Chapter 18 - Desa Sunyi

1081 Kata
Keadaan bumi menjadi berubah setelah Nunc dan putri Flos dicampakkan ke Bumi.  (Tahun 1979) Desa Sunyi - Bumi Di Bumi, tinggalah seorang fisikawan bernama Prof. Rei. Ia tinggal di bukit yang jauh dari rumah penduduk dan jarang bersosialisasi. Ia juga merahasiakan apa yang dilakukannya di sana. Ia tidak banyak terlibat dengan orang lain kecuali kakek panti yang sering mengantarkan makanan kepadanya. Kakek panti selalu mengantarkan makanan untuknya di pagi dan malam hari.  Pekerjaannya adalah melakukan penelitian mengenai berbagai sisi dari benda-benda langit dan juga pembentukan alam semesta. Nama perusahaan tempat ia bekerja adalah PI (Penelitian Indonesia). Prof. Rei termasuk salah satu ilmuwan yang jenius di antara ilmuwan lain. Ia cukup disegani sewaktu memberikan pendapat. Seharusnya Prof. Rei berada di perusahaan di kota, tetapi, ia lebih suka meneliti sendiri di rumahnya miliknya di desa terpencil. Setiap sabtu ia akan datang ke perusahaan yang terletak di kota untuk membuat laporan pengembangan penelitiannya.  Hari ini Prof. Rei sedang bekerja di rumahnya. Ia sudah dari pagi tidak makan karena begitu terobsesi dengan penelitiannya yang rumit. Ia sedang meneliti tentang perjalanan waktu yang bisa dilakukan oleh manusia. Sebelumnya, ia sudah berhasil menemukan cara untuk mengirimkan pesan ke masa lalu, dan sekarang pimpinan perusahaan PI menuntut karyawannya untuk menemukan cara agar manusia bisa melintasi waktu. Mereka berpikir bahwa pesan tersebut bisa dikirim ke masa lalu, maka penelitian selanjutnya tentang manusia yang menjelajah waktu pasti bisa dilakukan. Mereka harus melaksanakannya dengan cepat. Malam hari pun tiba. Hujan deras mulai turun di desa Sunyi tempat Prof. Rei tinggal. Kilatan petir mulai tampak disertai suara guruh yang sangat kuat. Orang-orang mulai ketakutan karena ini kali pertama hujan datang sangat deras dan suara petir yang kuat. Petir yang terjadi sambung menyambung, beberapa sampai ke tanah membuat listrik desa menjadi padam. Kegelapan mulai menyelimuti seluruh desa. Prof. Rai melihat ke luar rumah. Ia mengintip dari jendela rumahnya. Ia sangat terpesona melihat betapa indahnya fenomena alam kali ini. Malam itu langit terlihat kerlap kerlip seperti sedang pesta bintang jatuh. Langit menunjukkan garis-garis warna yang bagaikan kembang api di akhir tahun. “Hujan Meteor!” Kata Prof. Rei Ia tak berani membuka pintu karena petir yang menyambar di mana-mana. Tadinya, ia sedang sibuk dengan penelitiannya membuat lubang waktu. Tetapi, karena listrik mati, ia harus berhenti sejenak. Ia mencari lilin di atas lemari lalu mengambil kopi yang diletakkannya di meja kerjanya. Ia bersandar di kursinya memandang keluar jendela. Tak berapa lama, ia melihat dari luar jendela bahwa bola petir menuju rumahnya. Sekeliling bola itu terdapat percikan petir kecil yang menyambar sekelilingnya. Prof. Rei langsung beranjak dari kursinya kebingungan mau melarikan diri kemana karena bola petir itu menuju ke arah rumahnya. "BOMB"  Ledakan suara dari halaman rumahnya.  Prof. Rei memejamkan matanya dan menghalangi silau cahaya dengan tangannya. Jendela rumahnya pecah berkeping-keping dan gelas kopinya tumpah ke lantai. Untunglah hanya jendela saja yang pecah.   Ia membuka matanya perlahan dan mengucap syukur bahwa ia baik-baik saja. Dilihatnya ke luar jendelanya yang pecah dan melihat seorang wanita cantik tergeletak lemah di halaman. Ia memakai gaun yang indah tetapi tanpa alas kaki. Gaun tersebut berwarna gold dengan lapisan mutiara menghiasi bagian depan gaun. Di bagian d**a gaun tersebut, terdapat kumpulan batu ruby yang berwarna warni dan disusun berbentuk motif waktu. Kilat dari langit yang memberi cahaya membuat ruby itu bersinar indah menghiasi bajunya. Beberapa percikan kilat sesekali keluar dari dalam tubuhnya. Prof. Rei bertanya-tanya dari mana asal wanita itu. Mengapa tubuhnya tidak gosong karena tersambar petir? Apakah ia masih hidup? dan mengapa ia bisa jatuh tepat di halaman rumahnya? Prof. Rei keluar dari dalam rumah dan dengan hati-hati keluar dari rumahnya. Ia mengelilingi tubuh itu karena takut jika wanita itu adalah alien. Tak ada barang yang bisa dijadikan senjata. Ia memberanikan diri untuk mendekatkan dan meletakkan dua jarinya perlahan di leher. Ia ingin mengecek denyut nadi karotis wanita itu. Ia sedikit khawatir kalau-kalau ia tersetrum karena kilatan-kilatan kecil di sekitar tubuh. Ia beberapa kali terlihat bergerak tetapi matanya tidak terbuka. Prof. Rei merasa wanita tersebut hanya pingsan. Hujan masih terus berlanjut dan petir semakin kuat. Ia sedikit ragu tentang apa yang harus dilakukan dengan wanita itu selanjutnya. Ia harus membawa wanita itu masuk ke dalam rumah karena cuaca yang semakin ekstrim. Ia dapat melihat dari langit bahwa kilat masih berkumandang tetapi kali ini seperti bintang jatuh ke tanah. Tidak aman untuk berada di halaman depan rumah sekarang. "Baiklah, ia harus dibawa masuk. Ia pasti masih hidup. Tampaknya dia baik-baik saja." Ucapnya kepada diri sendiri. Ia meletakkan wanita tersebut di sofa dan menyelimutinya dengan selimut yang tebal. Ia kembali mengecek nadinya. Ia meletakkan tangannya di leher dan detak jantungnya terasa meski tidak kuat. Ia melihat rambutnya yang basah, di ambilnya handuk dan mengeringkan rambutnya.  Ia menunggu lima menit tetapi tidak ada tanda-tanda kesadaran. Ia ragu apakah yang dilakukannya benar. Dilihat dari perawakan wanita tersebut sangat cantik. Ia yakin bahwa wanita itu pastilah keluarga kerajaan. Jika benar ia adalah seorang putri, dimana ia tinggal? Ia tidak tahu bahwa di desa itu ada sebuah kerajaan yang masih berdiri. Untuk mempercayai kalau wanita itu datang dari langit, masih tidak bisa diterimanya. Ia melihat dengan jelas bahwa wanita tersebut ada setelah sebuah batu besar jatuh di halaman rumahnya. Sebelumnya ia tidak melihat ada manusia di situ. Apakah mungkin wanita tersebut jatuh dari langit?  Ia menggoncangkan kepalanya. Otaknya mencoba mencari logika, tetapi tidak menemukannya hingga kepalanya menjadi sakit. Ia mulai mengabaikannya dan mempercayai apa yang sedang dilihatnya sekarang saja. Prof. Rei yang lebih banyak terpelongo pun sadar. Ia memiliki ide untuk membuatkan air panas yang dimasukkan ke botol untuk diletakkan di tangan dan perut wanita itu. Ia berharap itu akan membantu untuk mengurangi suhu tubuhnya yang dingin.  Prof. Rei melihat wanita itu lagi. Ia menyadari bahwa ia benar-benar cantik. Dia adalah wanita yang paling sempurna yang pernah ia temui. Hidungnya mancung, kulitnya mulus, tubuhnya sempurna. Yang ingin dipastikannya hanyanya matanya. Ia penasaran ketika wanita tersebut membuka mata. Ia tidak bisa membayangkan betapa sempurnanya itu nanti. "Perfect!" bisiknya tak sengaja. Sempat terpikir untuk mengganti baju wanita itu. Tetapi, ia mengurungkan niatnya karena selain tak ada baju wanita di rumah kecilnya, mereka juga lawan jenis. Sudah pasti ia harus berpikir dua kali untuk melakukannya. Ia hanya mengelap baju yang dipakainya berkali-kali hingga terasa lebih kering. Prof. Rei mendengar kegaduhan di luar sudah berhenti. Langit mulai berhenti dari amarahnya dan kembali seperti semula. Ia tidak mengerti mengapa perubahan iklim yang ekstrim bisa berubah dalam hitungan detik saja. Prof. Rei ingin melanjutkan aktivitasnya tetapi lampu belum juga hidup. Ia duduk di samping wanita itu hingga ia sadar hari telah pagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN