17. Pradana Si Diktator "Satu lagi, aku hanya menyewakan rumah ini kepada orang yang bekerja di siang hari. Jujur saja, aku alergi dengan uang dari seorang yang bekerja di Club meskipun uang itu tidak berasal dari jual diri." Bibir Pradana melengkung. Melontarkan ejekan yang entah kenapa selalu melekat kepadanya. Aku curiga mungkin bibir itu akan sobek jika tidak melakukan cercaan kepada orang lain. "Kata-katamu terlalu kasar, Dan!" Pradana mengangkat bahunya acuh, tidak peduli dan tampak bosan dengan diskusi yang maju mundur tanpa kejelasan. "Terserah kamu mau menyebutku apa, karena kamu pun sama menyebalkannya seperti yang aku ingat dulu. Kebanyakan teori, lambat eksekusi. Seharusnya saat seornag pria mapan menawarkan pernikahan dengan segudang keuntungan, otak pintarmu itu segera me