"Mas, bangun." "Mas ...." Sayup kudengar suara Namisya bersamaan dengan tepukan di lenganku. Perlahan, mata ini mengerjap. Wajah cantik Namisya adalah hal yang pertama kulihat saat mataku terbuka sempurna. "Nami ...." Ia tersenyum manis. Sangat cantik. Tanganku terulur mengusap pipinya yang merona. Perlahan, kupangkas jarak hingga bibir kami hampir saling bersentuhan jika saja ia tidak menahan dadaku dengan lengannya. "Mas ...." "Kamu cantik," bisikku tepat di depan wajahnya yang kembali merona. Tak ingin membuang kesempatan, aku kembali mengikis jarak hingga hidung kami bersentuhan. "Mas, ini aku. Bukan Mbak Nami." Itu suara Salwa. Refleks kulepas tanganku yang masih memegangi pipinya. Aku merutuki diri yang hampir saja kehilangan kendali karena mengira ia adalah Namisya. "M
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari