Chapter 7 - Si Baik dan Si Jahat

1576 Kata
Raja Tunc Dominus memiliki saudara bernama Nunc Princeps. Mereka sangat akrab. Perbedaan umur mereka hanyalah sedikit. Mereka kakak beradik yang kompak.  Raja terakhir dari dunia waktu akan memilih penerus raja selanjutnya dari antara mereka berdua. Mereka harus memilih penerus yang akan melanjutkan pemerintahan Dunia Waktu.    Setiap raja yang dipilih memerintah dunia waktu selalu tidak memiliki anak. Maka mereka harus mengambil anak-anak dari penjelajah alam semesta yang lain yang masih berhubungan keluarga dengan sang raja. Setiap penjelajah alam semesta bisa diberikan wewenang untuk menjaga dunia waktu untuk seribu tahun pemerintahan. Di akhir pemerintahan mereka, sang Raja harus memilih calon penerus untuk menjaga dunia waktu. Penerus raja harus dilatih sebelum ia menjadi raja di dunia itu. Raja harus memilih penerusnya dari anak penjelajah waktu keluarganya. Tetapi, jika ia memiliki anak, maka anaknya-lah yang akan menjadi raja   Orang tua Tunc Dominus dan Nunc Princeps menerima permintaan dari raja Dunia Waktu untuk memberikan anak mereka menjadi penggantinya memerintah Dunia Waktu. Dengan senang hati ayah mereka memberikan anaknya dilatih menjadi penerus selanjutnya.   Tunc memiliki sifat penurut dan baik. Ia rajin berlatih bertarung sebagai prajurit, belajar menguasai peraturan dunia waktu dan belajar mengatur Bumi. Ia selalu menggunakan waktunya untuk belajar dengan sungguh-sungguh menjadi raja yang baik. Ia sangat menyayangi adiknya Nunc. Ia dengan senang hati mengajarkan adiknya yang lebih sulit mengerti secara pribadi.   Tapi sayangnya sifat mereka berlawanan. Nunc, anak yang pembangkang, suka mengeluh, bertemperamen tinggi dan suka menghasut penduduk waktu untuk tidak mematuhi peraturan dunia waktu. Sang raja pernah mendapati Nunc menghasut seorang anak yang belum memiliki keahlian agar pergi ke Bumi dan anak itu pun melakukannya. Memang sang raja tidak langsung mengatakan bahwa Nunc bersalah dan ia tahu kebenaran bahwa Tunc lebih baik dibanding Nunc. Ia berpura-pura tidak mengetahui hal tersebut.   Di hari raja akan meninggalkan dunia waktu karena masa jabatannya, pemilihan tahtanya pun tiba. Saat raja akan berkelana mencari dunia yang baru, itu adalah tugas seorang raja yang sudah selesai masa jabatannya. Nunc bersikeras agar ia dilantik menjadi raja. Ia penuh ambisi dan licik.    Sebenarnya, Tunc tidak menganggap adiknya itu jahat. Ia sangat sayang kepadanya. Berulang kali Tunc mencoba menyakinkan sang raja agar Nunc yang dijadikan raja menggantikannya, tetapi ia tidak menyetujuinya. Diam-diam raja melantik Tunc dan langsung mengumumkannya saat Nunc tidak berada di istana.   Nunc sangat kecewa. Semenjak itu ia berkeliling di bayang-bayang Dunia Waktu dan tidak kembali ke istana. Ternyata, Nunc merencanakan sesuatu. Ia menghasut beberapa penghuni waktu. Jutaan penghuni waktu menjadi pengikutnya. Ia menghasut mereka agar mengikuti perintahnya merebut tahta kerajaan dari abangnya - Tunc Dominus.    Ia melatih mereka diam-diam untuk bertarung dan merencanakan agar Tunc dibuang ke Bumi. Lalu, ia bisa merebut tahta dan menjadikannya penguasa Dunia Waktu.    Nunc pun siap melakukan pembalasannya. Ia membagi Pasukannya menjadi dua bagian. Sebagian memulai dari kota Musim dan yang lain ke Rasam. Nunc pergi ke Rasam dengan prajurit yang hebat sedangkan yang lain menjarah mereka yang tidak mau mengikuti Nunc. Tak berapa lama, banyak yang terpaksa menjadi pengikut Nunc, dari yang kecil hingga dewasa.    Nunc dengan berani masuk ke Istana, membunuh prajurit-prajurit Tunc dengan cepat hingga ia sampai di ruang raja.   "Akhirnya! Hahaha.." Nunc tertawa licik di depan kakaknya.    Tunc sangat kaget. Ia tidak percaya mengapa adiknya bisa melakukan hal tersebut. Ia sebenarnya sangat sayang padanya. Matanya menjadi sayup. Di dalam pikirannya ia ingin menggunakan kekuatannya. Tetapi, ia tidak sanggup untuk melakukannya.    "Apa yang kau perbuat, adikku?" Suara lembut Tunc, ia menahan air mata.  "Kau sudah lama tidak pulang dan sekarang kau melakukan hal seperti ini?” Ia menandaskannya dengan isyarat tangan. “Tidakkah kau ingat bahwa kita saudara? Sepenting itukah tahta ini bagimu?" Ucap Tunc mencoba menyadarkan adiknya bahwa perbuatannya yang sekarang ini adalah salah.   "Aku tahu kau tidak begini. Kemarilah, marilah kita berbaikan." Hikmat Tunc tampak di sini. Ia tidak ingin berkelahi dengan adiknya sendiri. Ia bukannya tidak ingin menyerahkan tahta. Seorang raja tidak bisa memindahkan kekuasaannya sebelum masa raja memerintah itu habis, kecuali sang raja mati, maka ia harus digantikan oleh raja lain.   "Apakah kau akan memberikanku tahtamu sebagai tanda bahwa kita berbaikan?" Tanya Nunc dengan liciknya. Ia berjalan mendekat, mengelilingi mayat-mayat prajurit yang bergelimpangan yang mencoba menghentikannya.   "Ya, tentu!" Dengan santai Tunc maju ke depan melihat Nunc sambil mengangguk beberapa kali. Mereka berdiri di tengah ruangan raja.   Segera setelah semua itu terjadi, istrinya yaitu Mollis dan anaknya Flos masuk ke ruangan itu. Mereka keluar dari ruang persembunyian karena ingin memastikan keselamatan Raja. Mereka saling berdekap satu sama lain. Putri Flos diam saja. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia hanya berlindung di pelukan ibunya.   "Ayah." Teriak Putri Flos yang melihat ayahnya mendekat kepada pamannya. Ia takut sesuatu terjadi kepada ayahnya. Pamannya merupakan salah satu prajurit terlatih yang dapat diandalkan. ia yakin ayahnya tidak dapat menang melawan pamannya itu. Kekhawatiran mereka sangat berlebihan.   Wajah Ratu Mollis sangat kesal akan perlakuan Nunc. Tapi sayangnya, ia tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya bisa mengeluarkan suara tegasnya.   "Ada apa denganmu, Nunc? Hentikan! Tidakkah kau merespek hukum yang berlaku di dunia ini?" Dengan suara keras Ratu Mollis berteriak. Ia tak bisa menahan amarahnya lagi.    Nunc menoleh sebentar lalu mengalihkan topik ke Tunc. Ia tidak menghiraukan ibu dan anak itu yang berteriak-teriak bagaikan Mungkit yang meminta pertolongan saat tenggelam di tengah lautan.   "Apakah raja memberitahuku kalau kau yang akan menggantikannya? Tidakkah aku sudah mengatakan padanya bahwa aku ingin tahta itu?" Nunc terlihat mulai emosi dan mengungkit masa lalu. Ia ingin menyadarkan kakaknya bahwa apa yang dilakukannya sekarang adalah akibat perbuatan mereka.    Ia berkata lagi, "Apakah ada yang sadar bahwa aku menghilang? Apakah kalian mencariku?” Nadanya bertambah kuat. “Inikah yang disebut saudara?" teriaknya begitu keras mengeluarkan amarahnya. Kemarahannya semakin berkobar ketika semua hal yang pernah terjadi di ungkit kembali.   "Apakah hanya seorang raja yang dihormati?" Ucap Nunc lagi yang diakhiri dengan tawa. Ia merasa bahwa semua orang tidak menganggap dia ada termasuk kakaknya sendiri, Tunc.   "Hentikan Nunc! Maafkan kami!" Tunc masih mencoba mendekatinya dengan perlahan dan ingin mengusap air matanya. Ia benar-benar ingin meminta maaf atas hal itu. Ia tidak se-ambisius seperti yang dipikirkan adiknya.    "Ini bukanlah ajang minta maaf. Aku tidak membutuhkan itu. Aku ingin tahta!" Ucap Nunc keras. Hati nuraninya tidak bekerja dengan baik.    "Aku akan berikan. Tapi hentikan kekacauan ini. Lihatlah yang kau perbuat pada rakyat Dunia Waktu. Tenanglah! Hentikan pasukanmu." Ucap Tunc lagi yang sudah merasa cukup dekat dengan Nunc, adiknya. Ia merasa sangat dekat dengan adiknya itu. Ia yakin bisa merebut hatinya dan merubahnya kembali seperti dulu.    “T-I-D-A-K!” Kata Nunc dengan lambat. Ia menegaskan kata itu kepada Tunc. Ia pasti tidak akan melakukannya.    Di dalam saku raja ia sudah menyiapkan pintu Dunia para Mungkit. Seorang raja memiliki kunci yang bisa dibuka dengan cepat sebagai jalan pintas untuk masuk ke Bumi. Hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh seorang raja. Bahkan para Saga juga tak dapat melakukannya. Ia berencana untuk mendekati Nunc dan membuka portal di bawah kakinya. Rencananya untuk mendekati Nunc sedikit sulit. Ia mencoba semakin mendekatinya lagi sedikit demi sedikit. Ia menyakinkan dirinya untuk tidak menggunakan kekuatannya untuk mengusir adiknya tercinta.   "Diam disana. Berikan tahta itu. Berikan mahkotanya. Cepat atau kau kubunuh." Ucap Nunc menunjuk abangnya.   Nunc merasa terintimidasi dengan semakin dekatnya Tunc. Ia tahu bahwa kakaknya ingin menjebaknya.   "Jangan mendekat!" Teriak Nunc keras. Pasukannya berdatangan ke dalam ruangan. Mereka berada tepat di belakang Nunc. Ia hanya perlu mengatakan 'Serbu!' dan tamatlah riwayat kerajaan.   Tunc harus cepat-cepat melakukannya. Ia tidak ada waktu untuk menangkap Nunc dan memberikan sanksi. Lebih baik ia dibuang ke Bumi. Itulah yang ada di pikirannya. Ia sudah mewanti-wanti kalau kalau adiknya itu bertindak nekat untuk membunuhnya.   Putri Flos melepaskan dekapan ibunya. Ia berlari dan berencana melindungi ayahnya.     "FLOS!" teriak ibunya.   Ia mendekati ayahnya untuk membantunya. "Sudahlah Ayah. Jangan bertengkar!" Ucap Putri Flos. "Paman tidak bermaksud jahat. Kalian jangan bertengkar." Ucapnya lagi memohon di d**a ayahnya. Ia memeluk ayahnya dan menyuruhnya untuk mundur.   "Ya, ayah tahu itu." Balas Tunc kepada putrinya.    Raja mencoba menyakinkan Flos untuk mundur dan menjauh dari mereka. "Jangan disini Flos. Pergi dengan ibumu, cepat!"    Saat hendak pergi Tunc mengambil sesuatu dari kantongnya. Bola kecil yang akan ia lemparkan ke lantai.   "Ayolah Nunc, kita bicarakan dengan baik-baik." Ucap Tunc dengan jarak yang cukup untuk menyelesaikan rencana nya.   "Serang!" Teriak Nunc kepada prajuritnya.   Tunc merasa ia harus melemparkan bola itu ke kaki Nunc.    "BOMB."    Suara ledakan terdengar. Portal terbuka meluas di lantai ruang kerajaan. Beberapa tentara yang menyerang jatuh ke dalam portal. Nunc tidak tahu bahwa kakaknya akan melakukan itu padanya. Menipunya dengan trik murahan.   Nunc jatuh ke Bumi. Rencananya tidak berjalan baik seperti yang dia kira. Ia sangat kesal karena Tunc bisa menghentikan rencananya dengan mudah. Tentara Nunc yang berlari menyerang tiba-tiba tersedot portal. Dengan tali panjang yang ia lemparkan ke Flos membuat keponakannya ikut jatuh ke Bumi. Flos terjatuh bersama dengan Nunc. Sang raja tidak bisa berbuat apa-apa karena ia menjauh dari sedotan portal pintu Bumi. Setelah semua tersedot, portal pun tertutup dengan cepat.   Mata Tunc melebar dan ia tidak bisa bergerak. Sebagian dari tentara Nunc yang tidak terbuang ke portal di tangkap tentara kerajaan. Mereka dimasukkan penjara begitu juga semua tentara yang menyerang di keempat kota. Mereka akan dijatuhi hukuman dan dilempar ke laut di sekeliling kota.   Tunc tidak dapat melakukan apapun selain menyelesaikan kekacauan yang dibuat Nunc terlebih dahulu lalu berpikir bagaimana ia akan menyelamatkan putrinya.   Tunc memerintahkan, "Hukum mati mereka satu persatu. Jangan sampai mereka lari ke Bumi sebelum dijatuhi hukuman mati." Teriaknya keras. Lalu ia duduk di tahtanya dan istrinya memeluk Tunc dengan kuat sambil menangis. "Putri kita Raja. Apa yang harus kita lakukan?" Ucapnya memukul d**a raja sambil menangis. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN