Chapter 38 - Van Braam

1268 Kata
Nunc sekarang sudah mengganti namanya menjadi Mr. Pella. Ia memakai jas panjang berwarna hitam dengan topi hitam dikepalanya. Ia tampak sangat menawan dan sexy. Mr. Cat memilih baju terbaiknya dan masih dengan rompi rajut di bagian atasnya. Mr. Six memilih menggunakan pakaian dengan style rapi saja. Ia memakai baju lengan panjang dan celana yang cukup ketat untuk menunjukkan badannya yang proporsional. Mereka pun pergi dari salon Mayda menuju pusat kota. Suasana di kota lebih ramai lagi. Ada banyak mobil yang berlalu lalang, dan tampak lebih mewah. Cat sangat ahli dalam mencari alamat. Tak perlu bertanya pada orang-orang di sekitarnya, ia sudah bisa tebak dimana tempat itu berada. Ia sangat mengenal jalan-jalan di sana karena dialah supir yang membawa teman-temannya untuk menjual pulpen. Ia harus mengingat jalan yang sudah dikerjakan agar tidak dikerjakan lagi. Makanya dia tahu tempat tersebut dengan cepat.  “Kita sudah sampai!” Ucap Cat memarkirkan mobilnya di depan pagar rumah yang luar. Ia melihat halaman depannya luas sekali dengan bangunan putih di dalamnya. Ia memberitahu penjaganya bahwa ia ingin menemui pemilik rumah. Awalnya ia tidak diperbolehkan masuk, tetapi ia menyinggung nama Mayda yang menyuruhnya datang ke sini, ia pun diperbolehkan masuk.  Cat memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Cadillac milik tuan rumah. Mereka keluar dari mobil sambil merapikan baju mereka agar tidak terlihat kusut. Mereka menekan bel dan menunggu hingga dibukakan. Seorang wanita keluar dengan celemek di dadanya. Ia mempersilahkan masuk.  Cat dengan baik menyapa wanita tersebut dan memperlakukannya sebagai tuan rumah. Tapi ternyata salah, ia bukanlah pemilik rumah. Dengan sopan pembantu tersebut mengatakan bahwa ia bukanlah pemilik rumah. Ia menunjuk ke sebuah kursi tamu agar mereka menunggu tuan rumah sebentar. Ia pergi ke dapur dan meninggalkan mereka di sana. “Berapa lama kita menunggu disini?” Tanya Six. Baru saja duduk, ia sudah mengeluhkan tentang waktu. Ia tidak ingin menunggu lama.  Mr. Pella diam saja. Ia menegakkan pundaknya bersiap-siap untuk menyambut tuan rumah. Pembantu tadi datang lagi. Kali ini ia membawakan tiga gelas minuman dan meletakkannya di meja. Mr. Pella melihat minuman tersebut dan berkata, “Ini tidak berwarna putih kental seperti tadi pagi!”  Cat dan Six menatap Mr. Pella. Ia tidak menyangka bahwa Mr. Pella akan mengejek pembantu tersebut. Mr. Pella mengira ia akan disajikan segelas s**u. Tapi ternyata pelayan tersebut menyajikan sebuah teh. Six berbisik kepada Mr. Pella. “Ini namanya teh. Berbeda lagi dengan yang tadi pagi kita minum!” Ucapnya menjelaskan.  “Oh,” kata Mr. Pella dan langsung meneguknya. “Ini lezat.” Ucapnya meneguk seluruh teh tersebut sekaligus. Pelayan tersebut memperhatikan Mr. Pella. Ia tidak menyangka minuman panas tersebut bisa diteguk sekaligus seperti yang dilakukan Mr. Pella.  Cat langsung mengalihkan perhatian pembantu tersebut yang membuka mulutnya lebar karena kaget melihat Mr. Pella.  “Kapan pemilik rumah ini datang?” Tanyanya.  “Oh, sebentar lagi Tuan! Tuan sedang bersiap-siap!” Jawabnya dan pergi diam-diam.  Cat memberitahu Mr. Pella apa yang terjadi. “Tuan, kau seharusnya meminumnya sedikit demi sedikit agar mereka tidak curiga!” Ucap Cat kepada Mr. Pella.  Mr. Pella baru tahu apa yang dilakukannya itu ternyata salah. Ia tidak menyangka bahwa perbuatannya membuat pembantu tersebut ketakutan.  Suara langkah kaki terdengar. Mereka melihat pria gendut dengan pakaian lengan panjang dan lencana-lencana disangkutkan di bajunya. Rambutnya berwarna putih dengan kulit keriput pucat. Ia berjalan dan tersenyum ramah kepada mereka.  “Hallo! Goedemiddag!” Ucapnya. Ia menyapa mereka sambil berjalan menuju tamu-tamunya itu. Ia memakai bahasa belanda yang berarti ‘Halo, selamat siang!’  Goedemiddag!” Ucap Mr. Pella. Ia langsung berdiri dan berbicara menggunakan bahasa Belanda. “Mijn naam is Pella, Mr. Pella!” Katanya memperkenalkan diri.  Mr. Pella kemudian menanyakan siapa namanya. “Wat is jouw naam?” “Mijn naam is Van Braam. Aangenaam kennis met u te maken!” Balas Braam yang artinya, ‘Nama saya Van Braam. Senang bertemu dengan Anda.’ “Fijn om je te zien!” Balas Mr. Pella lagi yang berarti ‘Senang berjumpa dengan Anda.’ Van Braam senang karena Mr. Pella menyambutnya dalam bahasa Belanda. Tanpa disadari, kesan pertama bertemu dengan Van Braam berjalan dengan lancar. Setelah mereka berkenalan, sekarang giliran Six dan juga Cat yang berjabat tangan.  “Mr. Cat!” “Mr. Six!” Mereka berempat pun duduk. Braam melemparkan senyuman kepada mereka. Ia tampak sangat ramah.  “Apa yang ingin saya bantu?” Tanya Braam. Mr. Pella menjawab, “Kami adalah seorang ilmuwan. Kami bisa membantu kehidupan para Mungkit lebih baik lagi.”  Mendengar jawaban Mr. Pella membuatnya mengerutkan jidat. Ia bertanya-tanya apa itu Mungkit. “Apa artinya Mungkit?” Tanya Braam. Mr. Pella bingung menjawab pertanyaan itu. Ia tidak sadar bahwa dirinya sudah mengatakan kata yang salah. Ia seharusnya tidak menyebutkan istilah Mungkit yang dipakai penduduk dunia waktu.  Mr. Six menyenggol tangan Mr. Pella, ia berbisik, “Manusia!” “Maaf, maksud saya ‘manusia’!” Kata Mr. Pella memperbaiki.  “Saya tahu kalian dari Mayda. Ada banyak orang-orang pintar di Bumi, dan kalian adalah salah satunya. Bagaimana jika kalian membuka sekolah khusus untuk orang-orang yang memiliki bakat alami?” Tanya Van Braam. Mr. Pella tidak mengerti apa yang dimaksud dengan sekolah. Ia tidak tahu tempat apa itu. Mr. Pella melihat Six yang ada di sebelahnya. Ia tidak bisa meminta bantuan dari Cat karena ia lebih jauh duduknya. Six berbisik bahwa sekolah adalah sebuah lembaga untuk mengajarkan siswa tentang pendidikan formal.  Mr. Pella bisa membayangkan hal tersebut seperti sekolah bagi penduduk dunia waktu agar memiliki keahlian. Ia mengangguk. Tentu tidak sulit baginya untuk melakukan hal tersebut. “Ya, benar!” Ucap Mr. Pella. Ia menyetujui permintaan Van Braam.  Van Braam sama sekali tidak curiga dengan mereka bertiga. Ia dengan polosnya mempercayai mereka dan melakukan semua perintah mereka.  Mr. Pella masih bertanya-tanya bagaimana dengan penghasilan mereka nantinya jika sekolah tersebut berdiri. Ia bertanya kepada Braam. “Apa kami mendapatkan uang yang banyak jika melakukannya?”  Braam langsung tertawa. Ia merasa pertanyaan itu sudah pasti jawabannya.  “Tentu, kalian tidak perlu meragukannya. Itu akan menghasilkan banyak uang. Mereka yang bersekolah di sekolah itu bukanlah orang yang sembarangan. Tidak mungkin kalian tidak mendapatkan untung!” Ucap Braam menyakinkan.  Ia melihat Cat dan Six. Ia bertanya kepada mereka berdua. “Apakah mereka akan menjadi guru di sekolah nanti?”  Cat langsung menjawab dengan cepat. Ia tahu Mr. Pella tidak mengerti maksud dari kata ‘guru’. Ia mengangguk kepada Braam.  “Guru apa kalian nantinya?” Tanya Braam lagi.  Cat dan Six merasa disudutkan. Mereka mencoba berpikir tentang kesukaan mereka dan pengajaran yang cocok bagi mereka nantinya. Mereka sudah biasa menonton acara Little Einstein.  Cat menjawab, “Ilmu Alamiah.” Six menjawab, “Ilmu Alamiah juga, Mr. Braam!”  Braam langsung tersenyum lebar. “Wow.. apakah kalian memiliki stok guru lain?” Tanyanya lagi.  “Ada, guru yang akan mengajar ada sembilan orang!” Jawab Cat.  Braam mengangguk. Ia merasa Mr. Pella dan yang lainnya sudah siap untuk melakukan tugas mereka. Mereka disuruh untuk men-design sekolah, mencari lokasi sekolah, dan mempromosikannya.  “Minggu depan aku akan berikan kalian uangnya!” Ucap Braam.  Mendengar itu, mereka tampak senang. “Apakah bisa kami meminta gaji untuk dibayar duluan?” Tanya Cat. Ia memikirkan tentang perjalanan mencari Tn. Lion yang akan mereka lakukan sebelum mengurus sekolah yang diperintahkan Braam. “Boleh.. saya akan kirim bersamaan nanti!” Ucap Braam. Percakapan pun selesai dan mereka pergi dari gedung tersebut. Di tengah perjalanan Mr. Pella berkata, “Sepertinya aku harus belajar banyak. Apakah ada yang bisa membantuku?” Tanyanya. Six mengangguk. Ia punya ide dimana Mr. Pella dapat belajar menjadi manusia dengan cepat. Ia mengajarkan Mr. Pella membaca dan meninggalkannya di perpustakaan daerah. Mereka akan menjemputnya besok pagi di perpustakaan itu.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN