"Kalau begitu aku duluan, ya!" ucap wanita berambut pirang itu setelah pesawat mereka mendarat. Ethan yang sedang merapikan barangnya hanya mengangguk dan memakai masker dan topinya kembali sebelum keluar dari pesawat.
Ethan sedikit celingak celinguk saat mencari Agung, sekretaris kantor perusahaan NamTech, tapi akhirnya dia menemukan seorang pria berkulit putih yang mengenakan setelan jas memegang sebuah kertas bertuliskan "NamTech" karena sebelumnya Ethan menyuruh pria itu untuk tidak menuliskan namanya.
Jaga-jaga jangan sampai ada yang memotret namanya. Kedatangannya saat ini di Bali itu rahasia, di Korea Selatan hanya manajernya yang tahu bahwa dia pergi ke Indonesia.
"Agung?" sapa Ethan saat mendekati pria itu.
Agung sedikit terkejut melihat pria berkulit putih yang memakai masker, kacamata hitam, dan topi, tapi keterkejutannya hanya berlangsung sebentar sebelum akhirnya dia memasang wajah yang ramah.
"Tuan Ethan?" tanya Agung. Ethan mengangguk.
"Mari ikut saya," ucap Agung yang kemudian berjalan ke parkiran mobilnya. Sekali lagi Ethan hanya mengangguk dan mengikuti Agung.
***
"Silakan tuan Ethan," ucap Agung ketika membukakan pintu belakang mobil.
"Aku duduk di sini saja," tolak Ethan dan membuka pintu di samping pengemudi, tapi ketika membuka pintunya di kursi itu terdapat tas kantor dan dokumen-dokumen yang berserakan.
"Ah, maafkan saya," ucap Agung yang sedikit salah tingkah. Dia tidak sempat merapikan dokumen-dokumen itu dan memang biasanya pak Baek Hyon, istrinya, atau tamu-tamu yang sering dia jemput selalu duduk di jok belakang. Dia tidak menyangka bahwa Ethan akan membuka pintu di samping pengemudi.
"Tidak apa-apa, lain kali siapkan kursi yang di depan, ya!" ucap Ethan dan akhirnya duduk kembali di jok belakang.
Agung bernafas lega. Dia awalnya berpikir Ethan akan memarahinya.
Ketika sedang kumpul-kumpul dengan sesama sekretaris banyak rekan-rekan seprofesinya yang bercerita tentang tuan muda mereka yang manja, memiliki tempramen buruk, dan sering marah pada kesalahan sepele.
Jadi ketika mendengar bahwa dia harus menjemput tuan muda keluarga Nam, Agung bersemangat sekaligus berhati-hati. Bersemangat karena ini bisa menjadi peluang baginya untuk naik jabatan menjadi sekretaris pribadi tuan muda itu, dan berhati-hati karena takut tuan muda keluarga Nam akan seperti tuan muda yang diceritakan oleh teman-temannya.
Tapi sampai saat ini Ethan belum menunjukkan tanda-tanda yang seperti itu.
"Kita mau langsung ke hotel atau tuan mau mampir ke pantai dulu? Melihat pemandangan matahari tenggelam?" tanya Agung ketika mereka keluar dari bandara. Dia melirik Ethan dari kaca spion tengah dan sedikit terkejut melihat rambut merah Ethan karena Ethan sudah melepaskan semua yang menempel di kepalanya.
"Apa jangan-jangan dia suka berpesta, ya? Gue harus tetap hati-hati," pikir Agung.
"Kita ke hotel saja," ucap Ethan setelah terdiam beberapa detik. Dia sebenarnya ingin pergi melihat pemandangan matahari tenggelam ketika mengetahui bahwa pesawatnya akan tiba di Bali pukul 17.30.
Tapi mengingat Mi Sun yang selalu memperingatkannya untuk jangan menarik perhatian, dia memutuskan untuk tidak pergi. Bisa gawat jika ada yang memotretnya dan keluar sebuah artikel!
"Baiklah," ucap Agung akhirnya.
"Ngomong-ngomong, harga sewa mobil ini berapa?" tanya Ethan penasaran karena mobil yang dia naiki cukup bagus.
Agung terdiam dan berpikir sebentar, "Apakah dia gak suka dengan mobilnya? Atau mobil ini terlalu biasa?"
"Ehem, satu juta, tuan," balas Agung akhirnya.
Agung benar-benar berpikir keras ketika ingin menyewa mobil. Harga sewa mobil dimulai dari 200 ribu sampai tiga juta. Jika dia menyewa mobil biasa, takutnya tuan muda itu akan memarahinya sebaliknya jika dia menyewa mobil termahal, bisa-bisa direktur keuangan yang memarahinya.
"Ohh.." ucap Ethan lalu terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Jika ditambahkan dengan uang tiket pesawat pulang pergi, mungkin aku udah bisa beli daging sapi premium. Uhh…" pikir Ethan menghitung jumlah uang yang dia habiskan.
***
Saat sampai di hotel Ethan langsung duduk di lobby dan menyuruh Agung untuk melakukan check in.
"Sudah?" tanya Ethan ketika Agung menghampirinya.
"Iya, tuan. Ini kunci kamar tuan," ucap Agung kemudian memberikan kunci kamar.
Ethan mengambil kunci kamar itu, "makasih. Kamu istirahat dulu. Mungkin satu jam lagi aku akan menghubungimu," ucap Ethan ketika melihat jam di layar handphonenya yang menunjukkan pukul 7 malam.
***
"Woah… Daebak*," ucap Ethan membuka kamar dan mendapati kamar yang begitu luas. Di kamar itu terdapat ruang tamu dengan tiga sofa dan tempat tidur ukuran king size yang hanya dipisahkan oleh sekat dari ruang tamu.
(* keren atau Luar biasa)
Ethan kemudian langsung menuju tempat tidurnya dan melompat terjun ke tempat tidur itu.
"Empukkk," batinnya.
Setelah tiduran beberapa menit, Ethan kemudian mengecek kamar mandinya.
"Omo*… Daebak!" ucap Ethan ketika membuka kamar mandinya.
(*oh my gosh, kayaknya artinya sama takjub gitu deh (?), kalo ada yang tahu arti sebenarnya silakan komen, wkwk)
Di dalam kamar mandi itu cukup luas dan terdapat shower, tapi yang membuat Ethan takjub adalah ketika dia melihat bathtub yang berada di situ.
"Ada bidet toiletnya juga! Hotel berbintang memang beda, ya!" ucap Ethan ketika selesai menginspeksi kamar mandinya. Dia kemudian melemparkan dirinya kembali ke tempat tidur sebelum akhirnya mengeluarkan handphonenya.
"Di Korea Selatan sekarang jam berapa, ya?" pikir Ethan.
Setelah mengetahui bahwa perbedaan jam Korea Selatan dan Bali hanya satu jam, Ethan memutuskan untuk melakukan panggilan video dengan Mi Sun.
"Noona! Lagi dimana?" tanya Ethan ketika Mi Sun mengangkat teleponnya.
"Di mana lagi? Tentu saja di rumah! Kamu mengejekku yang tidak punya pacar, ya? Ada apa?" balas Mi Sun
"Coba lihat ini, ta da!��� ucap Ethan yang telah berdiri di belakang pintu kamar hotel. Dia kemudian membalikkan kameranya dan memperlihatkan luas kamar hotelnya.
"Wow! Kamu menginap di tempat yang bagus! Apa kamu dan sekretaris itu menginap bersama?" tanya Mi Sun yang baru pertama kali melihat kamar seluas itu.
"Tsk tsk… Aku hanya menginap sendirian di sini. Sekretaris itu menginap di kamar yang lain. Coba lihat ini noona! Tempat tidurnya benar-benar empuk!" ucap Ethan yang kemudian meloncat-loncat di atas tempat tidur dengan posisi duduk.
"Terus noona, lihat kamar mandinya. Ada bathtub dan bidet toiletnya!" ucap Ethan bersemangat menunjukkannya.
"Senangnya… Ahh… kapan aku bisa menginap di hotel yang seperti itu. Dasar anak ini! Menghubungiku hanya untuk pamer!" ucap Mi Sun yang memasang wajah iri.
"Hehehe… nanti kalau aku sudah lebih sukses, ayo kita liburan bersama, noona! Bareng Elena noona juga!" ucap Ethan sambil tersenyum lebar.
"Ahh… Sepertinya Ethanku sudah besar! Sudah berpikir untuk mentraktir kami! Untuk saat ini, kamu fokus dulu dengan urusan kamu di sana, dan sekali lagi."
"Jangan menarik perhatian," sambung Ethan sebelum Mi Sun menyelesaikan kalimatnya.
"Bagus! Ternyata kamu masih mengingatnya! Sudah! Noona mau jalan-jalan keluar dulu!"
"Hehehe… iya noona, bye!" jawab Ethan sebelum akhirnya sambungan panggilan video itu tertutup.
Mi Sun hanya bisa tersenyum setelah sambungan panggilan itu tertutup.
"Syukurlah aku menyuruhnya untuk pergi! Dia terlihat bahagia saat ini! Kupikir dia sudah dewasa, tapi melihat kamar mewah saja dia tersenyum seperti itu! Dasar anak kecil!" pikir Mi Sun sambil tersenyum.
Ethan pertama kali menetap di korea selatan pada saat masih kelas 1 SMA. Anak itu datang sendirian karena katanya ingin menjadi Idol dan memutuskan untuk sekolah di korea selatan.
Mi Sun awalnya tidak terlalu menyukai Ethan, karena sebagai anak satu-satunya, perhatian mamanya yang merupakan adik kembar dari papanya Ethan mulai direbut oleh Ethan ketika anak itu datang ke rumah mereka.
Awalnya Mi Sun benar-benar heran dengan Ethan yang ingin menjadi idol yang pendapatannya tidak akan sebanyak dengan pendapatan uang bisnis keluarganya.
Tapi setelah melihat kegigihan Ethan yang tetap menyeimbangkan sekolah dan latihannya sebagai trainee. Mi Sun akhirnya mengerti bahwa anak itu hanya ingin mandiri dengan pekerjaan yang dia sukai.
"Noona! Berhasil! Aku berhasil untuk debut! Nama grup kami adalah Colours! Aku berhasil!" ucap Ethan suatu hari ketika pulang ke rumah sambil menangis dan tersenyum.
Mi Sun yang melihat ekspresi Ethan saat itu juga ikutan menangis karena dia tahu betapa Ethan begitu bekerja keras agar bisa debut.
Ethan kemudian akhirnya meninggalkan rumah mereka dan harus pindah ke asrama bersama member Colours yang lainnya.
Tapi tahun pertama mereka debut, grup mereka tidak begitu terkenal karena persaingan industri yang benar-benar ketat ditambah ada dua grup lain yang ikut debut juga bersama mereka.
Tahun kedua, grup mereka tiba-tiba terkenal dengan album baru yang mereka keluarkan. Mi Sun bahkan bisa melihat poster Colours di mana-mana. Ethan bahkan sempat menjadi cameo di salah satu drama yang memiliki rating tertinggi saat itu.
Suatu hari, nama grup Colours dan Ethan tiba-tiba menjadi yang paling banyak dicari secara real time di situs pencarian.
Mi Sun yang penasaran juga mencari nama Ethan dan akhirnya dia mengetahui kenapa nama grup dan nama Ethan menjadi paling banyak dicari.
Mereka terkena skandal!