Seoul,
Bandara Incheon
Risa tidak pernah membayangkan bisa menjejakkan kaki disini. Maksudnya, dirinya tidak bisa percaya bahwa saat ini sedang berdiri di tanah Korea. Tempat idolanya berada sekarang. Risa telah selangkah lebih dekat dengan ketujuh pria yang diidolakan.
Namun saat ini bukan itu yang memenuhi pikirannya. Seorang pria bertubuh tinggi bernama Andrew yang baru beberapa hari ini mengambil rumah Risa beserta isinya sedang berjalan di depannya.
Dan Risa yakin ke dua bodyguard yang berada di belakang masih setia mengintai tiap gerak-geriknya.
Ini perjalanan pertama Risa memakai pesawat dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai kesini. Dirinya butuh istirahat. Risa bahkan masih merasakan mual. Tapi mengingat ekspresi mereka yang semakin kaku, Risa mengurungkan niat untuk sekedar ijin ke toilet.
Sebuah mobil menjemput kami. Entah kemana tujuannya dan itu memakan waktu yang cukup lama.
"Bangunlah. Kita sudah sampai"
Risa mengerjapkan mata mengumpulkan kesadaran. Sebuah bangunan rumah yang besar, tidak, sangat besar berdiri megah di depan.
Risa keluar dari mobil sambil melihat sekeliling. Bahkan halamannya sangat luas. Mirip seperti rumah di drama-drama Korea yang pernah ditontonnya.
Beberapa bodyguard standby didepan rumah juga gerbang. Semuanya memakai jas hitam. Salah satunya ada yang memakai earphone yang terpasang di telinganya.
Dan Risa baru menyadari, sepertinya negosiasi ini tidak semudah yang dikira. Andi benar-benar membuat masalah dengan orang yang salah.
"Cepat masuk!"
Pikiran Risa semakin gusar. Risa melihat kembali pria yang mulai berjalan mendahuluinya. Tentu saja bodyguardnya masih mengintai gadis itu.
Sudahlah. Bagaimanapun aku harus menghadapinya. Bismillahirrohmannirrohim. Ya allah, lindungilah aku, batin Risa.
Setelah mengucapkan itu, Risa mulai melangkahkan kaki.
***
PLAKKK!
Ketegangan melanda ruangan ini. Suara tamparan itu begitu keras.
"Apa saja yang kau lakukan disana!?"
PLAKKK!
Sekali lagi suara tamparan itu menggema di ruangan ini.
"Jawab aku! Apa kau ingin bermain-main denganku hah!?"
Risa terdiam terpaku di depan pintu melihat paman Andrew, pria yang membawa Risa jatuh tersungkur akibat tamparan itu. Setetes darah sudah membasahi ujung bibirnya.
Jantung Risa berpacu cepat melihat ini. Risa tidak mengerti sama sekali pembicaraan mereka karena mereka semua memakai bahasa Korea, namun Risa yakin ini berkaitan dengan pria itu yang gagal membawa ayahnya kemari.
Orang itu terlihat berkuasa dan sedikit gila. Tubuhnya setinggi paman Andrew dan terdapat bekas luka seperti sayatan di dahinya. Membuatnya terlihat semakin menyeramkan.
"Maafkan saya tuan. Saya masih berusaha mencari orang itu" jawab paman Andrew dengan bahasa Korea yang begitu lancar.
Orang itu berkacak pinggang sambil memijat pelipisnya.
"Sebaiknya cepat temukan dia, atau kamu yang harus menggantikannya"
"Saya mengerti Tuan"
"Siapa dia?"
NYUTT!
Dada Risa rasanya bergejolak panas saking kagetnya saat tiba tiba pusat perhatian mereka tertuju padanya.
Mata orang itu menatap Risa tajam membuatnya menundukkan kepala karena takut menatap matanya. Apa yang harus kulakukan sekarang.
"Gadis itu adalah anaknya. Lebih tepatnya anak tirinya"
Matanya semakin tajam melihat Risa seakan ingin memakannya bulat bulat.
"Kemari"
Risa diam ditempat. Mencoba menerka-nerka apakah pria itu sedang berbicara padanya karena Risa lihat tidak ada yang menjawab pria itu lagi. Diliriknya paman Andrew, pria yang membawanya. Seakan mengerti kebingungan Risa dia mengarahkan kepalanya menuju tuannya. Menyuruh Risa mendekat kesana.
"Kubilang cepat kemari. Apa kau tuli hah?!"
PRAANGG! BRUK!
Seketika barang-barang yang berada di mejanya berhamburan.
Risa semakin gemetar. Risa takut. Namun tetap dipaksakannya melangkah mendekati pria itu hingga jarak mereka tersisa sekitar 1 meter.
PLAKK!
Arghh!
Tubuh Risa limbung sebentar mundur beberapa langkah. Sakit. Panas. Pusing. Itu yang dirasakannya.
Orang itu sepertinya tidak bisa membedakan mana cewek dan mana cowok. Karena tamparannya tidak berbeda dengan sebelumnya ketika dia menampar paman Andrew.
Tangan Risa yang masih memegang pipi kirinya ditarik. Membuatnya maju semakin mendekat padanya. Dagu Risa dicengkramnya menyuruh menatapnya. Risa merasakan rahangnya seakan remuk rasanya.
Mata sipit dengan alis tebal. Terdapat sedikit kerutan disekitar wajahnya. Rambutnya disisir kebelakang.
Ditaksir usianya kisaran kepala 4 - 5. Lebih tua dari paman yang membawanya kesini. Yang dikira usianya 35an. Tingginya juga ternyata sedikit lebih pendek dari Andrew karena Risa baru menyadari sol sepatu yang dikenakannya.
"Kamu tahu. Aku tidak peduli dia anak kandung atau anak angkatnya. Setidaknya dia bisa mengganti keberadaan sibrengsek itu."
Tubuh Risa di dorong ke belakang hingga terjatuh. Sejenak penglihatan Risa teralihkan kelantai. Hingga dirinya mendengar suara KLIK.
SEERRTT !
Risa mendongak yang lalu seketika membulatkan mata. Begitu juga dengan paman yang masih berdiri tidak jauh darinya. Bisa Risa lihat tubuh paman Andrew ikut menegak.
Orang itu melepas sabuknya dan melilitkan ujungnya di kepalan tangannya. Matanya tidak lepas memandang Risa. Ini tidak bagus.
Risa otomatis memundurkan tubuh perlahan. Risa yakin apa yang dipikirkannya sekarang akan terjadi.
Orang itu menunjukkan smirknya melihat Risa yang ketakutan. Tangannya terangkat bersiap untuk mencambuk gadis itu.
"CANGKANMAN!"
Risa berhasil menahan gerakan itu dengan suara lantangnya. Lalu apa. Risa hanya bisa berkata kata itu saja selain saranghae dalam bahasa Korea.
Gdis itu merutuki diri sendiri. Apa saja yang dipelajarinya ketika menonton drama Korea selama ini.
"Kenapa?"
"Tolong beri saya waktu untuk menjelaskan. Saya tidak tau apa-apa tentang ini semua. Ini urusan anda dengan ayah angkat saya. Seharusnya anda menyelesaikannya dengan orang itu. Bukan saya atau ibu saya. Saya mohon. Kami bahkan tidak tahu kemana orang itu pergi. Tolong lepaskan kami.
Mungkin itu sulit untuk kalian. Tapi setidaknya tolong beri saya waktu untuk mengganti uang kalian. Saya akan bekerja dan melunasinya. "
Bodo amat. Mereka memakai bahasanya sendiri didepan Risa tanpa mempedulikan gadis itu mengerti maksud yang diucapkannya atau tidak, bukan berarti Risa juga tidak bisa memakai bahasanya sendiri disini.
Orang itu nampak terkejut menatap Risa. Tidak menyangka gadis itu akan berbicara dengan bahasa yang mungkin juga tidak dipahaminya. Sekarang dia sendiri yang bingung.
Diliriknya paman yang masih melongo tidak percaya menatapku.
"Terjemahkan!"
Dan segera Andrew menerjemahkan perkataan Risa. Gadis itu sedikit bersyukur dengan keberadaannya. Ini sungguh membantu.
"Hemhh ha ha hahahahah!"
Tawa itu memenuhi ruangan ini. Andrew selesai menerjemahkannya. Dan Risa merasa orang itu semakin gila.
"Kau! Berapa usiamu sekarang?"
Orang itu menatapnya sambil menampilkan senyum sinis. Risa beralih menatap paman, memintanya untuk menerjemahkannya.
"Dia tanya usiamu"
"Ah begitu. Aku 24 tahun"
"Kau masih perawan?"
"Apa kamu perawan"
Risa mengernyit. Pertanyaan macam apa itu. Dirinya hanya mengangguk. Risa bahkan belum pernah berpacaran sekalipun.
"Baiklah. Kau bisa menjadi p*****r dengan itu"
Risa menatap lagi kearah paman. Dilihatnya Andrew sedikit menghembuskan napasnya. Lalu menerjemahkannya.
"Dia bilang, Kau bisa menjadi p*****r dengan itu"
"Apa! Aku tidak mau! Dan tidak akan pernah mau! Paman kumohon tolong aku. Pasti ada yang bisa kulakukan selain itu, katakan padanya"
Risa menjadi panik seketika mendengarnya. Bagaimana ini. Apa nasibku hanya seperti ini.
Tidak!
Aku akan melakukan apapun untuk menolaknya. Aku tidak mau menjadi seorang p*****r, batin Risa berteriak.
"Cih. Dasar tidak berguna. Kurung dia. Lakukan tugasmu jika waktunya sudah tiba. Aku harap kau tidak akan mengecewakan klienku nanti"
Dan orang itu pergi meninggalkan Risa yang sibuk meronta melepaskan diri dari kedua bodyguardnya.