Ia ingin menolak untuk percaya. Tapi, bahkan Pangeran Faizal kembali mengulang ucapannya. Tak sekadar ucapan, karena pria itu bahkan memberikan sebotol kecil yang Jeanne yakini sebagai racun pada salah satu wanita di hadapannya. Tangan Jeanne tak tinggal diam, ia mencoba untuk merebut benda itu lalu memusnahkannya. Tapi, apa yang ia bisa. Tangannya bahkan hanya menembus tangan gemetaran wanita itu. Tidak sekali Jeanne mencoba, tapi puluhan kali ia berupaya menarik botol kecil itu di balik genggaman sang wanita. Hasilnya nihil, mustahil baginya. “Gak boleh, gak boleh,” ujarnya dengan napas memburu. “Ini kesempatan terakhir kalian, jika kalian gagal lagi. Kupastikan kalian akan lebih dulu menemui ajal dibandingan anak nakal itu.” “Eh, Pangeran jahat!” teriak Jeanne. “Calon suamiku pun