4- Bocah Tengil.

1053 Kata
Disebuah rumah sakit Royal medicine Hospital Adis sudah dipindahkan ke sebuah ruangan perawatan, Pak Untung dan Mike menunggui Adis disana. Ia mengalami cedera serius pada lengan dan kakinya dan baru saja dilakulan pengoperasian kecil beberapa jam lalu. Mike mendengkus ia mulai jengah duduk diluar koridor tempat Adis berada. Padahal tadinya ia sedang terburu-buru akan pergi kesebuah pertemuan membuatnya mendadak menjadi harus membatalkannya karena insiden anak tetangganya ini. Pakaiannya pun masih begitu kotor dengan darah-darah Adis yang menempel dikemeja putih dalaman Mike. “Pak Untung, apakah orang tuanya masih lama lagi sampai?” Mike melihat pada Arloji miliknya. “Terakhir katanya sudah di Bandara Pak Bos, mungkin delay." “Astaga! Mau sampai pukul berapa mereka sampai?” Mike mulai berdiri lagi ia tidak mungkin meninggalkan anak itu begitu saja dia akan terlihat seperti tidak bertanggung jawab walaupun memang bukan kesalahannya. “Sabar Pak Bos, Menolong harus ikhlas.” Nasihat Pak Untung memberi anggukan untuk masuk kedalam ruangan Adis berada. Cklak “Astagfirullah Mbak Adis sudah bangun?” Pak Untung terkesiap melihat Adis yang sudah setengah menegak dipembaringan. “Hanya ginian doang Pak Un, Aku fikir malah aku sudah mati.” “Jangan gitu dong Mbak, nggak baik!” “Ayah dan Mama saya pasti tidak datang kan?” Adis menyeringai menyimpul sebuah senyuman seperti cercaan. “Lagi di bandara Mbak, saya sudah kasih tahu!” Adis melihat pada jam didinding sudah menunjukkan pukul 5 sore,“Bandara Mana? Bapak percaya, kita hitung dari sekarang mereka akan sampai disini besok pagi atau tidak akan pernah sampai. ” “Mbak Adis, nggak boleh berprasangka buruk, yang sabar Mbak, sebentar lagi Teh Nina sampai sini” Netra Adis berbinar ia menelan salivanya susah payah begitu sangat tergambar jelas kesedihan dan kekecewaan pada air mukanya. kini ia menatap padalangit-langit ruangan berusaha menahan agar air matanya tidak luruh. Adisa sangat paham saat ini pasti kedua orang tuanya sedang menganggap ini adalah sebuah usahanya untuk mencari perhatian mereka. “Makasih ya Pak UN sudah tolongi saya, maaf juga saya merepotkan kalian” Dari arah pintu Mike masuk untuk melihat keadaan matanya menangkap Adis sudah bangkit disana. “Sudah bisa bangun dia pak?” Adis melirik jauh pada sosok lelaki itu, “Sorry ya om, Adis menyusahkan Om juga... ” ucap Adis tulus. Mike tidak mengindahkan ucapan Adis, “Pak UN, belum ada kabar?” “Kalau mau pulang, pulang saja Om! Saya tidak apa-apa,” Angkat Adis tangannya yang diperban memperlihatkan, kemudian berusaha menggerakkan kakinya yang terbalut gips dengan susah payah. “Percayalah sama aku, mereka akan sampai besok pagi atau mungkin tidak sama sekali, Surabaya – Jakarta memakan waktu 28 jam untuk mereka!” “Sudah Pak Bos jangan didengar anak muda biasa itu, terkadang sering bersitegang dengan orang tuanya, ayo Pak Bos kita tunggu diluar saja” Keduanya pun kembali menunggu di luar dengan Mike yang menyandarkanpunggung nya kesandaran kursi ia begitu lelahnya menunggu dan duduk sedari tadi. “Pak Untung, Bapak kenal anak itu, dia anaknya Dokter Malik adiknya Anatasya?” “Iya anak kandung, saya kenal sekali lah Pak Bos, dia itu anak yang pecahi kaca jendela teras rumah