Chapter 6

1123 Kata
“Jadi, kau kan yang bernama Ron?” Yang baru saja memasuki- atau terpaksa memasuki ruang introgasi hanya mengangguk dan tersenyum canggung. Duduk dengan kebingungan setelah disilahkan untuk duduk oleh pria yang ada dihadapannya. Tatapannya berpaling, memandangi ruangan kotak dengan cat yang gelap dan lampu yang tak terlalu terang. Dihadapannya terduduk seorang pria dengan tanda pengenal kepolisian, beberapa buah dokumen dan laptop yang siap untuk digunakan mengetik semua hal yang keluar dari kedua belah bibirnya. “Betul bukan, tuan Ron sebagai pemilik tunggal bookstore-“ “iya” “-dan juga kekasih gelap dari nyonya Jessica?” pria yang dituding nampaknya tak handal menyembunyikan ekspresinya. Kedua bola matanya membulat dan sedikit terbatuk setelah menghirup oksigen dengan kasar. Oh.. sepertinya beberapa partikel debu ikut masuk untuk mengacaukan saluran pernafasannya. “Oh maaf maaf” Farren menyodorkan segelas minuman pada Tn. Ron dengan cepat, melihat pria tua lajang itu terbatuk hingga wajahnya memerah. “nyonya Jessica sudah memberitahukan semuanya pada kami, jangan khawatir” ucapnya berbasa basi. “toh jika kau tak bersalah, kau tak perlu repot repot untuk khawatir, bukan” Yang diajak bicara hanya berusaha untuk menahan nafasnya sesekali demi meredam batuk yang tak kunjung reda akibat keterkejutan. Pria tua itu sedikit tersenyum dan berterima kasih dengan mata yang menyipit ketika tersenyum. Kacamata dan keriput diujung matanya sejujurnya tak mampu menghilangkan kesan magis dari eye’s smile milik pria tua itu. Sebuah kewajaran jika nyonya Jessica jatuh hati padanya. “Kurasa karena Jessica telah memberitahukan semuanya, maka- ya. Aku adalah kekasih gelap dirinya” ungkapnya terang terangan. Farren yang mendengar itu tersenyum kecil, membali beberapa dokumen yang dibawanya kemudian meletakkannya berjajar menghadap kearah Ron. “kurasa karena kau sahabat dekatnya Bernard, kau cukup sedih mengenai kematian beliau, bukan?” “Tentu saja. Meskipun dirinya sering berperilaku buruk, dan aku merupakan kekasih gelap istrinya. Mau bagaimanapun dia pernah menjadi sahabat dekatku. Kami dekat bahkan sebelum dia menikah dengan Jessica” jelasnya dengan wajah yang murung. “Tak aku sangka dirinya akan tewas diusia muda dengan keadaan semengenaskan itu” Farren berdeham mengerti. Namun pria yang ada dihadapannya seakan mengalihkan pandangan dari tiga lembar dokumen yang tengah dirinya berikan sejak beberapa menit yang lalu. Tak ada satupun tanggapan mengenai copyan chat yang syukurnya berhasil dipulihkan datanya oleh digital forensik yang berisikan percakapan mereka berdua tentang perjudian yang digeluti selama beberapa bulan ini. “jika menilik dari beberapa pesan disini, kau tahu bukan bahwa mendiang Bernard akan mendapatkan uang lima puluh ribu dollar dalam waktu dekat? Kau tahu pasti bukan bahwa mendiang akan melakukan self injury scheme demi mendapatkan dua puluh lima persen dari total asuransi senilai dua ratus ribu dollar atas niat awalnya membuat skema tentang perampokan?” Yang ditanya terlihat sedikit menjilat sudut bibirnya gugup. “ya, aku tahu. Bernard pernah bercerita bahwa dirinya menemukan sebuah berita dari majalah atau koran- entah lah akupun lupa, mengenai penipuan asuransi. Bernard pun bercerita bahwa dia akan melukai dirinya sendiri dan membuat adegan seakan akan mereka dirampok” “Jika keadaannya terlilit bagaikan mumi seperti itu, menurutmu bagaimana dia akan memukuli dirinya sendiri?” “er... entahlah? Mungkin dia menyuruh orang lain untuk melakukannya” “Oke. Kemungkinan besar bahwa dia akan menyuruh sahabat dekatnya sendiri, yang bahkan sejak awal sudah tahu rencananya. Namun, karena kau marah, kau kelepasan hingga memukulinya sampai mati. Bukankah begitu?” Farren menyerang sembari meletakkan diary yang tadi ditemukan oleh Eric. Sebuah diary dengan ‘buku besar’ perjudian tertera di dalamnya. Mendiang Bernard tertulis sudah kalah berkali kali, bahkan memiliki catatan minus didalam akun dengan nama miliknya di buku besar tuan Ron. “Bukankah hubunganmu dengan nyonya Jessica pun masih stuck ditempat? Kenapa? Kau benar benar marah pada mendiang Bernard karena percintaanmu tak lancar, semua surat cintamu dikembalikan, bahkan pacarmu tak mau bercerai dengan suaminya. Begitu kau tahu mengenai skema melukai diri yang akan dilakukan mendiang Bernard, kau memukulinya hingga mati agar seluruh dua ratus ribu dollar itu cair ke rekening Jessica, dan kau akhirnya bisa menikahi wanita itu? Iya?” “TIDAK!!” diserang bertubi tubi seperti itu, Ron terlihat memucat namun amarah mengelilingi dirinya. Farren kembali meletakkan dokumen berisikan nomor siapa saja dan berapa lama durasi telepon yang terjadi sebelum selama satu hari sebelum Bernard ditemukan tidak bernyawa. Dan nomor telepon Ron lah yang menjadi penelepon terakhir sebelum ponsel nonaktif, yaitu pukul sepuluh malam lebih sepuluh menit selama tiga puluh detik. “Kau adalah orang terakhir yang menghubunginya. Bicara apa kalian?” “Aku hanya menggodanya bahwa dia pasti senang sekali akan mendapatkan uang lima puluh ribu dollar dan memastikan bahwa dia akan ikut pertandingan judi kembali denganku nantinya” berarti dapat dipastikan bahwa mendiang masih hidup pada pukul sepuluh lebih sepuluh menit malam. “kau memastikannya mendapatkan uang karena dirinya berhutang banyak padamu karena gambling?” “Tidak. ‘Buku besar’ mengenai nominal Bernard yang minus itu bisa ada karena sebagai penyalur ‘pemain’ aku mendapatkan keuntungan dari sana. Justru jika pemain yang kubawa rugi besar, maka aku akan mendapatkan untung karena aku bekerja untuk ‘Dealer’ “ sanggahnya. “Nyonya Jessica berkata bahwa kau mengatakan dirinya harus segera bercerai dengan suaminya karena hidup suaminya sudah hancur” “Ya karena aku mengenalkan dia pada judi. Aku sengaja karena meskipun mereka hanya memiliki usaha toko ayam cepat saji, namun keadaan keuangan mereka baik karena toko yang selalu ramai pembeli. Menghancurkan hidupnya akan lebih mudah jika dirinya terjerat perjudian dan bankrut di sisa hidupnya” “Ya, anggap saja aku mempercayai ucapanmu barusan. Saat ini, apakah ada orang yang benar benar memiliki motif untuk membunuh tuan Bernard? Selain Jessica maksudku” Farren meneguk pelan air mineral dari botol yang selalu ia bawa kemana mana. Kebiasaan kebiasaan kecil inilah yang terkadang menguntungkan baginya. Mungkin tak banyak yang sadar, tapi dengan Jessica dan Ron menerima air minum dari paper cup yang diberikan oleh Farren, seperti dengan suka rela memberikan identitasnya jika memang salah satu dari mereka yang merupakan pembunuhnya. Farren akan diam diam mengambil gelas cup tadi untuk dibawa ke labolatorium forensik dan menjalani test dna untuk mencocokan data dengan segala hal yang ada di tempat kejadian perkara. “Kurasa Jessica tidak membunuhnya” “Kau membela kekasihmu?” “Bukan seperti itu. Dia bukanlah tipe yang mudah menyakiti seseorang” Farren terkekeh keras mendengarnya. Dengan mereka berdua menjalin hubungan diam diam, itu sudah merupakan sebuah bentuk tindakan menyakiti. Memangnya pikiran mereka tentang menyakiti seseorang itu sejauh apa? Tak disangka ucapan seperti itu keluar dari pria yang ada di penghujung empat puluh tahunnya. “Jika kau mau mencurigai seseorang, kurasa karyawan toko ayam itu memiliki alasan yang cukup kuat untuk membunuh” lugas Ron menyambar seakan muak mendengar kekehan dari anak muda tak tahu sopan santun di hadapannya. “Sesekali aku mendengar mereka bertengkar karena uang”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN