Chapter 10

1745 Kata
Ini sudah berjam jam dari waktu yang diperkirakan, namun bau khas terbakar masih menyelimuti atmosfer gedung yang kini dikelilingi oleh garis kuning khas kepolisian. Matanya mengedar, lagi dan lagi mencoba menilik sudut demi sudut, kiranya ada sesuatu yang dilewatkan oleh forensik karena kemungkinan sebuah sampah. Forensik memang tidak akan sebodoh itu untuk meninggalkan sesuatu yang dirasanya berpotensi menjadi bukti yang sangat penting, namun siapalah kita sebagai manusia berhak untuk merasa semua hal ada dibawah kendalinya. Dari semua rencana yang sudah dibuat, baik secara prosedur maupun tidak, Tuhanlah yang terkadang membantu dengan cara memperlihatkan bahwa manusia adalah tempatnya kecerobohan. Tangannya begerak untuk memakai sarung tangan sesuai protokol, menarikan indra perabanya ke setiap sudut yang dirasanya mungkin akan menyimpan bukti terkecil dari saat kejadian. Hidungnya mengendus bebauan saat matanya tak sengaja melihat setitik kilapan diantara tumpukan sampah bekas terbakar di bawah meja kasir. Seingatnya, bagian itupun sudah diperiksa oleh team forensik tadi pagi. Ia pun menyaksikannya. Namun entah mengapa, tangannya bergerak untuk mengambil kilapan aneh yang kini sudah tercoreng kehitaman akibat sampah sampah yang ada di sekitarnya. Lempengan besi. Itulah yang ia perhatikan sedari tadi. Lempengan besi yang membentuk gerigi, mungkin dulunya bekas mendiang tuan Bernard memotong sesuatu untuk dagangannya. Atau tidak? Jika diperhatikan baik baik, lempengan ini bentuknya mirip dengan kunci berukuran besar. Maksudnya bukan seukuran kunci rumah atau laci yang relatif kecil. Namun tidak bisa dibilang kunci juga. Jika kunci memiliki kepala untuk memegang dan terbuat dari besi yang tebal, benda ini adalah lempengan tipis yang hanya membentuk gerigi khas kuncinya saja. Tak ada kepalanya. ...tapi bukannya tak ada kemungkinan kan jika ini bukan kunci? Kini tubuhnya bergerak kesana kemari. Mencoba mencocokkan (yang kemungkinan) kunci buatan itu ke berbagai benda. Lemari, laci, brangkas, hingga pintu pun tak ada yang cocok. Dan tak sengaja matanya melihat ke arah luar, terlihat siluet pengendara motor sekitar tengah berlalu lalang kesana kemari. Sepertinya ada yang mengganjal.. iya yakin ia melupakan sesuatu yang penting. Hingga notifikasi pesan chat dari Zale mengingatkannya akan sesuatu. Pemilik mobil bak yang dicurigai Zale. Rekannya itu tadi mengabari bahwa ia sempat berbincang dengan pemilik farmasi mengenai mobil bak yang lewat saat kemungkinan jam kejadian terjadi. Eric dengan segera menggerakkan kaki kakinya menuju gang gang lain. Tak menemukan. Kedua tungkainya sedikit dipaksa untuk berjalan cepat hingga berlari melalui banyak persimpangan jalan. Hingga- “kau pemilik kendaraan ini?” tangannya menggapai pundak seseorang yang detik itu juga akan kabur ketika melihat parasnya. Tak ada yang salah dengan wajahnya. Jika ingin meninggi pun, dirinya bisa dengan mudah mengatakan bahwa wajahnya tampan. Karena memang itu faktanya. Untuk apa seseorang manusia biasa, yang tak memiliki salah apapun kabur ketika melihat sesosok pemuda -yang sayangnya membawa tanda pengenal detectivenya- jika tak memiliki salah. “a..aku ta-tak memiliki salah apapun” ucapnya tiba tiba, yang membuat si lebih muda menyunggingkan senyum datar. “aku belum mengatakan apapun, paman” kekehnya. “a-ah.. kalau begitu aku pamit pergi” ucaapnya tergesa gesa yang tentu saja dibalas dengan tarikan di kerah belakang kaus usangnya. Tak sopan memang. Jika paman ini memang bukanlah siapa siapa, Eric pasti sudah terkena masalah jika pria itu mengajukan gugatan. “Aku tak akan melakukan apapun, paman. Jadi sekarang bukalah penutup belakang mobil bak mu ini” titahnya tiba tiba yang membuat pria dengan keadaan kumuh ini menjadi semakin gugup. “aku bersumpah aku tidak melakukan apapun. Ini hanyalah tempat tidurku. Aku tidak memiliki tempat tinggal!!” yakinnya. “Ya.. ya.. sekarang buka” “Aku menghilangkan kuncinya” Bingo. “apakah ini kuncinya?” tanya Eric dengan senyum tipis sembari menjepit kunci tersebut dengan jempol dan telunjuknya setinggi wajah. “Jika kau memang tak melakukan apapun, kau harusnya bisa membuktikannya bukan? Mengapa ketakutan seperti ini seakan kau kucing yang ketahuan memaling ikan” ucap Eric yang sedikit dimengerti oleh pria itu, namun sorot ketakutan di matanya tak kunjung hilang. “A-aku tahu dari orang sekitar, kau dan pria tinggi tadi adalah polisi yang menangani kasus tuan Bernard” cicitnya. “aku bersumpah tidak ada campur tangan dengan kasus itu, jadi jangan bawa aku ke polisi karena kelakuanku” ujarnya yang sejujurnya membuat Eric bingung, namun pemuda itu tak menampakkan ekspresi apapun. Matanya hanya mengikuti gerakan paman tadi yang dengan hati hati mengambil kunci dari tangannya, berjalan pelan kearah mobilnya kemudian dengan susah payah membuka pintunya menggunakan kunci manual buatan tersebut. “Omong omong, aku menemukan kunci itu di tempat kejadian perkara” cetus Eric yang lagi lagi membuat pria dihadapannya semakin panik. Dengan tangan yang mengatup dan bergerak seakan memohon, pria itu mencoba menjelaskan dengan tergesa gesa dan sorot wajah yang kebingungan. “Aku hanya tak sengaja meninggalkan kuncinya disana setelah makan dan sedikit berbincang dengan tuan Bernard” ucapnya terburu buru. “A-aku memang tak memiliki bukti, namun aku bersumpah demi Tuhan bahwa aku tak melakukan apapun” Lagi. Lagi dan lagi manusia dengan mudahnya berkata bahwa mereka bersumpah dengan sang Pencipta sebagai jaminannya. “Oleh karena itu, jelaskan apa yang kau lakukan saat itu dengan sejelas jelasnya agar aku percaya” sorot mata Eric mendatar. Dirinya sudah mulai muak jika harus berurusan dengan seseorang yang selalu berlindung dibalik kata Tuhan di setiap hal yang dilakukannya. Baik itu buruk maupun tidak. “malam itu.. sekitar pukul sembilan malam, aku datang ke toko ayam untuk makan malam disana sekaligus mengobrol dengan tuan Bernard. Desusnya, beliau mendapatkan lotre yang sangat besar. Aku tadinya datang sekaligus untuk meminjam uang” ceritanya pelan pelan. “saat itu, beliau dengan wajah berseri memang bercerita langsung padaku bahwa beberapa hari lagi ia akan mendapatkan uang banyak. Dan dia berkata bahwa akan meminjamiku beberapa receh untuk menyambung hidup. Skeitar empat puluh sampai empat puluh lima menit aku disana, aku pun pamit untuk keluar. Seingatku pun saat aku keluar, toko mereka memang sudah jam jam nya tutup. Jadi aku berkeliling sebentar berjalan kaki untuk mencerna makananku sekaligus merokok. Sudah, hanya itu saja” ucapnya bersungguh sungguh. “Kau pergi berjalan kaki atau kabur menggunakan mobilmu? Ada saksi yang mengatakan mereka melihat mobil pergi terburu buru pada saat pukul sepuluh sampai sepuluh lebih sepuluh menit malam” “Aku berjalan kaki!! Aku bersungguh sungguh!!” ucapnya lagi yang membuat Eric memutar bola matanya malas. Dengan gesture seadanya, pemuda itu menitah yang lebih tua untuk membuka tutup mobil bak yang ada di belakang. Yang kini perintah itu kembali membuat si pemilik mobil panik hingga mengeluarkan sedikit keringat dingin. “Aku bersumpah dibelakang tidak ada apa apa. Hanya tempat tidurku saja” “yasudah, jika tak ada apa apa, buka.” Titahnya lagi yang membuat pria kumal itu mau tak mau membuka penutup belakang mobillnya. Sekilas, memang tak ada apa apa, seperti yang dijelaskan padanya barusan. Hanya ada kasur lantai tipis dan bantal usang yang tergeletak didalam sana. Benar benar membuktikan bahwa ia tinggal didalam mobil tersebut di banyak waktu. Namun- “buku bersegel, toko buku tuan Ron. Kumpulan alkohol mahal dan dua slot rokok, general store tuan Dale. Baju baju baru, toko baju diujung gang, hingga tape tape radio mobil. Kau benar benar definisi pencuri, rupanya. Kalau begitu, mengingat kuncimu yang seperti ini, ada fakta lain bahwa kau mencuri mobil ini dengan membuat kunci palsu seadanya” ujarnya singkat, namun matanya malah tertuju di satu titik dimana ia mengenali betul benda tersebut. “Jadi kau oknum dimana ditemukannya alkohol kaoliang di toko ayam yang notabenenya hanya menjual beer sebagai teman minum” “Iya!! Aku hanya datang membawa alkohol curian, makan, lalu pergi. Itu saja!!” “Senjata pembunuhan yang ada di tempat kejadian perkara, sama dengan tumpukan lempengan besi yang ada disana, omong omong” tunjuk Eric pada tumpukan besi yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. “dengan segala bukti tak langsung ini, kau sudah menjadi tersangka, paman. Aku akan meminta rekanku untuk membuat surat penangkapan resmi agar kau bisa menjalani introgasi di kantor kepolisian” ujarnya. “kabur berarti kau menghambat jalannya tugas yang bisa membuatmu menambah waktu hukuman penjara, omong omong” ujarnya singkat sembari menghubungi rekannya di kejaksaan untuk membuat surat penangkapan reesmi. “Aku bersumpah aku membawa itu bukan untuk membunuh seseorang, tuan!!” rengeknya yan sudah pasrah. “kau pikir bagaimana aku selama ini hidup jika tidak mencuri dan menjual apa yang bisa aku jual?? Aku menjual lempengan besi itu untuk digunakan di kontruksi toko ayam baru tuan Dale. Aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini semua!!” “Maka dari itu, jelaskan sedetail mungkin untuk menjadi alibimu nanti jika kau sampai dibawa ke persidangan” suaranya merendah. “jika kau berbohong, tentu saja fakta itu akan berbalik dan menyerang dirimu sendiri. Pikirkan baik baik semuanya” “Hahhh...” pria tua itu menghela nafas gusar. “Baik!! Aku pergi sebentar ke general store untuk membeli minuman, namun sebenarnya aku menyelundupkan alkohol untuk diminum bersama mendiang tuan Bernard. Aku datang ke tuan Bernard selain untuk makan, juga untuk meminjam uang. Kami disana berceloteh banyak hal, termasuk mengenai lontre yang dia bilang. Pegawainya pun ada disana!! Kau bisa tanya padanya jika kau tidak percaya” keluhnya gusar. “Ketika keluar pukul sepuluh malam kurang, aku berjalan sebentar untuk merokok, namun aku sadar kunciku tak ada. Tentu saja aku kembali bergegas ke toko mendiang tuan Bernard, namun saat aku kembali, toko sudah terbakar habis. Api yang melahapnya sangat sangat besar. Karena aku yang terakhir keluar dari sana, karena pegawainya lebih dahulu keluar untuk mengantar ayam pesanan, aku takut aku menjadi tersangka pembakaran tersebut. Makanya aku kabur tanpa membawa mobilku. Aku bahkan sama sekali tak tahu ada tuan Bernard yang di mumikan didalamnya!!” Pria itu bercerita dengan tergesa gesa dan nafas yang tak beraturan. Membuat Eric menepuk pundaknya pelan, memintanya untuk setidaknya bernafas normal terlebih dahulu. “Pukul berapa kau kembali dan menyadari bahwa toko sudah terbakar?” “Sekitar sepuluh lebih dua puluh menit” Berarti, kemungkinan kejadian pembunuhan sekitar sepuluh kurang sepuluh hingga sepuluh lebih dua puluh menit. Setengah jam untuk membuat Bernard tak berdaya, memumikannya lalu membakar toko. Eric membuka penutup mobil tadi lebar lebar, tak menyisakan sedikitpun sudut yang tak terkena matahari agar dirinya bisa melihat dengan jelas apa saja yang ada di dalam mobil bak tersebut. Maklum, matanya memang sudah rusak semenjak kecil. Tangannya bergerak kesana kemari, melihat satu persatu lempengan besi bekas yang katanya akan di jual kepada kontruktor yang mengurusi pembangunan, melihat lihat barang barang curian lainnya yang sebenarnya ini bisa menjadi kasus lain jika si pemilik kerugian berminat untuk melaporkannya dan membawanya ke meja pengadilan. Namun, tindak pencurian yang satu inilah yang membuat si pemuda membelalakan wajahnya terkejut dan bergegas untuk menghubungi rekannya yang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN