Chapter 9 - Sol dan Mensis Selamat

1084 Kata
Pembicaraan antara Sol dan Mensis.  “Apakah disini aman?” “Disini aman, kamu jangan khawatir!” “Bagaimana dengan ayah?” “Ayah aman. Dia pasti berada di pohon Patron sekarang. Ia tidak akan kenapa-kenapa. Target mereka bukanlah kota Musim.”  Pemberontakan pun terjadi. Mereka bisa mendengar teriakan-teriakan dari dari atas dengan jelas. Pasukan yang dibentuk Nunc mulai menguasai setiap kota dan memaksa penduduk waktu memakai alat yang dibuat Saga untuk mereka agar mau melawan raja. Setiap alat yang dipakai akan merubah si pemakai menjadi lebih kuat dan akan diperintahkan untuk pergi ke istana untuk berperang melawan prajurit istana. “Kalian harus menjadi pemberontak! Jika tidak, kalian akan mati!”  Suara tangisan terdengar. “Pakai ini!” “Kami tidak mau! Hentikan!” Suara perlawanan dari penduduk. Suara-suara seperti inilah yang didengar oleh Sol dan Mensis dari bawah ruangan.  Mensis menatap kakaknya dengan ketakutan. Suara lembutnya pun keluar dan bergema di dalam lorong. “Apakah itu suara Guru Megah yang akan mengajar kami?” Kata Mensis pelan. Sstt.. Sol memeluk adiknya. Ia membantu adiknya agar tetap rileks. Mereka yang sedang jongkok, mulai berpindah posisi. Mereka duduk sambil berpelukan menunggu suara-suara yang keras itu tidak terdengar lagi. Mereka cukup lama menunggu hingga semua yang berada di atas terasa hening. Mensis dengan cepat bergerak dan berkata, “Sudahkah?”  Keadaan sudah tampak aman. Sol dan Mensis keluar dari tempat persembunyiannya. Di sekeliling mereka, tentara kerajaan sedang mengumpulkan pemberontak dan mengikat mereka dengan tali penghukum. Tali penghukum adalah tali yang ditandai sebagai pemberontak. Dengan mengikatkan di tangan,  mereka yang bersalah tidak dapat melakukan apapun hingga ia masuk sel dan menunggu hukuman mati dijatuhkan.  "Sepertinya kita aman." Ucap Sol setelah melihat keluar lalu memberitahukannya kepada Menis. Mereka keluar dari halaman sekolah dan mencari ibu mereka di istana. Mereka menuju ke istana mencari tempat ibu mereka bekerja. Mereka berlari dengan tergesa-gesa karena tak ada satupun Sluppart yang mereka lihat. Seandainya saja mereka memiliki Sluppart, mereka pasti bisa lebih cepat sampai. Sol dan Mensis melihat keadaan yang kacau dari penduduk waktu seraya berjalan. Mereka tidak menyangka kekacauan yang terjadi begitu parah. Beberapa tempat tinggal penduduk di rusak dan beberapa terluka karena tidak ingin bergabung dengan pasukan. Berapa juga terlihat menangis karena keluarga mereka ditangkap dan pasti akan dihukum mati karena mengikuti pemberontak. Banyak yang tidak menyangka demi menyelamatkan hidup, keluarga mereka mau bergabung dengan pemberontak-pemberontak tersebut.  Awalnya beberapa orang hanya ingin menyelamatkan diri mereka dari pemberontak. Jadi mereka berpikir untuk bergabung dengan pasukan dan berharap jika ada kesempatan mereka akan melarikan diri dari si pemberontak. Tetapi, tindakan itu salah karena pada akhirnya mereka didapati sebagai pemberontak dan akan mendapat ganjaran hukuman dari raja. Banyak sekali keluarga-keluarga yang menangis karena kesalahan yang diambil anggota keluarga mereka. Mereka sangat sedih dan memohon belas kasihan kepada prajurit kerajaan agar tidak membawa keluarga mereka ke hadapan raja. Tetapi tidak berhasil. Ketetapan raja tidak dapat diganggu gugat. Sol melihat Fortis, yang sedang memakaikan tali penghukum kepada tahanan. Tali penghukum adalah istilah untuk rantai yang membuat penduduk dunia waktu tidak akan bisa berjalan selama tali itu mengikat tangan kanannya. Tali penghukum merupakan alat para prajurit saat menangkap para pemberontak di dunia waktu. Karena banyaknya pemberontak, mereka harus menggunakan satu tali penghukuman untuk dua penduduk waktu. Ini sangat menyulitkan mereka. Padahal pohon daun-daun pohon Patron sebentar lagi akan tertutup.  Fortis adalah salah satu kepala pasukan dan teman kecil Sol. Belum lagi mencapai tujuh belas tahun, keahliannya sudah muncul dengan cepat. Ia termasuk salah satu pria berbakat di sekolah. Ia mendapatkan keahlian sebagai prajurit untuk dunia waktu. Tak berapa lama dilatih di kerajaan ia dijadikan kepala prajurit. Ia termasuk cepat menjadi kepala prajurit jika dibandingkan dengan pengalamannya. Tapi, tidaklah masalah karena mereka tidak akan tumbuh menua. "Fortis!" Panggil Sol dan memberikan senyuman. Fortis melihat ke berbagai arah dan mencari siapa yang sedang memanggilnya. Ia melihat Sol dan Mensis berjalan ke arahnya lalu mereka berpelukan. "Kalian selamat. Syukurlah!" Wajah Fortis bersinar melihat Sol. Ia lega melihat Sol selamat. Mensis menjaga jarak dan memperhatikan mereka. Ia menatap kakaknya dan menaruh curiga. "Ya. Kami bersembunyi di lorong sekolah." Ucap Sol menjawab. "Apa yang terjadi?" Tanya Sol. "Ceritanya panjang. Saudara raja, Nunc kembali ke istana dengan membawa pasukan yang banyak. Ia ingin merebut tahta. Untung ia sudah di buang ke Bumi. Tetapi, putri Flos ikut jatuh ke Bumi." Jelas Fortis lalu mengucapkan perintah kepada bawahannya untuk menangkap penghuni waktu yang berkhianat lagi.  "Apa?" Ucap Mensis dan Sol bersamaan. Mereka sungguh merasa ini sangat kacau.  "Bagaimana dengan ibuku?" Tanya Sol khawatir. "Ya, bagaimana dengan ibu, Kak Fortis?" Tanya Mensis juga. Mereka sangat ketakutan karena membayangkan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi kepada ibu mereka.  "Aku tidak melihat keberadaannya. Maafkan aku." Jawabnya. Ia menatap kedua wanita tersebut dengan simpati. Ia melihat mata mereka dan berusaha tahu jawaban dari pertanyaan yang diajukan tadi. Tapi sayangnya yang ia ketahui berbeda. “Kalian harus tahu bahwa seluruh Saga memberontak kepada raja. Semua Saga-saga itu telah pergi ke Bumi!” Ucapnya lagi. Sol sudah tahu bahwa seluruh Saga telah memberontak. Ia berharap ibunya baik-baik saja. Ia yakin karena dari pembicaraan mereka kemarin, para Saga tidak akan melakukan perlawanan kepada siapapun di istana.  "Terima kasih. Aku akan pergi ke istana untuk memastikannya." Ucap Sol dan bergegas pergi. "Ya, hati-hati." Balas Fortis. Ia memandangi mereka seraya pergi. Mensis memperhatikan kakaknya, Sol dengan kecurigaan. Ia tak bisa menahan segudang pertanyaan kepadanya. Sol melihat Mensis kembali. "Apa yang kau pikirkan? Mengapa melihatku seperti itu?" Tanya Sol. Mereka berbicara sambil berjalan dengan cepat. Sol berjalan cepat hingga meninggalkan Mensis dibelakang. Lalu Mensis mengimbanginya dan menatapnya kasar. Mereka berjalan melewati Pohon Patron yang besar. “Ada ada? Kau terlihat aneh!” Kata Sol. "Apa kalian.." ucap Mensis menggoda kakaknya. Yang dimaksudkan adalah hubungan Fortis dan kakaknya. "Apa maksud pertanyaanmu itu?" Sol tersipu malu menjawabnya. "Kau suka dia?" Mensi mengatakannya dengan spontan. Sol berhenti berjalan karena jantungnya berdebar kencang. Ia menarik napas dan berharap tidak menimbulkan kecurigaan. "Gak ada." Nada datar dari Sol. "Jadi yang peluk pelukan tadi itu apa?" Tanya Mensis menggoda lagi. "Diam! Sekarang ini bukan waktunya bercanda.” Kata Sol. "Cie.. cie.. " seru Mensis beberapa kali sepanjang perjalanan. “Aku mengerti itu. Tenang saja!” Kata Mensis.  Ucapannya itu tidak mengganggu kakaknya. Ia pun mencari cara lain.  “Kau sudah tahu sebenarnya ibu baik-baik saja. Lalu kau menyusun rencana untuk menyapa agar bisa berbicara padanya! Sol tak menghiraukannya. Ia diam saja menutup kupingnya dari dalam. “Ayoolah!!!!!!!!” Ucap Mensis. Sol menambah kecepatannya dari berjalan cepat menjadi berlari kencang. Ia tidak ingin menjawab apapun. “Tunggu!” Kata Mensis kesal. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN