Chapter 36 - Sarapan Pertama Nunc

1104 Kata
Cat mengikuti Nunc ke sudut ruangan. Nunc tampak serius dan ia tidak dapat menolaknya. Nunc berbisik agar yang lain tidak dapat mendengar percakapan mereka. Ia ingin merahasiakan hal tersebut kepada yang lain. “Apakah kau tahu cara untuk bisa kembali ke dunia waktu?” Tanya Nunc. “Mengapa tuan ingin kembali? Bukankah disini lebih enak? Tidak ada yang ingin kembali ke dunia waktu ketika mereka tahu enaknya hidup di Bumi!” Ucap Cat. “Apakah itu mungkin?” Tanya Nunc lagi. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Cat. “Aku belum pernah bertemu penduduk dunia waktu yang ingin kembali ke sana. Itu sangat berbahaya.” Kata Cat. Kemudian Nunc diam dan tidak membantah. Ia melihat Cat sedang berpikir. Untuk mempercepat cara berpikir Cat, Nunc mengatakan sebuah janji. “Apa kau ingin hidup nyaman di Bumi?” Tanya Nunc. Ia mencoba menggoda Cat. Cat langsung mengangguk. “Tentu!” Jawabnya dengan bersemangat.  “Kau bisa melakukannya?” Tanya Nunc.  Cat langsung cepat berpikir. Ia awalnya ragu menunjukkan seseorang kepadanya. Ia mengingat seseorang yang mungkin memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Tapi, ia ragu-ragu menunjukkannya pada Nunc.  “Saya punya..” Kata Cat lambat berbicara. Suaranya bergetar. “Solusinya..” Lanjutnya. Nunc menunggu ia melanjutkan ucapannya. Matanya melotot tak sabar. “Apa?” Kata Nunc. “Mungkin dia bisa membantu. Kita bisa mencoba bertanya padanya!” Kata Cat.  “Dimana dia berada?” Tanya Nunc. “Dia ada di tengah-tengah hutan Hijau Taiga. Agak sulit mencarinya. Ia adalah seorang Saga dulunya di dunia waktu. Ia bisa meramal dan membaca masa depan. Kita bisa kesana.” Kata Cat.  Nunc menggoyangkan kepalanya. Ia tersenyum lebar.  “Tapi, untuk ke sana,” kata Cat tiba-tiba. “Kita harus mengumpulkan uang yang banyak. Kita tidak bisa kesana dengan berjalan kaki!” Lanjutnya.  “Baiklah, kau tinggal mengajarkan ku bagaimana cara mencari uang, yang kau katakan itu! Itu tidaklah sulit!” Ucap Nunc.  “Aku akan tanyakan kepada teman-temanku!” Ucap Cat. Mereka kembali ke ruang tempat teman-temannya yang lain berkumpul. Mereka berdiskusi tentang caranya mencari uang. Selama ini mereka hanyalah sales pulpen yang menjual pulpen ke rumah-rumah. Nunc bingung dengan profesi tersebut. Mereka sudah menjual banyak pulpen tetapi hanya bisa tinggal di bus yang jelek itu. Ia mencoba mengali-kalikan berapa lama uang yang harus mereka kumpulkan untuk bisa pergi ke hutan hijau Taiga tersebut. “Itu akan sangat lama!” Sentak Nunc. Ia tidak ingin mereka menjual pulpen lagi karena itu sangat lama. Setelah berpikir panjang, tak ada keahlian yang bisa mereka gunakan untuk bisa mencari uang dengan cepat.  “Apakah kalian tahu cara Saga mencari uang di dunia ini? Kita harus bertemu dengan mereka terlebih dahulu!” Ucap Nunc.  Mereka setuju dengan usul Nunc. Jika mereka yang berbicara dengan Saga, tentu mereka tidak akan mau mengatakannya. Karena itu, dengan adanya Nunc, mereka tidak khawatir kalau-kalau Saga menolak untuk berbicara.  “Kita akan berangkat besok pagi!” Ucap Cat. Mereka membagi siapa yang bisa ikut mengantarkan Nunc ke tempat Saga tinggal. Nunc bertanya bagaimana kehidupan Mungkit di Bumi. Mereka menyarankan Nunc untuk menonton televisi, karena semua informasi dan kebiasaan manusia terekam disana.  Yang lain pun tidur, dan Nunc duduk di depan televisi hingga pagi.  *** Di pagi hari, mereka berkumpul di meja makan. Mereka duduk dan berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan hari ini. Yang sibuk menyiapkan makanan adalah Jeli. Ia mondar-mandir membawakan makanan di depan mereka. Mereka melihat Nunc tidak ada di meja makan tersebut. Staig menatap Cat. Ia menanyakan kemana Nunc, mengapa ia tidak ada di meja makan. Yang lain sudah melihat Nunc sedang menonton. Hanya Staig yang tidak menyadarinya. “Ia sedang menonton seharian,” jawab Jeli dari belakangnya, yang sedang meletakkan sarapannya di depan. Setelah selesai membagi makanan di depan teman-temannya itu, Jeli mendatangi Nunc yang masih menonton. Ia tidak tidur semalaman. Ia berkata dengan sopan, “Tuan, mari kita makan!” Ucapnya.  “Makan? Apakah disini ada buah Patron?” Tanya Nunc.  Jeli menerangkannya dengan singkat. “Disini dinamakan Quiche!”  “Quiche? Nama yang unik!” Ucap Nunc sambil mengikuti Jeli menuju meja makan. Nunc duduk dan melihat s**u di depannya dan Quiche. Quiche adalah menu sarapan berbentuk pie dan memiliki isian s**u dan telur dibagian tengahnya. Beberapa ada yang menambahkan keju, beef, sosis, dan juga seafood. Nunc yang baru pertama kali melihat hal tersebut langsung kaget. Ia tidak pernah melihat makanan yang ditata dengan rapi. Ia juga tidak pernah melihat buah pohon patron bisa dibentuk seindah itu. “Bagaimana kau membuatnya?” Tanya Nunc yang terpukau dengan masakan Jeli. Ia kemudian bertanya dengan air yang berwarna putih di depannya. Mereka menjelaskannya dengan halus.  “Ini hebat.” Kata Nunc. Jeli duduk dan mempersilahkan Nunc untuk mencicipi masakan tersebut. Nunc melihat acara televisi yang bagaimana cara Mungkit memakai sendok dan garpu. Ia dapat menguasainya dengan sekali mencoba.  “Ini sangat lezat!” Kata Nunc di cicipan pertama-nya. Ia sangat menikmati makanan tersebut dan mengerti mengapa banyak penghuni waktu yang tidak mau kembali ke dunia asal mereka lagi.  “Wow!” Kata Nunc lagi. Dalam beberapa menit ia menghabiskan makanan tersebut.  Brake jarang sekali berbicara. Tapi kali ini ia memuji Jeli. “Masakanmu kali ini memang hebat.” Ucapnya. Kemudian Six, yang tampak lebih muda dari mereka semua berkata juga, “Ya, aku setuju!”  Jeli tersenyum malu. Ia menghentikan kunyahnya. “Aku mempelajarinya dari Hell’s Kitchen episode 356!” Mereka tak ragu dengan hal tersebut. Hell’s Kitchen adalah acara televisi show tentang kompetisi memasak untuk memperebutkan head chef sebuah restoran. Para Rebel tersebut sering menonton acara itu agar bisa memasak makanan para Mungkit. Yang sulit bagi mereka saat melakukannya bukalah daya ingat untuk meracik bumbu-bumbu, tetapi mencari bahan-bahan masakan tersebut.   Six mengingat masakan Cat. Ia berkata kepada mereka, “Masakan ini memang jauh lebih enak dibanding dengan masakan Cat!” Jumbur langsung menaikkan alisnya. Ini saat yang baik untuk berbicara. Ia suka momen-momen seperti ini. “Aku ingat, ia memasak omelet dan bagian tengahnya sangat hitam. Aku mengira ia membuat omelet dengan isian selai coklat!” Kata Jumbur. Mereka tertawa sangat keras ketika membayangkan situasi tersebut. Cat hanya menatap tawa mereka. Ia sedikit merasa bersalah sekaligus juga kesal tak terbendung.  “Kalian hanya menertawaiku saja!” Ucap Cat menggeleng-gelengkan kepala. Ia langsung memikirkn cara membalas mereka. “Bagaimana jika aku dikeluarkan dari jadwal masak?” Tanya Cat. Ia akan sangat senang jika mereka memperbolehkan hal tersebut. Semua menjadi diam.  Jeli tak mau kalah. “Itu bagus. Kau tidak perlu masak. Tetapi jadwalmu menjadi membersihkan kamar mandi. Semua yang berhubungan dengan kebersihan kamar mandi adalah tanggung jawabku. Bagaimana?” Kata Jeli. Cat terdiam. Itu juga hal yang tidak disukainya. Semua pun tertawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN