Setelah keluar dari kamar Almeera, satu-satunya yang Dennis lakukan adalah berjalan mondar-mandir di depan pintu. Beberapa kali ia memegangi kenop pintu, tak tahan untuk tidak mengawasi secara langsung. Atau beberapa kali ia mendekatkan telinganya di pintu, berusaha menguping apa yang terjadi di dalam. Hasilnya, nihil. Tak ada suara yang mampu ia dengar. Sangat senyap, karena ia hanya mendengar deru nafasnya sendiri. Meski kamar Almeera tak memiliki peredam suara seperti kamarnya, tapi ia tetap tak bisa mendengar apapun. Pria itu makin gelisah, ia menyugur rambutnya yang memanjang sebelum ia kembali mengacak-acaknya. Dan kembali menyugurnya atau menjambak rambutnya sendiri. “Sial!” ia mengumpat. Tangannya kini memegangi kenop pintu yang tak terkunci itu. Otaknya terpecah, satu keingin