Daya sedang mengeringkan rambutnya, ketika mendengar suara pintu kamar Ezra terbuka dan suara langkah kaki pemiliknya terdengar. Suara obrolan Ezra dengan bu Desi dari arah ruang makan membuatnya bergegas. Daya menyisir rambut dan bersiap untuk membangunkan tuan mudanya.
Ezra menyapa Daya yang berjalan menghampirinya dan meminta izin untuk membangunkan Troy.
"Ohya, masuk saja." Jawab Ezra.
Daya melirik sekilas dua ponsel di atas meja makan. Salah satunya, adalah ponsel di mana dia melihat rekaman cctv adegan privasi milik bosnya. Seketika, jantungnya berdegup kencang. Serangan panik tiba – tiba berpikir, bisa saja Ezra mengetahui bahwa Daya sempat melihat ponsel itu dengan lancang.
Dalam hati, Daya berniat untuk jujur dan meminta maaf pada Ezra karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat ponsel pribadi milik tuannya. Namun, ditundanya karena ada bu Desi di antara mereka. Daya melanjutkan tujuan awalnya untuk membangunkan Troy terlebih dahulu.
Dibukanya pintu kamar Ezra, ini kali pertama Daya memasuki kamar utama di rumah yang ia tempati. Ruangan itu empat kali lebih luas dari kamarnya dan dua kali lebih luas dari kamar Troy. Kamar Ezra memiliki jendela yang menghadap ke taman belakangan, sejajar dengan ruang olahraga miliknya. Jendela itu kini terbuka, menghembuskan hawa sejuk pagi hari. Di atas kasur besar yang berada di tengah ruangan, Troy tertidur dengan damai.
Terdapat hiasan panahan dan lima anak panahnya di dinding kamar itu. Dan beberapa foto yang mengabadikan moment Troy sejak bayi hingga berusia lima tahun. Ezra memiliki walk in closet yang yang minimalis dan disekat oleh dinding kayu yang disusun zigzag.
Daya menduga Ezra menyukai jenis kayu – kayu dan keetnikan. Seperti halnya sekat antara ruang makan dan ruang tamu yang terbuat dari susunan bambu kecil diberi box – bos yang berfungsi sebagai tempat hiasan mainan pria koleksi milik sang tuan rumah. Tidak jauh berbeda nuansa dalam kamar pria single ini.
Troy mengulat, mengingatkan Daya bahwa ia harus membangunkan bayi besar itu segera atau mereka akan terlambat ke sekolah. Diberikannya dot ke kosong ke dalam mulut Troy yang langsung menghisap botol dot tak berisi itu. Wajahnya merenggut tak suka, kemudian gumaman – gumaman marah terdengar dari bibir Troy. Daya memanggil namanya beberapa kali agar Troy bangun sepenuhnya.
"Aku masih boboooooo." Gumam Troy yang enggan membuka mata.
"Nanti siang dilanjut lagi Sayang, sekarang kita sekolah dulu."
Troy merengek, hingga akhirnya Daya membawa Troy dalam gendongannya dan menepuk – nepuk punggungnya pelan sambil memanggil – manggil namanya. Hingga akhirnya benar – benar bangun dan menunjuk kamar mandi pada Daya.
"Mandi di sini atau kamar Troy?"
Tanya Daya lagi, namun dijawab dengan jari telunjuk yang kembali menunjuk dengan tegas pintu kamar mandi milik ayahnya.
Daya pun menuruti keinginan Troy dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi pribadi Ezra.
Kamar mandi itu pun salah satu kamar mandi terluas dalam rumah ini. Ezra bahkan memiliki bathub di dalamnya dan kamar mandi basah yang disekat dengan kaca transparan. Alih – alih masuk ke dalam kamar mandi sekat, Troy memilih berdiri di depan wastafel sambil mencari sikat gigi miliknya. Namun dalam salah satu susunan rak sikat gigi, Troy menemukan sesuatu yang menarik hingga dia mengambilnya dan menunjukkan pada Daya.
Daya terkejut melihat benda yang diambil Troy dan dalam sekejap menyembunyikan benda tersebut. Troy bertanya bingung yang membuat Daya gugup menjawab. Tidak mungkin dia mengatakan pada anak berusia lima tahun bahwa yang barusan disentuhnya adalah alat kontrasepsi. Ezra sungguh ceroboh meletakkan barang orang dewasa sembarangan. Namun Daya kembali mengingat, bahwa ini ruang pribadi Ezra. Mungkin Troy sangat jarang menggunakan kamar ayahnya, sehingga dengan bebas dia meletakkan benda itu di mana saja.
"Ayo mandi." Daya mengalihkan perhatian Troy yang penasaran akan benda itu.
***
Ezra pulang lebih awal hari ini. Dirinya yang baru saja menempelkan b****g di sofa, diberondong oleh permintaan Troy tentang pergi berenang akhir pekan ini.
"Ayah kan sudah janji sama aku." Rengek Troy manja.
Ezra mengangkat Troy ke atas pangkuannya dan kembali bersandar sambil melepaskan kancing lengan kemeja.
"Mau kemana?" Tanyanya pada Troy.
"Aku mau ke Atlantis, terus ke Sea World, terus ke Dufan."
Ezra mengerutkan kening mendengar jawaban anaknya. "Banyak banget, nanti kamu capek."
"Enggak Ayah. Aku kan minum vitamin, kalau minum vitamin kan enggak capek." Jawabnya dengan gaya yang meniru orang dewasa.
"Satu – satu saja. Jangan banyak – banyak. Nanti enggak bisa lama lho mainnya."
Troy tampak ragu, Daya mengamati interaksi lucu ayah dan anak itu.
"Yaudah, berenang terus ke Sea World. Aku udah lama enggak lihat ikan – ikan di Sea World."
Ezra terbahak. "Lho, bukannya tempo hari ke sana ya sama teman – teman Sekolah."
"Itu bukan Sea World, Ayah. Itu Aquarium yang di situ. Aku mau ke Sea World yang diceritain tante Vika."
Daya tahu, Vika yang dimaksud Troy adalah adik perempuan Ezra satu – satunya.
"Sama saja Nak, sama – sama Aquarium."
"Ah Ayah mah enggak ngerti!" Troy mendekap kedua tangannya, berwajah masam.
Ezra mengelus lembut rambut putranya.
"Iya, iya. Tapi jangan lama – lama berenangnya kalau mau ke Sea World."
Troy memajukan bibirnya, membuat Ezra memeluk tubuh mungil itu.
"Anak laki – laki enggak boleh ngambek dong." Rayu Ezra, membuat Troy memeluk leher ayahnya dengan sayang.
"Ayah juga enggak boleh gitu sama akuu." Ujar Troy yang mengundang tawa Ezra dan Daya.
Mungkin maksud Troy, Ezra tidak boleh melarangnya, namun perbendaharaan katanya masih belum seluas orang dewasa.
Ezra menurunkan Troy yang kini meronta untuk menonton film kartun kesukaannya. Sementara Daya menyadari, tatapan Ezra yang tampak janggal kali ini ketika mata mereka berserobok di waktu yang bersamaan. Daya menelan ludah dengan gugup dan duduk di samping Troy, menemaninya menonton film.
"Daya," panggil Ezra.
Membuatnya menoleh dan menjawab dengan sopan.
"Kamu tahu, ada beberapa cctv di rumah ini?" Pertanyaan Ezra membuat Daya semakin gugup.
Dirinya menggeleng tidak tahu.
"Satu di pintu depan. Satu di sana," tunjuk Ezra pada posisi cctv yang berada di arah ruang olahraganya. "Dan satu di atas sini."
Daya menoleh ke atas untuk melihat cctv yang terpasang di sudut ruang tamu.
"Cctv yang ini, bisa melihat aktifitas menyeluruh. Kamar Troy, kamar kamu, ruang makan, kamar saya dan ruang kerja."
Entah mengapa ada penekanan di dua kata terakhir yang Ezra ucapkan. Kemudian dirinya beranjak dan pamit untuk masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Daya yang mulai panik di tempatnya duduk.
Itu adalah sebuah teguran, Daya tahu. Dan dia memutuskan untuk meminta maaf setelah menidurkan Troy terlebih dahulu.
Daya berdoa, semoga Ezra memaafkan kelancangannya dan tidak berniat memecat dia. Daya sungguh tidak memiliki tempat lagi jika terusir dari sini. Disesalinya tindakan memasuki ruang kerja Ezra malam itu.
•••