28 hari kemudian
Drrtt drrtt.
Dering ponsel Kim Dayon.
"Hallo. "
"Dayon-ah, kamu dimana?"
"Kenapa? Aku dalam perjalanan pulang ke Daegu."
"Kenapa tidak mengajakku. Ish aku sendirian di sini."
"Ya, Yonghwa-ya, bukannya Wook hyung bersamamu. "
"Tadinya. Dia mendadak merindukan Lucy setelah melihatnya videonya. Aku bosan kau tau. Cepatlah pulang."
"Baiklah baiklah. Aku hanya sehari disini. Yeochan menungguku. Kau bisa bermain dengan Bora di Klive."
"Baiklah. Aku menunggumu. Jangan lupa oleh-oleh untukku. Kau mengerti? Ah, jangan lupakan salamku untuk mereka disana."
"Iya. "
Tutt.
Dayon mematikan teleponnya kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Pria itu mengedarkan pandangannya kesekitar. Hari sudah mulai gelap. Perjalanan menuju rumahnya memang hampir dekat. Karena itu Dayon memilih untuk berjalan kaki di tengah cuaca yang dingin ini.
Direkatkannya ziper jaketnya keatas menutupi sebagian wajahnya yang sepertinya mulai di sadari orang sekitar.
Beberapa mata mulai memperhatikannya. Terutama gadis-gadis muda. Bahkan beberapa mulai menghadapkan ponsel kearahnya. Dayon makin mempercepat langkah kakinya.
***
"Dimana dia?!"
"Sial. Gadis itu cepat sekali larinya."
"Cepat berpencar. Kalian cari kearah sana. Aku akan kesini."
"Jangan sampai lepas. Kita bisa mati jika tidak menemukannya."
"Baik! "
SREEK !
Gerombolan yang akan pergi itu seketika menghentikan langkahnya. Perhatian mereka fokus pada apa yang ada dibalik semak-semak. Jaraknya hanya beberapa meter saja dari tempat mereka berdiri sekarang.
Salah satunya mengintruksi yang lain untuk mengecek asal suara tersebut. Baru saja berjalan dua langkah lalu muncul seekor kucing dari balik semak-semak di depan mereka.
Meong!
Grrrr!
"Hahh mengagetkan saja. Ayo cepat cari!"
Dan merekapun benar-benar meninggalkan tempat itu. Kelompok yang berisi 5 pria bertubuh tinggi itu terbagi menjadi dua. Meninggalkan taman dan seorang gadis yang meringkuk di balik semak semak sana.
Risa, Gadis yang sedang melarikan diri dari tempat laknat itu. Ia berusaha setengah mati mengatur napas, menenangkan debaran jantungnya yang keras akibat berlari dan tidak menimbulkan suara sedikit pun sampai gerombolan itu pergi.
Gadis itu tidak hentinya berdoa agar mereka tidak menemukannya. Setelah menunggu beberapa menit Risa mencoba mengintip dari tempatnya bersembunyi. Mengamati keadaan sekitar.
Hari sudah mulai gelap. Dan taman ini begitu sepi. Risa bisa menghembuskan napasnya lega. Tubuhnya merosot kebawah sambil menelonjorkan kakinya yang telah menjadi jelly. Setidaknya saat ini ia bisa beristirahat sejenak.
Sedari kemaren dia memulai pelarian. Dan mereka begitu cepat menemukannya. Membuatnya terpaksa kembali lari sejauh mungkin.
Risa menyenderkan punggungnya perlahan di semak semak yang memang ditata rapi di taman itu. Wajahnya menengadah menatap langit yang telah gelap.
Tempat ini indah, hanya saja tidak ada waktu untuk Risa mengaguminya. Kedua tangannya ditangkupkan kedepan saling menggosok lalu ditempelkannya di kedua sisi pipinya. Mencoba menghalau dingin yang sudah menjalar ditubuhnya.
Gadis itu hanya memakai kaos dan celana jeans yang cukup lusuh dan kotor akibat pengejarannya. Rambutnya tergerai awut awutan. Mukanya sudah tidak diragukan lagi. Pasti kusam akibat debu dan keringat bercampur menjadi satu.
Gadis itu tidak sempat mencuci muka sedari kemaren. Makan juga belum. Hanya sepotong roti yang berhasil dibawanya kabur dari rumah tuan Lee, Ketua Mafia yang mencari ayahnya untuk membayar hutangnya.
Kalau saja ibu melihatnya saat ini sudah pasti beliau akan berkicau karena dirinya yang tidak bisa menjaga penampilan. Sudut bibirnya tertarik membayangkan suara ibunya yang sibuk berkicau sambil membantunya mencuci muka. Membersihkan semua kotoran di mukanya agar tidak menimbulkan jerawat lagi nantinya.
Membayangkan suara ibunya, mengingatkan Risa bahwa saat ini gadis itu sendirian di negara orang. Tanpa tau apa-apa. Bahasa, tempat maupun uang. Risa tidak punya itu semua ditempat ini. Bahkan sekarang dia beradapun tidak tau.
Disepanjang melihat sekitar jarang sekali tulisan Inggris terpampang. Hanya hangul. Dan Risa tidak bisa membaca hangul.
Krucukk!!
Risa memegang perutnya. Tentu saja lapar. Sepotong roti tidak bisa mengganjalnya dua hari ini.
Gadis itu menekuk lututnya dan mendekapnya erat. Menenggelamkan kepalanya disana. Sekarang harus bagaimana.
"Ibu. Risa kangen Hiks!"
Meongg!
Risa melirikkan matanya ke sumber suara disampingnya. Kucing itu ternyata masih berada disana. Kucing yang mempunyai tiga warna. Kucing Calico. Ya berkat kucing itu juga Risa bisa selamat kali ini.
Risa membawanya kedalam dekapannya. Mengelusnya lembut. Membuat kucing itu semakin meringkuk manja padanya.
Tubuh Risa bergetar merasakan dinginnya malam Korea Selatan. Ia mendekap kucing itu sembari mencari kehangatan disana. Kucing itu sendiri sudah jatuh tertidur.
Tubuhnya begitu lelah saat ini. Risa mulai memejamkan mata. Jatuh tertidur.
***
"Chan-ah, kemarilah!"
Yeochan, anjing baru yang diadopsi Dayon berlari mendekat kearahnya. Matanya yang seakan begitu menginginkan snack di tangan Dayon namun masih menunggu majikannya menyuruhnya untuk memakannya. Terlihat begitu menggemaskan.
Dayon tersenyum.
"chan-ah. Makan!" Seketika anjing itu melahapnya. Menggoyangkan ekor pendeknya.
"Omma, beberapa hari tidak melihatnya sepertinya Yeochan makin besar."
"Tentu saja. Omma kan merawatnya dengan baik. Jadi kau tidak perlu mencemaskannya. Mengerti!" Dayon membawa Yeochan kedalam pangkuannya. Mengelus bulu lebatnya.
"Oppa, apa kau mengambil liburan? Berapa lama?" Kim Eunji, adik perempuan Dayon mengambil duduk disebelah Dayon.
"Tidak. Besok oppa akan pulang. Yonghwa menungguku di sana. Oh, dia juga merindukanmu Omma."
"Omma tau. Omma juga merindukannya. Temanmu itu benar benar menggemaskan dan baik. Kenapa kau tidak mengajaknya kesini Dayon-ah."
"Aku hanya sebentar Omma. Aku akan mengajak mereka semua lain waktu."
Cklek!
Pintu rumah terbuka.
"Aku pulang! Oh, hyung. Kenapa tidak memberiku kabar kalau pulang." Cowok itu melangkah mendekat padanya dan memeluknya.
"Aigoo Jeongyu-ah kita, kau sudah makan?" Dayon masih melingkarkan tangannya di pundak adik laki lakinya.
"Aku sudah makan bersama teman-temanku."
"Jeongyu-ah, bersihkan tubuhmu dulu."
"Baiklah, Appa." Kim jeongyu berlalu menuju kamarnya.
"Dayon-ah, lain kali sebaiknya kau minta antar saja. Banyak orang yang mengenalmu sekarang. Bagaimana jika ada sasaeng (penggemar bar-bar) disekitarmu."
"Tidak apa-apa Omma. Aku hanya ingin sedikit bersantai. Bora pasti mengerti. Besok Sejin hyung akan menjemputku."
"Jaga kesehatanmu Dayon-ah. Setelah ini tour worldmu akan dimulai."
"Aku mengerti Appa."
***
Dayon dan Yeontan sedang berjalan jalan malam. Dayon membelikan oleh oleh untuk Yonghwa dan lainnya.
Memang seminggu ini jadwal STIGMA di kosongkan karena akan menyiapkan konser di beberapa negara. Semenjak STIGMA semakin dikenal dunia.
Langkahnya menuju sebuah taman yang sepi di dekat supermarket 24 jam itu. Yeochan sibuk mondar mandir di depannya. Dayon mengambil tempat di bangku dekat lampu ditengah tengah taman.
Tangannya merogoh saku mengambil ponsel. Mengeceknya. Ada pesan dari Ye Jun yang mencari keberadaannya. Lalu Baekhyon yang memintanya membawakan oleh oleh juga untuknya. Juga Sejin, manager kesayangan STIGMA. Sekedar mengatakan akan menjemputnya pagi pagi besok.
Guk! Guk!
Suara Yeochan mengalihkan perhatiannya. Anjing itu sesekali menggonggong menghadap ke arah semak semak.
"Chan-ah, ada apa denganmu?"
Lalu muncul seekor kucing di balik semak semak itu. Menggeram ke arah Yeochan.
"Ah, neko-chan." (Kucing dalam bahasa jepang)
"Chan-ah ayo pulang." Dayon mengajak Yeochan pulang kerumah. Tanpa menyadari sesosok gadis yang tertidur di balik semak semak itu. Suasana malam yang dingin dan sepi itu tidak mengalahkan rasa lelah yang tengah melanda hati dan jiwa Risa hingga membuatnya jatuh tertidur pulas di sana.