Chapter 60 - Tn. Smith tidak ada Pilihan Lain

1203 Kata
“Bukankah kau golongan tua?” Kata Mr. Pella kepada Tn. Smith. Ia langsung kaget mendengar hal itu. Ia bingung harus menyanggahnya atau tidak. Matanya ke arah Mayda. Mayda langsung membantunya. Ia menyentuh pergelangan tangan Mr. Pella dan berkata, “Tuan, kau tidak bermaksud untuk menjadikannya salah satu toples jiwa mu bukan?” Mr. Pella melihat ke arah Mayda. Wajahnya terlihat tampak sedih. “Dia akan membantumu untuk menemukan Rebel-rebel itu!” Kata Mayda menyakinkan Mr. Pella. Mr. Pella berpikir bahwa ia juga bisa menjadikan Tn. Smith pelayannya. Ia berguna sebagai pelayan yang bertugas dalam bidang pencarian.  Dalam hati ia memiliki maksud tersembunyi. Ia berkata dalam hati, ‘Bagaimana jika aku menggunakannya untuk mencari anak yang akan lahir yang bisa membuka dunia waktu itu?’  Mr. Pella mengangguk. Matanya berbinar-binar. Ia kemudian melihat Tn. Smith dengan sorotan tajam yang membuatnya sedikit gentar.  Mr. Pella memikirkan sesuatu. Golongan tua adalah golongan Rebel yang berinteraksi dengan manusia dan bahkan menikahi manusia. Mereka adalah rebel yang tidak bersalah yang datang ke Bumi. Ia bertanya kepada Tn. Smith, “Apakah kau memiliki istri?” “Ya, tuan! Saya memilikinya!” Tn. Smith dengan sopan menjawab. Ia tidak ingin menghancurkan usahanya. Mr. Pella mencoba untuk menaklukkan Tn. Smith. “Kau bisa membantuku dan aku akan membantumu. Kau tahu anak-anak yang lahir tidak akan sempurna seperti manusia pada umumnya! Kau ingin anakmu menderita?”  “Maksud tuan?” “Hidup dengan normal seperti manusia pada umumnya?” Kata Mr. Pella menyepelekan. Ayolah, anak mu pasti akan cacat ketika lahir.” Kata Mr. Pella.  “Apakah itu sebuah kepastian?” Mata Smith berkaca-kaca. Ia sangat sayang dengan anak yang di dalam kandungan istrinya. Ia tidak ingin mereka nantinya cacat. Mr. Pella menjawab dengan anggukan dan senyuman runcing. Matanya membesar agar lebih menyakinkan Tn. Smith. “Kalau begitu apa yang harus kulakukan?”  “Kau bisa membaktikan dirimu untukku. Kau bisa membantuku mencari golongan tua, atau seperti tadi, tempat keberadaan rebel yang masih baru dicampakkan, atau yang lain. Aku hanya perlu kau membaktikan dirimu untukku!” Jelas Mr. Pella. Nada bicaranya sangat menyakinkan.  Tn. Smith memikirkan ucapan Tn. Lion. Ini merupakan sebuah kesempatan baginya untuk tetap dekat dengan Mr. Pella.  “Bagaimana caranya?” Kata Tn. Smith. Ia juga ingin anak-anaknya seperti manusia normal. Ia pernah mencari cara agar anak anaknya bisa hidup dengan status manusia asli. Tetapi ia putus asa, dan tidak memikirkannya lagi. Mendengar Mr. Pella memberikan solusi, ia merasa mendapat banyak keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah misinya untuk mendekati Mr. Pella terjadi. Keuntungan yang kedua adalah anak-anaknya yang akan lahir bisa hidup normal. Jadi semua yang dibutuhkannya bisa dipenuhi dengan bekerja sama bersama Mr. Pella.  “Kau akan ku beritahukan nanti! Tenang saja, itu tidak akan sulit!” “Baiklah tuan!” Jawab Tn. Smith dengan wajah murung. “Aku juga memerlukanmu untuk menemukan teman teman mu yang lain! Beritahu aku jika kau mengetahui lokasi mereka.” Jelas Mr. Pella memerintah. Mayda sedikit lega. Ia senang karena Mr. Pella tidak berbuat jahat kepada Tn. Smith. Meskipun sempat terjadi ketegangan, tetapi semua berjalan dengan lancar. “Aku tak sabar melihat hasil kerjamu!” Kata Mr. Pella menyipitkan mata kepada Tn. Smith. ***  Mr. Pella dan Cat akhirnya pulang. Setelah pulang, Mayda membentak beberapa kali Tn. Smith dengan menyalahkannya. “Mengapa kau menuruti perintah dari tuan Pella?” Tanya Mayda karena khawatir. “Memangnya kenapa?” Tn. Smith tidak ingin disalahkan.  “Ia bisa saja menjadikanmu toples jiwa!” Kata Mayda menakuti.  “Bukankah dia sudah berjanji padaku tidak akan melakukannya?”  “Tak ada sedikit kalimat pun yang mengatakan bahwa ia tidak akan menjadikanmu toples jiwa. Tak ada janji yang diucapkannya juga. Mungkin kau akan baik-baik saja!” Mayda mencoba untuk berpikir positif. *** Mr. Pella dan Cat pergi dari rumah Mayda. Selanjutnya, mereka akan pergi menjemput teman-temannya di perpustakaan. Jarak dari rumah Mayda ke tempat perpustakaan itu tidaklah jauh. Mereka dengan cepat bisa langsung berada di perpustakaan.  Cat memanggil teman-temannya dari gedung tersebut. Setelah berkumpul semua, mereka pun pergi menuju rumah Braam.  Braam datang dengan senyuman dari tangga rumahnya. Ia menyambut kesepuluh pria tersebut. “Semua akan segera selesai!” Ucap Mr. Pella menjawab semua pertanyaan Braam, donatur mereka. “Kalian semua perlu melengkapi syarat-syaratnya agar bisa diterima oleh pemerintah. Kapan kalian akan melengkapinya?” Kata Braam.  “Itu akan siap besok!” Ucap Cat menyakinkan Braam. “Untuk seleksi awal kami akan melakukannya di rumah Tuan Braam. Mungkin itu akan dilakukan setelah kami selesai mendapat sertifikat mengajar dan bangunan sekolah dalam pengerjaan!” Kata Mr. Pella kepada Braam. Ia berencana akan melakukan wawancara murid yang memenuhi syarat sebagai seleksi akhir di rumahnya. Ia berharap Braam tidak akan menolak hal tersebut. “Itu tidak masalah. Boleh-boleh saja.” Kata Mr. Braam. Ia tampak senang. Ia tertawa saat menyelesaikan kalimatnya. Mereka pun kembali setelah memberikan laporan pengerjaan perkembangan proyek mereka. Saat akan pulang, Braam mengingatkan seluruh pria-pria itu agar bisa lulus dari ujian untuk mendapat sertifikat mengajar. Karena itu adalah salah satu syarat agar bisa mengajar disana.  Mereka mengangguk saja, dan langsung masuk ke dalam mobil. Mereka pun berjalan dan mengucapkan salam perpisahan. Di dalam mobil saat Cat akan membelokkan mobil van mereka ke jalan, ia berbicara kepada mereka. “Besok adalah hari kita akan mengikuti ujian standar seorang guru sesuai jurusan kita. Bagaimana dengan persiapan kalian?” Jeli menatap Staig.  “Mengapa kau menatapku? Aku sudah mempersiapkannya! Dia juga bertanya padamu!”  Jeli melihat ekspresi Staig yang tampak kesal. “Aku bukannya meragukanmu. Aku hanya ingin kau yang menjawab pertanyaan itu, karena hanya kau yang sangat berkonsentrasi saat berada di perpustakaan tadi.”  “Tentu. Kalian hanya belajar sesuai jurusan kalian. Seharusnya ada banyak yang bisa kalian pelajari di sana.” Kata Staig menggelengkan kepalanya.  Brake yang paling diam di antara mereka, nimbrung dalam pembicaraan itu. Karena ia duduk di belakang, ia mencondongkan kepalanya di sandaran tengah teman-temannya duduk agar suaranya cukup memenuhi ruangan. “Jurusanku, yaitu Budaya, harus mempelajari dua rak buku. Untuk apa aku mempelajari hal lain lagi?” Kata Brake membela Jeli. “O la la!” Terdengar suara Slurp yang tak tahan ingin memamerkan buku yang sudah di bacanya. “Jurusan Alamiah yang ku pilih ada lima rak buku yang harus dibaca. Kau,” Kata Slurp menunjuk Brake dengan jari melihat ke belakang. “Kau masih dua rak buku. Sedikit sekali!”. Ia menggelengkan kepala. Cat mendengar perdebatan mereka. Ia menggelengkan kepala dan tak tahan lagi karena nada suara mereka semakin tinggi di dalam mobil. Ia kemudian menambah kecepatan mobil lalu mengerem dengan tiba-tiba hingga mereka terkejut dan tercampak. “Apa yang kau lakukan?” Kata Jumbur yang wajahnya mengenai kursi belakang Mr. Pella. Tanggapan Mr. Pella hanya tertawa, karena ia memakai safety belt, ia tidak banyak bergerak. Cat melihat ke belakang. Wajahnya memerah dengan kesal. “Aku hanya memperingatkan kalian agar pelajaran yang kalian pelajari di perpustakaan memastikan kalian bisa lulus dalam ujian tersebut. Bukannya membuat ku tenang, kalian malah saling meninggikan nada saat berbicara. Ini salahmu Jel!” Kata Cat di akhir kalimatnya karena ia yang memulai hal tersebut. “Aku?” Tunjuk Jeli kepada dirinya sendiri. Ia tidak mengeluarkan suara saat mengatakannya dan melihat reaksi Jumbur di kirinya yang menertawakannya. Mobil kembali bergerak dan tidak ada satupun yang berbicara lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN