---Sebulan kemudian---
Begitu menerima gaji pertama, Adys langsung mentraktir adik-adik pantinya makan bakso. Tidak disangka mereka bertemu Adyt, dan Rama yang juga makan bakso di tempat yang sama. Warung bakso pinggir jalan, langganan Adyt, dan Sekar dulu. Adys tak percaya, bossnya itu makan bakso pinggir jalan.
"Adys!" Sapa Rama, sedang Adyt hanya diam saja.
"Pak Rama, makan bakso di sini juga?" Tanyanya heran.
"Iya ini langganan aku, Adyt, dan Sekar dari dulu," jawab Rama.
"Kak Sekar istri mas Sakti, Omnya Pak Adyt?" Tanya Adys lagi.
"Iya, kami bertiga berteman dulu."
"Ooh ...." Adys manggut-manggut.
Adyt, dan Rama berdiri.
"Kami duluan ya, Dys." Rama pamit ke Adys, tapi Adyt sedikitpun tidak bicara, melirik saja tidak.
'Dasar jutek!' rutuk hati Adys.
Saat semua selesai makan bakso, Adys ingin membayar, tapi kata tukang baksonya sudah dibayar mas yang tadi. Berarti Adyt yang membayar semuanya. Adys bertekad akan mengembalikan uang Adyt, karena niatnya mentraktir adik-adiknya, dengan gaji pertama.
Saat mereka pulang ke panti, mobil Adyt ke luar dari halaman panti. Rama melambaikan tangan pada Adys, dibalas anggukan oleh Adys.
"Mulai naksir ya, Ram?" Tanya Adyt datar.
"Hehehehe ... bolehkan Boss, sama-sama single ini," jawab Rama.
"Komitmenmu untuk tidak membagi perhatian, sebelum adik-adikmu lulus kuliah bagaimana?" Tanya Adyt lagi.
"Baru naksir Boss, belum mau dinikahin. Adys nya juga masih kecil."
Adyt tidak bicara lagi, ia konsentrasi menyetir, lalu menurunkan Rama di depan rumah.
"Besok aku jemput, Ram, motormu ditinggal di kantorkan?" Tanya Adyt.
"Iya Boss, tapi nggak usah repot-repot, aku bisa minta antar adikku," jawab Rama.
"Tunggu besok kujemput." Adyt tidak mau dibantah, Rama akhirnya mengangguk.
"Terima kasih Boss," katanya sebelum Adyt meninggalkannya.
Sebelum pulang ke rumah, mamahnya, Adyt mampir ke rumah omanya. Ternyata di sana lagi berkumpul bocah-bocah kecil dikeluarganya.
Ada Andriani, anak omanya.
Ada Arjuna, anak Emi, kakanya.
Ada Satria, dan Safira anak unclenya.
"Uncleeee!" semua memanggil uncle, tidak peduli benar, atau tidak sebutan mereka terhadap Adyt. Mereka berlari menghambur ke arah Adyt. Wajah kaku Adyt langsung terlihat lembut, saat menghadapi bocah-bocah itu.
"Aduh ... kalau Uncle tau
pada ngumpul di sini, pasti Uncle bawakan ice cream!" kata Adyt sambil berjongkok, mengelus satu-satu kepala mereka.
"Yuuk kita beli es klimnya, Uncle" Satria menarik-narik lengan Adyt.
"Abaaang! Unclenya baru pulang kerja, masih capek." Sekar menegur anaknya.
"Nggak apa-apa Aunty. Aunty mau ikut juga beli ice creamnya?" tawar Adyt pada wanita cinta pertamanya itu.
"Eeh ... nggak." Kepala Sekar menggeleng.
"Mau ke mana?" Tanya Emi.
"Ini pada minta beli ice cream Kak. Kak Emi mau ikut?" Tawar Adyt.
"Enggak, tapi apa kamu sanggup bawa mereka berempat?" Tanya Emi.
Adyt tertawa.
"Hahahaha, ya sangguplah memangnya kenapa?"
"Ya sudah kalau begitu, jaga yang benar, pintu mobil dikunci rapat," kata Emi.
Adyt masuk sebentar, untuk pamitan ke oma, dan mamanya, juga minta ijin memakai mobil Tiara, ia diiringi keempat bocah itu, yang tidak mau jauh dari Adyt.
Adyt minta Pak Jamal yang membawa mobil, agar ia bisa konsentrasi memperhatikan keempat bocah cilik itu.
Di dalam mobil, Adyt duduk memangku Andriani, dan Safira, sedang Satria, dan Arjuna yang awalnya ingin dipangku juga, dibujuk Adyt.
Cowok harus mengalah sama cewek, cowo juga harus berani duduk sendiri nggak boleh dipangku. Akhirnya Satria, dan Arjuna mau mengalah, dan duduk sendiri.
Pak Jamal ingin masuk ke parkiran super market, yang tidak jauh dari rumah Tiara.
"Nggak mau beli di sini!" kata Satria.
"Iya, mau beli yang jauh!"
"Iya, mutel-mutel, jalan-jalan dulu!"
"Iya, nggak mau tulun!"
Adyt bingung sendiri, tapi akhirnya menyuruh Pak Jamal jalan lagi.
"Kapan beli es clim na uncle?" tanya Safira.
"Tadi katanya mau muter dulu," jawab Adyt.
"Mau es clim na cekalang," rengeknya. Diantara keempatnya, Safira memang paling kecil.
"Berhenti di mini market depan, Pak" pinta Adyt ke Pak Jamal.
"Ya Mas," jawab Pak jamal.
"Turunnya pelan-pelan, jangan lari-larian" kata Adyt pada keempat bocah yang bersamanya.
Baru saja Adyt bicara, Satria, dan Arjuna sudah menubruk orang di depannya, karena berlarian sambil bercanda.
Sedang Safira dalam gendongan Adyt, dan Andriani erat menggenggam tangannya, berjalan di sebelahnya.
"Satria! Arjuna!" Adyt mendekat.
"Maaf ya Tante, kenalkan aku Abang Catlia, ini Aljuna." Satria menyodorkan tangannya, seakan orang dewasa yang memperkenalkan diri.
"Adys!" Panggil Adyt terkejut.
"Pak Adyt!" Adys lebih kaget lagi.
"Tante ... Tante, kata bunda nggak copan kalau olang mau calim nggak dicalimin!" Satria menarik ujung baju Adys.
Adys berjongkok. Ia menerima uluran tangan Satria. Adys yakin Satria anak Sekar karena sangat mirip dengan Ayahnya.
"Pasti nama bundanya, Bunda Sekar ya?" Tanya Adys.
"Eeeh ... Tante tau nama bundanya Abang. Abang mau bilang bunda, Abang cuka tante!" Satria bersorak kegirangan.
"Tante ... Tante tahu juga gak, nama mamahnya Aljuna?" Tanya Arjuna polos.
Adys mendongak menatap Adyt, seakan bertanya siapa nama mamah Arjuna, karena kalau dijawab tidak tahu, pasti Arjuna kecewa.
Adyt seperti mengerti dengan pandangan Adys, lalu menyebut nama Emi tanpa suara.
"Iya Tante tau nama mamahnya Aljuna, Mamah Emi'kan."
"Nama aku bukan Aljuna, tapi Al-ju-na" protes Arjuna. Adys melongo, lalu mendongak lagi menatap Adyt. Adyt nenyebut Arjuna.
"Ooh iya Arjuna, maaf ya tadi salah sebut," kata Adys.
"Kalau mamah aku, tau nggak Tante?" Tanya Andriani yang mendekat. Adys mendongak lagi ke arah Adyt, Adyt mengeja nama Tiara.
"Tau dong, Mamah Tiara'kan."
"Bunda Fia! Bunda Fia, capa Tante!?" giliran Safira, yang dalam gendongan Adyt bertanya. Adys berdiri, matanya menatap Adyt, Adyt menyebut nama Sekar.
"Bundanya Fia temennya Tante, Bunda Sekar."
"Tante ikut kita beli es clim yuk." Satria menarik tangan kanan Adys, Arjuna tangan kirinya. Adys terseret-seret bingung jadinya.
"Kamu ikut saja," kata Adyt dengan nada memerintah.
Usai membeli ice cream, Adyt mengajak mereka pulang.
Adyt merasa beruntung ada Adys, kalau tidak, ia pasti repot luar biasa, menghadapi keempat bocah ini.
"Nggak mo pulang kalo nggak diantal Tante," kata Satria.
"Heeh ... Aljuna juga." Arjuna mengangkat jari telunjuknya ke atas, diikuti Andriani, dan Safira. Adyt jadi bingung sendiri.
'Masa aku harus minta Adys ikut pulang,' gumam hatinya.
"Uncleee!" teriak keempatnya.
"Eeh iya, kamu ikut saya ke rumah, nanti Pak Jamal mengantar kamu kembali ke sini," itu seperti perintah bukan permintaan.
'Dasar sombong! Enggak di kantor saja pakai main perintah seenaknya,' gumam hati Adys.
"Tanteee!" Kini keempat bocah itu mendongak, menunggu jawaban Adys.
'Aduuuh, kalau bukan karena bocah-bocah, ini males sekali aku menuruti perintah Pak Adyt.'
"Iya, Tante antar kalian pulang."
"Holeeee!" keempatnya bersorak kegirangan.
"Kamu tadi ke sini naik sepeda?" Tanya Adyt.
Adysti menggeleng.
"Naik angkot, sepedanya lagi rusak" jawabnya.
"Ooh ...."
--
Didalam mobil, Adyt memangku Satria, dan Arjuna, sedang Adys memangku Andriani, dan Safira. Adyt, dan Adys diam saja, hanya sesekali tersenyum mendengar celoteh keempat bocah kecil yang bersama mereka. Tiba dirumah Tiara, semua keluarga inti berkumpul, untuk acara makan malam bersama, seperti tradisi yang dimulai Opa Steven semasa hidupnya. Setidaknya sebulan sekali, mereka berkumpul untuk makan bersama. Masing-masing ibu menjemput anak-anak mereka. Sakti juga ikut mendekat, ia meraih Safira ke dalam gendongannya.
"Eeh kok ada Adys?" Tanya Sekar heran.
"Bunda, Tante teman bunda ya?" Tanya Satria.
"Iya, kok bisa sama kalian?" Sekar penasaran.
"Tadi ketemu, dan kenalan di mini market, ini pada nggak mau pulang, kalau nggak diantar Adys," jawab Adyt sambil menunjuk keempat bocah.
"Kalau begitu Adys di sini saja Sayang, ikut kita makan malam," ajak Tiara.
"Iya mau ya, Dys," bujuk Sekar.
"Tapi Adys tadi ijinnya cuma ke mini market sebentar, takut nanti Ibu panti cemas," tolak Adys dengan halus.
"Nanti Mas Sakti yang telpon Ibu panti, pulangnya nanti biar Adyt yang antar." Sakti ikut membujuk.
"Mau ya?" Harap Sekar.
Adys mengangguk.
Sakti langsung menelpon ibu panti, memberitahu kalau Adys bersama mereka.
Adyt minta ijin untuk pulang mandi dulu, setelahnya baru kembali ke rumah omanya.
***Bersambung***