalu kemudian mengekori Asrein yang kini berjalan keluar dari kamar. Bermaksud untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Terlihat di ruangan bersantai, terlibat aksi saling kejar antara si kembar tak identik. Siapa lagi kalau bukan Nio dan juga Zio. Pertengkaran sudah menjadi aktivitas rutin yang selalu mereka lakukan setiap hari hingga membuat semua penghuni rumah merasa jengah. "Coba saja kalau bisa!" Zio mengangkat tinggi-tinggi miniatur spongebob berukuran sedang milik Nio sembari memasang wajah meledek. "Ish, Nio akan membunuhmu Zio!" Nio meraung kesal dengan masih berlari mengejar Zio. Dalam berlari-nya, ia sudah menabrak meja dan sofa-bahkan menjatuhkan beberapa guci keramik. Zio tertawa keras sembari melompati aquarium di atas meja dengan mudahnya. Selain karena bukan manusia biasa, dia juga merupakan dancer yang cukup mahir hingga membuat kelenturan tubuhnya sangat baik. "Zio, hentikan!" Kaki Zio spontan berhenti berlari secara otomatis ketika ada suara lain yang menginterupsinya. Ia menoleh ke sumber suara yang ternyata berasal dari salah satu ayahnya yang kini sedang berkacak pinggang di ujung tangga. "Oh, hai bro!." Zio mengeluarkan cengiran lebar. Ia sedikit melirik Nio ketika adiknya itu merebut kembali miniatur spongebob dari genggamannya. Asrein melipat kedua tangannya di d**a seraya berjalan mendekati kedua anaknya. "Bisa tidak kalian satu hari saja tidak bertengkar? Kalian ini bukanlah anak kecil lagi!" "Tapi harus bagaimana lagi, ayah? Ini semua gara-gara Nio. Dia selalu saja menggangguku yang masih polos dan menggemaskan ini!" Nio melotot tak terima. Tangannya mencengkeram erat miniatur spongebob yang baru ia beli kemarin. "Tidak! Nio tidak pernah mengganggumu, Zio! Tapi sebaliknya kau yang selalu saja mengganggu Nio!" "Hentikan!" Asrein menginterupsi. "Zio, semua juga tahu kalau kau suka membuat masalah dan memancing keributan. Dan Nio, kau seharusnya tidak meladeni Zio!" "Hm, ya ya ya." Zio mengibaskan tangannya, terkesan tak peduli. Berbeda dengan Nio yang tampak diam dan menggembungkan pipinya. "Sekarang berbaikan!" titah Asrein. Dan si kembar pun langsung menurut dan saling berpelukan. Setelah mengurai pelukan, mereka berdua pun bergerak duduk di atas karpet. Zio menyalakan televisi dan Nio menata miniatur spongebob miliknya. Sedangkan Thea, gadis itu meraih ponselnya dari dalam saku ketika terdengar notifikasi masuk. "Blackpink bulan Januari akan konser di Indonesia?!" Thea tiba-tiba berteriak heboh hingga mengakibatkan Zio menoleh cepat dan kepalanya langsung terbentur dengan kepala Nio yang memang berjarak sangat dekat dengannya. "Argh!" Mereka berdua pun sama-sama memegangi kepala mereka yang terasa pusing seraya meringis. "Ish, Zio! Kau ini bisa lihat tidak?!" Nio mengomel. "Tentu saja. Lihat mataku ada dua!" Zio malah melebarkan matanya dengan jari. Dan hal itu membuat Nio mulai emosi. Bugh! Asrein melempar bantal sofa tanpa menyentuhnya hingga tepat mengenai wajah Zio dan Nio. Matanya mengisyaratkan si kembar untuk tidak memulai pertengkaran. "Thea harus pergi ke Indonesia, Thea harus nonton Blackpink!" ucap Thea dengan antusias. Matanya tampak berbinar-binar saking senangnya. "Tidak!!" sentak Asrein dan Nio bersamaan. Wajah Thea langsung berubah menjadi murung. "Memangnya kenapa? Apa karena tiket ke Indonesia mahal? Tidak apa, ginjal Thea kan masih ada dua-bisa Thea jual satu." Semua orang yang berada disitu kompak melotot tak percaya sekaligus terkejut. Asrein yang cepat bereaksi dengan menarik lengan Thea, "Apa maksudmu, Thea?! Siapa yang menyuruhmu untuk menjual ginjal hanya demi menonton konser girlband yang mereka saja tidak tahu kalau kau ada di dunia!" "Benar! Lagipula Indonesia itu jauh, kau mau meninggalkan Nio?!" tambah Nio tidak terima. Lelaki itu menggembungkan pipinya kesal sembari melipat kedua tangannya di d**a. Thea bertambah murung. Matanya melirik sekilas ke arah Zio untuk meminta pembelaan, namun yang dilirik malah asyik mengobrak-abrik koleksi cangkang kerang milik Nio. "Ayah sama sekali tidak keberatan soal masalah uang, bahkan jika kau ingin mengundang Blackpink ke rumah ini-ayah pun sanggup! Tapi lihatlah, Indonesia itu terlalu jauh jaraknya!" Asrein menendang pelan punggung Zio, bermaksud memperingati lelaki itu. "Kalau begitu kenapa ayah tidak mengundang Blackpink ke rumah ini kalau ayah mampu?" Asrein menghela napas, "Ayah hanya tidak ingin kakakmu itu berbuat yang tidak-tidak, kau tahu kan dia itu bagaimana?" ucapnya seraya melirik Zio. Thea mengangguk paham. Benar juga. Sifat konyol dan m***m kakaknya yang satu itu mungkin bisa menjadi masalah jika ia mengundang Blackpink. Lagipula jadwal Blackpink pasti sangat padat mengingat popularitas mereka. "Ya sudahlah kalau begitu." Thea berkata dengan wajah tertekuk. Ia menyenderkan punggungnya pada sofa seraya menatap malas acara televisi yang menayangkan sebuah spons yang tinggal di dalam nanas. Thea sedikit menjaga jarak dari Asrein yang duduk di sebelahnya karena masih kesal karena tidak diizinkan bertemu dengan idolanya. Dan Asrein tidak menyukai hal itu, dia dengan cepat mendekati Thea dan memeluk gadis itu dari samping. "Bodoh sekali si spongebob itu, mau saja dibohongi oleh si gurita judes!" Nio langsung menoleh cepat saat nama spongebob dipanggil-panggil. "Spongebob itu tidak bodoh, tapi baik! Dia rela mau membantu Squidward!" Wajah Thea tertekuk saat melihat pertengkaran antara kakak kembarnya yang akan pecah sebentar lagi. Ia balas memeluk Asrein dan menyenderkan kepalanya pada bahu ayahnya itu. "Spongebob itu hanya dimanfaatkan oleh si gurita judes! Memang dia itu bodoh, seperti kau, hihihi.." Mata Nio langsung melotot."Kalau Nio bodoh, berarti kau lebih bodoh Zio! Bahkan kau lebih bodoh dari Patrick!" Bugh! Bugh! Zio dan Nio serempak mengelus pipi mereka yang memerah karena terkena lemparan remote dan ponsel oleh Asrein. Lelaki berambut biru kehijauan itu sudah merasa muak melihat si kembar yang tak berhenti bertengkar. Thea terkekeh pelan. Apalagi ketika melihat ekspresi Zio yang baru menyadari bahwa ponsel yang dilemparkan Asrein hingga layarnya sedikit retak adalah milik lelaki itu. "Inikan ponselku!" Zio menekan tombol home pada ponselnya hingga menampilkan retakan memanjang saat layar itu menyala. "Aish, kenapa harus retak?! Kan aku bisa terganggu sewaktu melihat video plus-plus nanti!" "ZIO!!" Yang diteriaki malah mengeluarkan cengiran lebar. Dan dengan santainya malah membuka sebuah video dari galeri lalu memutarnya. "Lihat ini kalau kalian tidak percaya!" "VERLON FAWZIO!!!" ••••• +41482391027 Save, Nathan! Dahi Thea kontan mengernyit ketika membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya. Nathan? Siapa Nathan? Thea mencoba mengingat. Oh, ya! Thea ingat! Nathan yang ia tabrak tadi di sekolah! Tapi darimana lelaki itu mendapat nomor Thea? Me Ok. Kau dapat nomor Thea darimana? Baru saja Thea meletakkan ponselnya ke atas nakas, suara notifikasi kembali terdengar dan ada sebuah pesan balasan dari Nathan. Thea membacanya dengan seksama. Nathan Tidak penting aku dapat darimana. Boleh berkenalan? Berkenalan? Bolehkah? Kakak-kakak Thea kan tidak memperbolehkan Thea untuk berkenalan dengan laki-laki. Thea merengut sedih. Jemarinya yang berniat mengetik kata 'tidak' harus terhenti ketika Nathan kembali mengiriminya pesan, isinya seolah mengetahui pikiran Thea. Nathan Tidak usah terlalu memikirkan kakakmu, santai saja :) Thea menghela napas. Ia dengan cepat mengetikkan sebuah balasan. Me Kau tentunya tahu kalau laki-laki yang mencoba mendekati Thea pasti akan mati. Kau tidak takut? Thea memejamkan matanya. Ia terpaksa mengirimkan balasan itu karena ia tidak ingin kematian Daniel terulang kembali pada siapapun. Nathan Aku tahu dan untuk apa aku takut? Urusan nyawa itu ada di tangan Tuhan. Mata Thea mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya senyumannya perlahan mengembang. Apakah ini pertanda awal bahwa status Thea sebentar lagi akan berubah? Oh, Thea akan sangat senang jika itu benar adanya. Ponsel Thea kembali bergetar dan Thea membaca pesan dari Nathan dengan antusias. Nathan Sedang apa? Me Sedang membalas pesanmu. Thea menggigit bibirnya setelah menekan tombol send. Badannya berguling ke samping hingga posisinya berubah menjadi terlentang di kasur kingsize yang ia tiduri sedari tadi. Sebenarnya ini bukanlah kamar Thea, melainkan kamar Gerald karena kamar gadis itu sedang digunakan untuk istirahat oleh Asrein. Lelaki itu terlalu malas untuk kembali ke istana karena merasa cemburu melihat Dyeza, ibunya,  lebih memperhatikan Eyden, ayahnya yang lain. Nathan Oh, kalau begitu aku juga sedang membalas pesan darimu :p Thea tersenyum kecil dan mengetik sesuatu untuk membalas pesan dari Nathan sampai begitu seterusnya. Dari pesan-pesan yang dikirimkan oleh Nathan, Thea bisa menebak kalau lelaki itu merupakan tipe lelaki yang menyenangkan dan juga bisa membuat Thea merasa nyaman. Sedangkan di ruangan berbeda, tapi masih dalam satu atap-lelaki itu mengernyit lalu mengeraskan rahangnya ketika melihat layar monitor di depannya yang menampilkan sang adik yang sedang sibuk berbalas pesan dengan lawan jenis. Alis lelaki itu meruncing tajam, kontras dengan bibirnya yang mengulas senyuman lebar. "Ada lelaki yang mendekati Thea, dan itu berarti Nio harus membunuhnya."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN