"Kalau gitu kami duluan, ya!" ucap Riko yang kemudian keluar dari kamar bareng Andrew dan Dion.
"Gue dulu ya yang mandi," ucap Clara yang kemudian langsung menuju kamar mandi. Meninggalkan Carolina dan Vera berdua di tempat tidur.
"Carol," panggil Vera. "Hm," jawab Carolina.
"Lo sama Dion hubungannya gimana sih?" tanya Vera. Dia telah memutuskan untuk bertanya lebih dahulu daripada langsung mengatakannya.
Carolina terdiam sebentar, "kayaknya kita gak sedekat itu deh buat bahas ginian," pikirnya.
"Ya cuma teman biasa," balas Carolina akhirnya. Toh dia sama Dion memang cuma temenan.
"Kalau sama Andrew gimana?" tanya Vera lagi. Melihat tingkah mereka di mobil sewaktu Andrew menjemput Carolina terasa seperti ada sesuatu diantara mereka.
"Sama sih, kami teman biasa. Sama halnya aku temenan sama Riko, sama Clara, juga sama kamu, kan?" tanya Carolina sambil tersenyum.
Vera sedikit salah tingkah ketika Carolina menanyakan hal tersebut.
"Ba-Baguslah kalau begitu," jawab Vera akhirnya.
Suasana kembali hening di antara mereka berdua, sampai akhirnya pintu kamar mandi terbuka menandakan bahwa Clara telah selesai mandi.
"Gue duluan, ya!" ucap Vera. Carolina yang sibuk dengan handphonenya hanya mengangguk.
"Ya, mereka kan temenan, gak mungkin Dion kayak gitu," batin Vera yang akhirnya memutuskan untuk tidak mengatakan apa yang dia lihat.
***
"Carol! Lo mau ke klubnya pake gituan?" tanya Clara ketika melihat Carolina keluar dari kamar mandi dengan hotpants dan atasan baju longgar
"Iya, kenapa?" tanya Carolina balik yang melihat Clara dan Vera memakai pakaian yang bertolak belakang dengan dirinya, mereka sedang memakai dress!
"Emang tadi lo gak denger Andrew bilang apa? Kita bakal nge klub di hotel!" ucap Clara yang tiba-tiba geregetan dengan penampilan Carolina.
"Ohh, beda ya?" tanya Carolina polos. Sebagai orang yang menghabiskan kesehariannya di kamar indekos, Carolina memang tidak tahu apa-apa. Dia hanya memakai pakaian yang ada setelah mencari informasi di internet.
"Beda dong! Duh, kalo kita nge klubnya di klub pantai atau semacam rave party gitu, lo boleh pake kayak gitu. Clubbing juga ada dress code nya, Carol! Untung gue bawa dress lebih, bentar," omel Clara kemudian mengeluarkan kembali dress yang telah dia masukkan ke koper. Clara memang membawa beberapa pakaian yang mungkin dia butuhkan untuk nge klub.
"Harusnya sih ini pas ya, tapi lo kan tinggi, mungkin bakal kependekkan. Coba dulu, deh!" ucap Clara menyerahkan dress hitam dengan belahan d**a yang rendah.
Clara sendiri memakai dress merah panjang selutut belahan rendah dengan paha terbelah sementara Vera memakai dress mini berwarna hitam yang tembus pandang di bagian paha dan atas perut.
"Wow! Carol! Kaki lo bikin iri ihh," ucap Clara ketika Carolina telah selesai memakai pakaiannya.
"Makasih, ini kependekkan gak sih? Belahannya juga," ucap Carolina yang merasa kurang nyaman. Ketika dia menarik belahan gaunnya, bagian pahanya lebih terekspos, tapi ketika dia menarik ke bawah, dia takut dadanya akan terekspos.
"Gitu doang kok! Jadi maksud lo Clara sengaja ngasih gaun yang bakal bikin lo malu? Padahal Clara berbaik hati ngasih tahu kalo pakaian lo tadi salah tempat," ucap Vera yang merapikan rambutnya.
Clara menatap Carolina sebentar, sebelum akhirnya kembali melakukan riasan pada wajahnya.
Carolina hanya menatap tak percaya pada Vera. Bukankah tadi Vera sudah sedikit terbuka padanya? Kenapa sekarang wanita itu lagi-lagi ingin menyabotase dirinya yang mulai dekat dengan Clara?
"Makasih ya, Ra!" ucap Carolina akhirnya. Namun Clara hanya mengangguk dan kini mulai merapikan rambutnya.
***
Carolina terheran-heran ketika pertama kali masuk ke dalam klub. Musik yang keras, lampunya yang gemerlap, bau alkohol, orang yang joget-joget di lantai dansa, bahkan dia melihat ada bule yang sedang berciuman.
Dia langsung merasakan pusing dan yakin bahwa ini bukan tempatnya!
Tiba-tiba saja dia merindukan kasur kamar di indekosnya...
"Ayo sini!" ucap Clara yang menarik tangan Carolina begitu melihat Carolina hanya bengong saja.
"Jangan bengong! Ntar lo disamperin. Lo gak lihat tadi tuh cowok arah jam 9 bentar lagi nyamperin lo?" ucap Clara yang masih bisa didengar oleh Carolina.
"Ah, iya. Makasih,"
"Wow, Ladies," ucap Riko ketika melihat para wanita itu menghampiri mereka.
"Kalian terlihat stunning shimmering splendid!" puji Dion ketika mereka akhirnya duduk.
Desain tempat duduk klub itu berbentuk setengah lingkaran yang saling berhadapan dan masing-masing sampai 3 orang di setiap sisinya dengan meja yang berada di tengah tengah.
Andrew dan Riko duduk di paling pojok tiap tempat duduk sementara Dion duduk di tempat duduk yang sama dengan Andrew. Jadi ada jarak 1 orang di antara mereka.
Vera yang lebih dulu sampai langsung menempatkan dirinya di antara Dion dan Andrew.
Carolina dan Clara yang sedikit terlambat akhirnya duduk di tempat duduk yang sama dengan Riko, dengan posisi Carolina yang berada di tengah dan Clara yang berada di ujung.
"Carol, tukeran deh," ucap Riko. Carolina yang kurang nyaman dengan suasana saat ini mengiyakan, setidaknya gak apa-apa berada di pojokan, meski masih agak canggung untuk saling berhadapan dengan Andrew.
"Kalian para ladies mau pesan apa nih sebagai minuman pembukanya?" tanya Riko yang hendak memanggil pelayan lagi. Mereka bertiga yang datang sebelumnya sudah memesan minuman pembuka.
"Gue Margarita," ucap Clara yang mulai sibuk dengan handphonenya untuk update story.
"Sering clubbing ya lo?" Riko sedikit terkejut dengan minuman pesanan Clara.
"Gak kok," jawab Clara yang sibuk dengan handphonenya.
"Lo Carol?" tanya Riko
"Air putih?" tanya Carolina polos dengan mengerjap-ngerjapkan matanya. Andrew yang suasana hatinya tidak bagus tersenyum mendengar itu, dia hampir melupakan bahwa Carolinanya adalah wanita yang polos.
Riko yang mendengar itu juga tertawa.
"Aduh perut gue, ngapain bayar mahal mahal Carol kalo lo pesannya air mineral aja. Ngomong-ngomong di sini ada air putih gak sih?" tanya Riko yang masih tertawa.
"Ada lah! Lo nya aja yang selalu pengen mabuk," ucap Andrew. Sementara Carolina hanya tersenyum malu mendengar pembicaraan mereka.
"Carol dipesankan bir aja," ucap Andrew akhirnya.
"Rugi banget cuma minum bir, apa ya yang cocok, hmm…" tanya Riko balik.
"Tequila Rose aja gimana? Gak tinggi kok kadar alkoholnya," ucap Dion menyarankan.
Vera menatap Dion dengan curiga, tapi dia langsung segera menepis pikiran itu.
"Gue juga Tequila Rose deh," ucap Vera yang sengaja ingin memesankan minuman yang sama. Kalau memang Dion seperti yang dia pikirkan. Dia tidak akan memuluskan rencana pria itu.
"Ini juga sebagai bayaran karena gue tidak memberitahukan siapa-siapa apa yang gue lihat. Jadi setidaknya peluang keberhasilannya 50 persen," pikir Vera
Sebelum pelayan itu pergi, Vera menambahkan, "Sekalian bawa yang udah di pesan sebelumnya ya, atas nama Vera."
"Lo pesan sesuatu, Ve?" tanya Clara. Namun Vera hanya tersenyum dan tidak menjawab. Tak mendapatkan jawaban dari Vera, Clara kemudian sibuk kembali dengan handphonenya. Dia mulai mengaktifkan fitur live ig
Ketika minuman mereka datang, Vera menatap itu minuman itu. Tidak ada perbedaan antara kedua minuman itu, dari gelas, maupun isinya.
"Nih gengs minuman yang kami pesan udah datang," ucap Clara yang menyorot minuman mereka dan kemudian mulai sibuk lagi menyoroti satu persatu teman-temannya.
"Apa gue salah, ya?" pikir Vera yang mengambil gelas yang paling dekat dengannya.
"Nih! Minumnya dikit-dikit aja!" ucap Andrew yang mengambil gelas satunya dan menyerahkannya pada Carolina.
"Iya, makasih," jawab Carolina dan menyesap minumannya.
Tiba-tiba pelayan kembali datang menghampiri mereka dengan sebuah kue dengan lilin yang menyala.
Melihat itu, Vera mulai untuk menyanyikan selamat ulang tahun, dan Clara yang lagi live mulai mengarahkan kameranya pada Andrew.
"Make a wish dulu, ndre!" ucap Vera yang telah memegang kue ulang tahun itu.
Andrew kemudian mulai menutup matanya, "Sampai saat ini gue masih merasa bahwa Carol adalah wanita yang terbaik, kalau emang kami gak berjodoh, kasi gue sesuatu yang benar-benar bisa bikin gue untuk menyerah, karena penolakannya kali ini tidak cukup untuk membuat gue menyerah."
Setelah mengatakan permohonannya dalam hati, Andrew membuka matanya dan meniupkan lilin-lilin itu.
"Happy Birthday, Andrew!" ucap Vera yang kemudian menyodorkan pipinya untuk melakukan cipika cipiki.
"Happy Birthday, bro!" ucap Dion yang mengulurkan tangannya, kemudian diikuti oleh Clara dan Carolina.
"Happy Birthday, Ndrew! Nih, minum! Bottoms up!" ucap Riko kemudian memberikan gelas yang telah berisi minuman.
"Makasih, ya!" ucap Andrew dan menerima gelas itu dan menghabiskannya dalam sekali teguk. Dia kemudian membalikkan gelas itu diatas kepalanya untuk menandakan bahwa minuman itu telah habis.
Sementara itu, tak jauh dari tempat mereka…
Ada dua orang pria yang sedang menatap kelompok orang yang sepertinya sedang merayakan ulang tahun. Salah satu diantara mereka tersenyum licik.
"Dia meminumnya!" batinnya tersenyum puas.