Chapter 71 - Asal Usul Wabah di Bumi (1985)

1146 Kata
Prof. Rei berhasil melarikan diri. Ia pergi menuju desa Sunyi ke rumahnya dulu bersama Flos. Jantungnya berdetak sangat kencang sepanjang perjalanan. Ia juga sering melihat ke belakang karena khawatir siapa tahu ada yang mengejarnya. Hingga sampai rumah, tidak ada yang mengikutinya. Ia sangat lega karena dapat selamat dari perusahaan Pak Wangsa. Ia yakin bahwa butuh waktu lama untuk mencarinya di sana. Untungnya, ia tidak pernah memberitahukan alamatnya kepada siapapun. Jadi mereka akan sangat kesulitan untuk menemukannya. Tapi, ia juga tahu bahwa cepat atau lambat pasti mereka akan menemukannya.  Ia masuk ke dalam rumah terlebih dahulu ingin melihat kondisi rumah yang sudah empat tahun tidak dihuni. Ia ingin memastikan ada tempat untuk meletakkan Wish yang sudah terlelap di dalam mobil. Debu dan sarang laba-laba menyelimuti ruangan. Lampu yang dihidupkannya harus bersusah payah menyala karena sudah lama tidak digunakan. Ia membersihkan kamarnya dulu terutama tempat tidurnya. Ia tak bisa berharap banyak agar bisa tidur nyaman malam ini. Ia merasa sudah bersih dan kemudian keluar menuju mobil. Ia pun menggendong Wish dari mobil yang sudah tertidur dan tampak kelelahan. Ia meletakkannya di ranjang tempat tidurnya dan mengambil barang-barangnya yang lain. Setelah selesai, ia tidur di sebelah anaknya menunggu pagi. ***   Sudah dua minggu berlalu. Ia merasa bahwa Pak Wangsa sudah merelakannya pergi. Meski ia tidak bisa percaya seratus persen pada intuisinya, tetapi dalam hati kecilnya percaya bahwa mereka tidak akan mengetahui keberadaannya.  Dengan sedikit uang yang dibawanya, ia masih mengerjakan alat untuk membuka pintu dunia waktu tempat Flos tinggal. Tetapi, setelah alat itu selesai, timbul keresahan lain. Ia mulai memikirkan apa yang akan dilakukannya kedepan agar bisa membiayai dirinya dan juga anaknya. Mencari pekerjaan dan meninggalkan Wish yang masih berumur empat tahun sangatlah tidak bijaksana. Tidak ada yang bisa menjaga Wish saat dirinya akan bekerja. Ia juga masih ragu-ragu apakah ia akan melakukan uji coba alat tersebut dan pergi ke dunia yang belum pernah dilihatnya atau menunggu Wish dewasa saja untuk mencari istrinya. Ia berhari-hari berupaya memikirkan keputusan yang tepat untuk dirinya dan juga anaknya. 31 Januari 1985 Sekitar pukul 21.00, Prof. Rei sudah menyempurnakan fungsi dari alat tersebut. Ia duduk di meja kerjanya dan sedang membereskan barang-barang yang tidak dipakai lagi. Ia bisa melakukan semua itu, karena Wish tidak mengganggunya. Anaknya sudah tidur di dalam kamar. Kemudian hujan mengguyur desa itu dengan sangat deras. Karena begitu derasnya, seluruh lampu desa mati total.  Dengan cepat Prof. Rei menyimpan alat ciptaannya tersebut beserta cincin milik Flos di sebuah kotak dan menyembunyikannya di bawah lemari. Agar tidak ditemukan, ia melapisinya dengan karpet lagi sehingga tampak seperti lantai biasa. Ia cukup kesulitan untuk melakukan hal tersebut Karena tubuhnya tidak bekerja dengan baik. Tangannya gemetaran dan jantungnya berdetak dengan kencang. Belum lagi penerangan di kala itu hanya sebuah penerang kecil. Perasaan ragu menyelimutinya. Ia tidak tahu mengapa jantungnya tiba-tiba berdegup dengan cepat. Ia merasa ada sesuatu yang akan datang yang membuatnya berada dalam masalah. Karena itu ia harus menyembunyikan alat tersebut. Suasana hujan deras dan mati lampu mengingatkannya kembali saat-saat ia pertama kali bertemu dengan Flos. Saat itu Flos terjatuh pingsan di depan rumahnya dan ia membawanya ke dalam rumah. Jika mengingat hal tersebut, membuatnya sangat bahagia dan ingin mengulanginya kembali. Perasaan rindunya kepada Flos begitu besar, ia bahkan harus mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Suara hujan yang deras dan sangat keras tidak bisa membendung suara mobil yang datang menuju rumah Prof. Rei. Ia bisa mendengar suara mobil yang semakin lama semakin mendekat. Sangatlah mencurigakan jika di malam hari ada sebuah mobil melewati rumahnya. Ia pun melihat keluar rumah untuk memastikan siapa yang datang malam-malam seperti ini. Dari depan pintu, ia melihat dua mobil besar dan tidak bisa melihat siapa yang berada di dalam mobil itu.  Saat mobil itu berhenti di depannya, suara tembakan api langsung terdengar dan Prof. Rei bersimbah darah. Setelah memastikan bahwa Prof. Rei sudah tertembak, kedua mobil itu pun pergi dengan cepat, menghilang ditutupi oleh rintihan deras hujan. Prof. Rei masih memiliki kesadaran. Ia melihat ternyata anaknya, Wish, melihat kejadian tersebut. Tidak bisa berkata apa apa lagi. Seharusnya ia tidak melihat kejadian yang mengerikan itu. Ia melihat Wish pergi ke sudut ruangan, menutup wajahnya dan memeluk kakinya. Wish sama sekali tidak mendekat kepada ayahnya. Tubuhnya bergetar karena takutnya. Suara tangisannya sangat ditahan.Ia tidak ingin tanya sana terdengar oleh orang yang berada di luar. Di saat arah pandangan Prof. Rei hanya tertuju kepada Wish, disaat yang bersamaan pula pandangannya terhalang karena seseorang berdiri di depannya. Yang mencoba melihat ke atas, untuk mengenali siapa orang yang berdiri tersebut. Ia takut bahwa orang tersebut berniat jahat kepada anaknya. “Tolong jangan sakiti dia, kumohon!” Kata Prof. Rei dengan napas yang terbata-bata. Orang tersebut pun berkata, “Siapa yang akan menyakitinya? Aku adalah Pembebas!” Ia membacakan sebuah mantra. Mantra tersebut sangat pelan dan halus diucapkannya. Setelah selesai mengucapkannya, Prof. Rei melayang ke udara. Ia ingin berteriak tetapi tenaganya tidak ada lagi.  “Apa yang kau lakukan! Mengapa aku bisa terbang begini? Tolong! Tolong!” Kata Prof. Rei sambil mencoba mengimbangkan badannya karena takut jatuh. Meski sebenarnya tidak akan ber-efek apapun. Karena begitu sakitnya, Prof. Rei kelelahan karena teriakannya sendiri. Akhirnya ia pun pingsan dalam posisi melayang. Kondisi itu bagus. Manusia itu bisa melakukan tugasnya tanpa mendengar ocehan sari orang yang dirimu dan tersangka-tersangka dalam acara televisi yang menceritakan pekerjaan polisi dalam menjalankan perintah. Manusia tersebut akan membawa Prof. Rei. Tetapi ia akan meninggalkan anaknya.  Ia mendekati anak tersebut. Anak tersebut tidak tahu bahwa ia sedang mendekat karena suara langkah kakinya tidak terdengar sama sekali. Seperti tidak bersentuhan dengan lantai. Padahal sebenarnya tidak. Ia kemudian mengarahkan tangannya ke kepala Wish dan menghapus Ingatannya. Ia membaca sedikit mantra dan suasana rumah tersebut menua seiring berjalannya waktu.  Ia memindahkan Wish menuju masa depan. Ia memindahkannya ke tahun 2008 - 23 tahun menuju masa depan.  “Kalau begini, kamu tidak akan terkena oleh wabah!” Ucap manusia yang tidak dikenal itu. Ia sekarang akan mengurus ayahnya, Prof. Rei. Ia melihat Prof. Rei pingsan dan tersenyum geli sambil menutup mulutnya. Ia tidak ingin tertawa lebar. “Sekarang giliran mu yang aku urus!” Kata manusia yang entah dari mana asalnya itu.  Ia teringat dengan cincin Flos yang disembunyikan di dalam kotak dan di letakkan di bawah lantai. Ia mengambilnya dan mengembalikan alat yang dibuat oleh Prof. Rei kembali ke kotak dan diletakkan di bawah lantai. Cincin itu akan berguna nantinya bagi Prof. Rei. Ia membaca mantra dan sebuah portal terbuka di atas kepalanya. Ia meloncat ke dalam portal tersebut bersama dengan Prof. Rei. “Setidaknya aku menepati janjiku!” Ucapnya sambil menghela napas. Ia membawa Prof. Rei menuju Dunia Waktu. Alat yang dikerjakan oleh Prof. Rei memancarkan radiasi yang sangat tinggi terhadap bumi. Radiasi tersebut membuat sebuah penyakit mematikan menyelimuti seluruh bumi. Penyakit tersebut sangatlah menular, sehingga pemerintah membuat sebuah kota untuk evakuasi dan kota yang lain untuk manusia yang tidak terkontaminasi sedikit oleh wabah tersebut.  Wabah ini akan mengubah dunia dan kehidupan Wish.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN