Chapter 33 - Resmi Menjadi Pasangan Suami Istri

1159 Kata
Prof. Rei agak takut-takut berada di dekat goblin yang besar itu. Ia kemudian mengajaknya bercanda. “Apakah tubuhmu bisa lebih besar lagi?” Tanyanya sambil mengikuti beruang tersebut berjalan. Ia berhenti, tetapi tidak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya menatap Prof. Rei dan mengaum menunjukkan giginya. Bau napas beruang tersebut tercium oleh Prof. Rei. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengajaknya bercanda lagi. “Kau harus pergi ke dokter gigi memeriksa kesehatan gigimu!”  Tetapi, tidak ada reaksi dari beruang bertubuh manusia itu. Prof. Rei tidak bisa menahan imajinasinya. “Ototmu sangat besar, apakah kau melatih itu?” Beruang tersebut tidak menjawab.  “Apakah kau tidak berencana memakai baju?” Tanya Prof. Rei lagi. Beruang bertubuh manusia itu memang hanya memakai celana pendek ketat dan tidak memakai baju. “Kita sudah sampai!” Ucap beruang tersebut yang membuka pintu untuknya.  Prof. Rei pun masuk ke ruangan tersebut, tetapi ia tidak bisa melihat apapun karena gelap. Beruang berbentuk manusia itu menghidupkan lampu dan saat nyala, ada banyak setelah jas yang tergantung rapi. Ia merasa seperti sedang di toko jas. Kepalanya hampir putus karena tak sadar telah berputar tiga ratus enam puluh derajat.  “Ini sangat indah!” Kata Prof. Rei yang telah berhenti memperhatikan sekeliling. Ia melihat beruang tersebut menekan sebuah tombol dan baju berwarna hitam dengan les merah dan hijau keluar dari dalamnya.  “Silahkan dipakai!” Ucap beruang tersebut. Ia dengan cepat memberikan jas itu agar bisa dipakai secepatnya. Ia memperingatkan Prof. Rei agar segera berganti sebelum kesabarannya habis. Prof. Rei mengingat bahwa ia telah menguji kesabaran beruang menyeramkan itu. Jika ia menambahnya lagi, bisa-bisa ia akan mengamuk sejadi-jadinya.  Beruang tersebut menyuruh Prof. Rei untuk melepaskan seluruh bajunya, meski awalnya ia menolak. Sebuah tabung berada di tangannya, dan ia menekan tombol on, lalu menyemprotkan sesuatu seperti asap ke seluruh tubuhnya. Prof. Rei menutup matanya secara refleks. “Asap ini akan membersihkan seluruh tubuhmu dengan cepat.” Kata Beruang tersebut. Percaya tak percaya, memang begitulah yang terjadi. Prof. Rei merasa tubuhnya lebih segar dan serasa baru saja selesai mandi. Ia berpikir dalam hati, jika alat itu ditunjukkan ke perusahaannya, barang itu pasti akan laku keras. Tetapi, sayang, ia tidak bisa melakukannya.  Selanjutnya, Prof. Rei memakai jas tersebut. Dimulai dari kemeja, celana dan juga jas. Sambil memakai jas tersebut, ia juga memperhatikan indahnya tampilan jas itu. Ia tidak bisa menebak dari mana bahan tersebut didapatkan.  Beruang melihat Prof. Rei sudah siap. Ia mengambil bunga melati dan menghiasi bunga melati di kantong celananya. Mereka pun keluar dari ruangan menuju lift yang berada di samping ruangan. Saat melihat lift tersebut, Prof. Rei heran. Ia berpikir bahwa tidak ada lift di rumah itu. Ia langsung komplain kepada Beruang bertubuh manusia tersebut.  “Mengapa tidak menyuruh kami menaiki lift jika ada lift. Aku sangat kelelahan menaiki tangga yang begitu banyak ke ruangan Tn. Lion!” Kata Prof. Rei kesal. Kemarahannya semakin memuncak karena mengingat kembali kejadian tadi. Mereka seharusnya tidak menyiksanya dengan begitu kejam.  “Lift-nya hanya bisa dipakai pada kondisi tertentu saja!” Jawab beruang bertubuh manusia tersebut. Ia menjawabnya di dalam lift. Cara menjawabnya dengan tidak melihat wajah Prof. Rei. Mereka pun sampai di lantai dasar tempat pertama yang dipijak oleh Prof. Rei. Ruangan besar dengan aksesoris rumah yang berwarna emas dan silver.  Prof. Rei sadar bahwa susunan dari kursi kursi tersebut berbeda. Beberapa kursi disingkirkan kebagian sudut sehingga wilayah tengah ruangan tersebut sedikit longgar. Sebuah tempat persegi panjang dengan kelambu di sekelilingnya, dihiasi dengan renda berwarna-warni dan api di tengahnya.  Ia melihat Tn. Lion sudah duduk di dalam renda-renda tersebut. Ia memakai jas berwarna hitam dan memakai kalung yang dirangkaikan dengan bunga melati di lehernya. Prof. Rei masuk ke dalam kelambu tersebut sedangkan Beruang bertubuh manusia berdiri di luar sekat. Prof. Rei duduk di depannya menghadap ke api unggun. Prof. Rei dan Tn. Lion dibatasi oleh api tersebut. Mereka sekarang menunggu Flos turun. Cukup lama mereka berdua saling bertatapan tanpa berbicara. Menunggu putri Flos seperti sedang menunggu hujan yang datang saat hari cerah. Suara langkah kaki mulai terdengar dari arah tangga. Flos berjalan menggunakan pakaian pengantin yang diberikan oleh Tn. Lion. Ia sangat cantik menggunakan pakaian tersebut. Emot berada di belakangnya memastikan bagian belakang baju tersebut tidak berlipat. Ia menuruni tangga secara perlahan karena sepatu tinggi yang dipakainya. Rambutnya dihiasi oleh bunga melati. Bibirnya merah dan beberapa lapisan make up menghiasi wajahnya. Akhirnya ia sampai di lantai utama ruangan. Semua rasa bosan saat menunggu hilang ketika melihat betapa cantiknya putri Flos. Ia masuk ke dalam sekat-sekat kelambu yang dibuat oleh Tn. Lion. Duduk disebelah Prof. Rei dengan mengumbar senyuman.  Tn. Lion menambahkan sesuatu ke dalam api tersebut sehingga nyala api semakin berkobar. Nyala api yang tinggi membuat Prof. Rei dan Flos menghindar. “Kita akan mulai upacaranya!” Kata Tn. Lion menatap wajah mereka berdua. Ia meminta mereka untuk duduk lebih dekat lagi. Prof. Rei sesekali masih mencuri pandang melihat wajah Flos. Ia beberapa kali diingatkan oleh Tn. Lion agar melihat ke arah api saja. Tn. Lion membacakan sebuah kalimat dan api yang berada di depan mereka membentuk sebuah tangan. Tangan tersebut mengambil tangan kiri Flos, meski tangan tersebut terbuat dari api, ia tidak merasakan tangannya terbakar. Setelah memegang tangan kiri Flos, sebuah tangan lain terbentuk dari api tersebut dan menyucuk jari telunjuk Flos hingga mengeluarkan darah. Prof. Rei yang melihat kejadian tersebut menutup matanya. Ia tidak mau melihat apa yang dilakukan tangan tangan tersebut, karena bisa mempengaruhi keberaniannya nantinya. Suara terdengar keluar dari Tn. Lion. Ia mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang.  “Disatukan alam semesta, disatukan suatu kehendak!” Ucap Tn. Lion selama tangan-tangan tersebut melakukan tugasnya. Setelah api yang berbentuk tangan tersebut menyucuk tangan kiri Flos, tangan-tangan itu sekarang beralih kepada Prof. Rei. Mereka melakukan hal yang sama hingga jari telunjuk kiri dari Prof. Rei mengeluarkan darah. Saat tangan tangan itu melakukannya, Prof. Rei berteriak sangat kuat. Ia sangat ketakutan tetapi mencoba untuk tidak memberontak. Ia menjadi tidak khawatir lagi karena apa yang dilakukan tangan-tangan api tersebut tidaklah sakit. Ia mencoba tenang dan melihat tangan-tangan tersebut bekerja.  Darah yang keluar akibat dicucuk kemudian disatukan oleh tangan-tangan tersebut hingga darah masing-masing dari mereka saling bersentuhan. Di sinilah Prof. Rei merasa sangat kesakitan. Ia merasa darahnya sedang dihisap dari tubuhnya. Ia berteriak selama tangan tersebut menyatu. Ia tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Flos tidak merasakan apa apa. Ia hanya khawatir melihat apa yang terjadi dengan Prof. Rei. Ia bertanya kepada Tn. Lion apakah dia baik baik saja. Ia menjawab bahwa dia akan baik baik saja. Rasa sakit yang dirasakan hanya akan terasa saat tangan mereka menyatu saja. setelah itu terlepas tidak akan terjadi apa-apa. Tangan rekapan dilepas oleh api tersebut. Lalu tangan tangan tadi menghilang dan api unggun Yang berada di depan mereka kembali normal. Sesi terakhir dari pernikahan tersebut adalah pengucapan Ikrar. Tn. Lion menyuruh mereka mengikuti apa yang dia katakan. Setelah pengucapan Ikrar, bumi bergoncang selama 50 detik. Tn. Lion mengatakan bahwa itu adalah tanda bahwa mereka sudah sah. Prof. Rei dan Flos pun resmi menjadi pasangan suami istri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN