Christophen
Makanan yang aku pesan akhirnya datang juga dan aku makan dengan terburu-buru. Ada rasa takut dalam diriku, jika mereka tahu siapa aku. Hansel memperhatikanku dan memandangku dengan bingung.
"Anda baik-baik saja?"
Aku hanya mengangguk dan kembali meneruskan makan. Orang-orang yang duduk disebelah masih membicarakan tentang pencarian pangeran terkutuk. Entah bagaimana jadinya, jika aku nanti ditangkap dan diserahkan pada Raja Clement mungkin aku akan langsung dibunuhnya. Aku sudah menghabiskan makananku dan tadi itu makanan terlezat yang pernah aku makan selain makanan buatan ibunya Macaroon. Bayangan gadis itu kembali muncul dan aku jadi merindukan keceriaan dan senyumannya.
"Tuan, aku baru ingat. Aku punya seorang teman di sini yang bekerja sebagai pandai besi. Apa aku boleh menemuinya sebentar?"
"Tentu saja, Hansel."
"Terima kasih."
Aku membayar makanan kami dan langsung pergi tidak ingin lebih berlama-lama di sana. Suasana di luar masih sangat ramai. Kami berjalan-jalan melewati para pedagang yang sedang menjajakan dagangannya. Aku tertarik dengan pedangang yang menjual macam-macam perhiasan. Aku mampir sebentar dan melihat-lihat.
"Silahkan dipilih! Cocok sebagai hadiah untuk saudara, orang tua, atau pun kekasih."
Mataku tertuju pada sebuah gelang yang memiliki hiasan sebuah istana, gaun, dan sepatu yang menggantung indah. Aku membayangkan Macaroon akan cocok memakai gelang itu.
"Aku mau yang ini."
"Pilihan yang tepat. Gelang ini dulu milik seorang putri bangsawan pasti akan cocok dipakai oleh kekasih Anda."
Aku tersenyum. "Aku tidak punya kekasih."
"Kalau begitu untuk saudara Anda."
"Ini untuk seorang teman."
Pedagang itu mengangguk dan memberikan bungkusan gelang itu padaku. Aku langsung membayarnya. Aku menyimpannya di tasku. Kami kembali melanjutkan perjalanan dan sudah memasuki kawasan pandai besi. Suara dentingan besi yang dipukul terdengar di mana-mana. Hawa panas menyebar disekitarnya. Hansel memasuki toko Sword in The Stone. Seorang pria setengah baya dengan pakaian lusuh dan penuh keringat sedang membuat pedang. Di belakangnya ada perapian yang menyala. Udara di dalam sangat panas. Aku menunggu di luar. Pria itu melihat kedatangan kami dan segera saja dia mengenali Hansel.
"Sudah lama kita tidak bertemu,"kata Hansel.
Pria itu terlihat senang dengan kedatangan Hansel.
"Kamu sudah banyak berubah, Hansel."
"Dan kamu masih saja berhadapan dengan benda-benda ini."
"Aku tidak akan pernah terlepas dari ini. Ini sudah menjadi bagian dari hidupku."
Pria itu melihat ke arahku dan Hansel langsung memperkenalkan aku padanya.
"Ini Christophen Lutherford. Aku bekerja padanya dan ini temanku, Perry Cornwell."
"Senang bertemu dengan Anda, Mr. Cornwell."
"Aku juga, Mr. Lutherford."
"Kota ini banyak sekali berubah ya,"kata Hansel. "Sudah bertahun-tahun aku meninggalkan kota ini."
"Tempat ini memang sudah banyak berubah sejak kepemimpinan Raja Clement. Aku senang kamu telah pergi dari sini dan menjalani hidup di tempat lain. Oh ya kapan kalian datang?"
"Kami baru saja datang hari ini,"kataku."
"Oh begitu. Kita bicara di rumahku saja. Tidak baik kita bicara di sini."
Pria itu menyimpan peralatan kerjanya dan menitipkan tokonya pada seorang pria muda.
"Aku akan segera kembali,"katanya.
Rumah pria itu tidak jauh dari tokonya berada mungkin hanya berjarak 200 meter. Rumahnya berupa rumah susun bertingkat tiga dan agak kumuh. Rumahnya berada di lantai tiga. Kami masuk dan suasana rumahnya terlihat nyaman. Seorang wanita menyambut kedatangan kami yang ternyata adalah istrinya.
"Silahkan duduk!"kata wanita itu, sedangkan Perry menghilang ke belakang rumah.
Istri Perry pergi dan kemudian datang lagi dengan membawa teh dan kue.
"Silahkan diminum!"
Aku yang sudah merasa haus menuangkan teh panas dan mencampurnya dengan gula dan s**u. Tidak lama kemudian, Perry datang dengan keadaan yang sudah bersih dan rapih.
"Aku tidak menyangka akan kedatangan tamu spesial hari ini."
"Kami sedang ada keperluan di kota ini, jadi aku sekalian menemuimu di sini."
Perry menganggukan kepalanya.
"Perry ini sudah seperti Kakakku sendiri,"kata Hansel padaku.
"Hansel juga sudah bercerita banyak tentang Anda dan keluarga Anda melalui surat-surat yang dikirimnya.
"Oh ya?"
Wajah Hansel memerah karena malu.
"Apa yang sudah terjadi sini?"tanyaku.
"Keadaan di sini sudah tidak seperti dulu. Di sudah semakin kacau. Hampir setiap hari terjadi kerusuhan. p********n pajak semakin naik dan Raja Clement tidak memperhatikan rakyatnya. Hidupnya selalu bersenang-senang mengadakan pesta hampir setiap hari. Jika seperti ini terus Harsengard akan jatuh. Apa lagi ditambah pamgeran terkutuk yang masih hidup."
Aku menjadi tegang setiap kali ada orang yang menyebut pangeran terkutuk.
"Apa Anda tahu tentang pangeran itu?"tanyaku.
"Tentu. Saat kelahirannya aku berada di istana. Saat itu aku sedang membuatkan tempat tidur bayi dan Ratu Vivien saat itu sedang melahirkan. Hampir semua orang hadir termasuk seorang peramal istana. Kelahiran sang Pangeran agak sulit karena membutuhkan berjam-jam lamanya. Ratu dan Raja begitu senang atas kelahiran putra pertama mereka, bahkan aku sempat mengucapkan selamat pada mereka, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, karena peramal mengatakan bayi itu ketika sudah dewasa akan membawa kesialan dan kehancuran Harsengard akibat dari kutukan Zenolan.
Raja dan Ratu tidak mempercayai kutukan itu dan perkataan peramal hanya omong kosong saja, tapi adik sang Raja, Clement sangat mempercayai apa yang dikatakan peramal itu dan bersikeras pada Kakaknya untuk segera membunuh putranya itu. Raja dan Ratu tentu saja menolaknya, karena mereka sudah menantikan kehadiran seorang anak.
Rakyat sangat marah ketika Raja Garret dan Ratu Vivien lebih mementingkan pitranya dari pada rakyatnya. Mereka waktu itu sangat sedih dan bingung. Sebenarnya aku juga tidak mempercayai kutukan iti, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah seorang pandai besi. Raja dan Ratu sempat meminta saranku, tapi aku tidak bisa memberikan saran yang baik. Setelah itu aku tidak tahu lagi kelanjutannya apa yang terjadi. Aku hanya mendengar berita Raja dan Ratu telah membunuh sang Pangeran. Mereka menyampaikah hal itu pada rakyat dengan wajah sedih. Tak kusangka mereka tidak membunuh sang Pangeran, mereka selama ini menyembunyikannya. Entah bayi siapa yang sudah meninggal yang mereka tunjukkan saat itu."
"Aku dengar Raja Clement menangkap seorang saksi yang terlibat dalam menyembunyikan sang Pangeran. Apa itu benar?"tanyaku.
"Menurut kabar seperti itu."
"Siapa saksi itu?"
"Aku tidak tahu."
"Sepertinya Anda tertarik tentang sang Pangeran. Apa Anda bermaksud untuk mencarinya dan mendapatkan hadiahnya?"
"Tidak. Aku hanya merasa penasaran saja dengan kisah pangeran terkutuk."
Perry mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jika pangeran terkutuk itu masih hidup, berapa umurnya sekarang?"tanya Hansel.
"Sekitar 26 tahun."
"Mungkin dia sudah menikah dan punya keluarga,"kata Hansel.
"Jika pangeran sudah memiliki anak pertama laki-laki akan mewarisi kutukan ayahnya juga."
"Mr. Cornwell, apa Anda percaya adanya manusia keturunan pegasus?"tanyaku lagi.
"Manusia keturunan pegasus tidak mungkin ada. Pegasus tidak ada yang melahirkan seorang anak manusia."
"Aku tadi membaca buku tentang kutukan sang Pangeran dan untuk mematahkan kutukan itu harus meminum air mata cinta dari manusia keturunan pegasus. Aku berpikir jika ada mungkin sang Pangeran bisa diselamatkan dan tidak harus dibunuh."
"Aku rasa kutukan itu tidak bisa dipatahkan, karena manusia keturunan pegasus itu tidak ada. Selama yang aku tahu tentang para pegasus, mereka melarang keras berhubungan dengan manusia apa lagi sampai mempunyai anak. Aku pernah bekerja mengurus mereka, jadi aku tahu."
Saat mendengar itu harapanku hilang seketika untuk mematahkan kutukanku. Tubuhku terasa lemas dan aku merasa kehilangan semangat untuk hidup.
"Apa mungkin Zenolan berbohong?"tanyaku lagi.
"Kemungkinan besar iya."
Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mematahkan kutukanku lagi.