Pak Bos dulu itu yang bikin heboh pagi-pagi dirumah” Mike mulai mengingat-ingat lagi. “Oh, itu dia, si tengil itu sudah besar dia, saya fikir anak saudari atau anak pekerja dirumah Dokter Malik, kenapa beda sekali dengan Tasya?” “Sangat berbeda, papi aslinya Adis anak baik kok, dia hanya sedikit pembangkang saja, dia juga sudah dua tahun ini tidak tinggal dirumah. ” “Dimana jadinya, Ikut kakanya ke UK?” “Bukan. Dia tinggal di kos-kosan belakang kampusnya, Ya seperti itulah anak-anak dalam keluarga pasti ada yang berbeda. Dia menjauh dari keluarganya menurut saya orang tuanya baik saya juga tidak tahu pasti apa permasalahan yang membuat dia menjauh. ” “Pak Untung bukankah Tasya ada disini? Apa dia juga bermasalah dengan anak ini sampai tidak ingin menjenguk?” “Mbak Tasya? Mbak Tasya masih di London, Pak Bos!” “APA?? Bagaimana bisa, Tadi malam—" Mike menggantungkan kalimatnya tentang tadi malam ia yang melihat seorang gadis berenang di rumah Dokter Malik. “Kenapa tadi malam, Pak Bos?” “Tidak, Ada!” Mike sedikit kecewa bahwa yang ia lihat bukan Tasya padahal ia berlama-lama dirumah sakit pun ingin dilihat bertanggung jawab oleh Tasya dan kedua orang tuanya itu. “s**t, Bocah itu yang berenang tadi malam, Sudah jelas ini anak depresi akut!” Bathinnya. * Jarum waktu terus bergerak maju kini sudah pukul 8 malam, Pak Untung baru saja keluar untuk pergi ke mushola. Dan Mike pun akan masuk lagi kedalam ruangan Adis untuk melihat keadaan nya dan lalu segera pulang. Hingga sudah malam benar-benar tidak ada kabar dari orang tua anak itu dan pembantunya yang katanya akan datang pun belum juga sampai. Cklak Netra Adis membulat melihat sosok Mike datang. “Ya Tuhan Om, kau masih disini? Kan sudah Adis bilang Mama papa datangnya itu besok pagi, coba deh tadi Om bilang aku kritis atau meninggal pasti langsung sampai mereka. ” Seringai Adis ia mencibir tapi sangat bisa terlihat ia menyimpan sakit di dirinya. “Kau harus bersyukur punya orangtua, Tidak baik menjelek-jelekkan mereka yang sudah membesarkan mu!” “Aku tidak pernah bilang aku tidak bersyukur dan aku juga tidakpernah menjelek-jelekkan orang tuaku, tolong di ralat, aku hanya bicara sesuai kenyataan,”Kelakarnya. “Aku tidak tahu seperti apa rasanya punya orangtua tapi jika mungkin aku diposisimu aku pastikan mereka akan menjadi orang tua paling bahagia didunia.” “Oh ya? Seperti apa cara membahagiakan nya, ajari aku Om ku mohon!Aku ingin bisa membahagiakan mereka dan membuat mereka melihat ke arahku," Mata Adisa berbinar dengan mulut yang terbuka lagi-lagi terlampir setumpuk kesedihan padanya. Mike tidak tahu ada apa? Dan kenapa namun kali ini bisa ia lihat kesedihan itu, “Baiklah. Aku harus pulang!” Adis mengela nafas berat, “Hemmm, Terimakasih ya Om, salam buat istri dan anak-anak Om. Pasti mereka bangga punya ayah yang peduli dengan anaknyaorang lain.” “Om, Om Om” Mike kesal selain Aprillia istri sahabatnya yang memangil Om muncul 1 lagi bocah tengil sebelah rumahnya yang memanggil itu padanya. “Kenapa Om?” “Tidak ada, istirahatlah! Sebentar lagi Pak Untung datang. Permisi!” Baik-baik sama calon adik ipar, seringai Mike mendapatkan sebuah ide mungkin dia bisa kembali bersama Tasya lewat adiknya ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN