bc

My Savior My Partner

book_age16+
937
IKUTI
10.8K
BACA
possessive
family
others
badboy
goodgirl
sensitive
drama
sweet
city
virgin
like
intro-logo
Uraian

Keadaan yang tidak memungkinkan membuat perempuan yang selalu memakai sepatu abu-abu usang itu bekerja keras. Ayahnya pemabuk dan pejudi, adiknya pemakai n*****a. Apakah cintanya juga akan membuat Ghista memerah tenaga dan pikirannya?

Janta sangat mencintai Ghista, ia tidak ingin orang tercintanya kesusahan, apalagi menderita karena orang-orang di sampingnya. Segala cara telah ia lakukan, namun gadis perebut hubungan orang muncul dari masa lalu Janta membuatnya mundur dari usaha yang telah banyak ia lakukan.

Bisakah Janta mendapatkan Ghista? Orang tercintanya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 – Ngumpet
Menjadi anak pertama itu berat bagi Theresia Maghista. Wanita yang akrab disapa Ghista, semua beban hidup keluarga bertumpu padanya. Setiap hari bekerja, dari senin hingga senin lagi, lembur hingga malam ia lakukan demi rupiah.  Dirinya yang bersifat dingin dan cuek terhadap lingkungan membuatnya menjadi pribadi yang sulit didekati pria. Usia yang matang untuk sebuah pernikahan, tak ia pikirkan. Yang terpatri di dalam pikirannya hanya kerja mendapat rupiah, dan lembur untuk membayar biaya sekolah adik-adiknya.  Ghista mempunyai dua adik, Ghana dan Ghio. Biaya kuliah dan sekolah adiknya, Ghista yang menanggung. Ghista berharap adiknya tidak seperti ayahnya, Alex. Ia hanya bisa membekali adik-adiknya ilmu, agar bermanfaat untuk diri mereka sendiri dan bisa menjadikan mandiri kelak ketika sudah lulus.  Dengan keikhlasan, Ghista menjalani hari-harinya. Ia berharap matahari akan bersinar tatkala mendung menyapa hidupnya. Ibunya, Mada, pernah berpesan padanya, jalani hidupmu dengan ikhlas dan tanggung jawab! Kelak, kebahagiaan akan mendekat jika tiba waktunya.  Alex tidak pernah memikirkan biaya pendidikan anak-anaknya. Yang ia tahu hanya mabuk dan judi setiap hari. Jika uang habis, ia akan pulang meminta pada Ghista. Jika tidak diberi, ia akan mengamuk ataupun menjual barang berharga yang dipunya. Semua emas ataupun tabungan sudah habis tak tersisa, hingga menabur hutang di mana-mana.  “Yah, bangun! Udah jam satu siang.” Mada merapikan tempat tidur sambil ngomong ngalor-ngidul membangunkan suaminya. “Makanya, kalo malem enggak usah mabuk, apalagi judi. Utang udah di mana-mana, enggak kapok ditagih mulu sama anak buah Bos Frans? Bunda capek harus bohong tiap kali mereka ke sini, tuh,” keluh Mada pada Alex.  Selalu bangun siang setiap hari. Pergi petang dan pulang pagi dalam keadaan mabuk. Kerasnya bau minuman sangat menyengat tercium dari baju yang dipakai Alex, Mada mengibas-ngibaskan tangannya menutupi hidung. Pasalnya, dari pulang tadi pagi, Alex tidak ganti baju, langsung tepar di atas ranjang memeluk Mada.  “Iya, sebentar,” teriak Mada saat pintu diketuk. Alex yang tadi tidak merespons Mada langsung bangun, duduk di ranjang menyugarkan rambutnya, frustasi.  “Mau ke mana?” Mada yang akan keluar kamar langsung berhenti, menoleh ke Alex.  “Buka pintu,” jawabnya yang langsung kembali berjalan.  “Jangan dibuka dulu! Ayah mau manjat. Itu orang mau nagih, semalem udah bilang kalo mau dateng.” Alex langsung bergegas ke atas kamar mandi, di dalam kamarnya. Tempat persembunyiannya selama ada anak buah Bos Frans datang.  Tempat persembunyian yang dimaksud Alex adalah ruang kosong di atas kamar mandi yang ia desain sendiri untuk tempat sembunyi kala penagih hutang datang. Tempatnya tidak terlihat, tapi cukup udara untuk bersembunyi.  Mada langsung ke depan membuka pintu, dan melihat dua orang berbadan kekar seperti pengawas bos besar. “Mencari siapa, Pak?” tanya Mada setelah membuka pintu rumahnya setengah.  “Alex, mana? Dia hutang ke bos saya, dan berjanji akan membayarnya hari ini!” sentak pria berbaju merah, berjaket hitam. Tangannya mendobrak pintu hingga Mada terkejut, lalu mundur dua langkah.  “Di mana Alex?” tanya pria berkemeja biru tua. Keduanya masuk hingga depan pintu sontak Mada mundur lagi dua langkah ke belakang.  “Dia enggak ada di rumah. Silakan cari ke setiap sudut rumah kalau enggak percaya!” jawab Mada yang pura-pura tegas.  “Tidak mungkin kalau tidak ada. Dia sendiri yang bilang hari ini ada di rumah. Jangan berbohong! Saya akan bawa anak kamu sebagai jaminan jika bohong!” Pria berbaju merah menerobos masuk.  Anak yang dimaksud adalah Ghista. Ia sedikit ketakutan dengan apa yang dikatakan pria berbaju merah. Mada tidak sanggup jika harus kehilangan Ghista untuk dibawa Bos Frans, tapi ia juga takut jika ketahuan Alex bersembunyi di atas kamar mandi. Kedua pria itu masuk ke dalam rumah, meneliti setiap sudut rumah kalau Alex mengumpat di salah satu ruangan. Mada minggir dari pintu dan membiarkan mereka menggeledah rumahnya.  Semua diteliti, kamar Ghista pun juga ikut diperiksa. Hingga ke dapur, Mada hanya mengawasi dari jarak tiga meter. Dirinya takut saat pria berkemeja masuk ke dalam kamarnya. Lemari pakaian dibuka semua, bawah tempat tidur juga dicek. Kamar Ghana dan Ghio juga, tak satupun tempat yang terlewat. Kamar mandi luar, gudang, kamar tamu juga digeledah semua.  “Ada?” tanya pria berbaju merah berjalan ke pintu kamar. Pria berkemeja yang hendak melihat kamar mandi ia urungkan karena dirasa percuma, Alex tidak ada.  Ia pun berbalik, menjawab pertanyaan temannya serta menepuk lengannya kuat. “Enggak ada. Yuk, cabut!” jawab pria berkemeja biru tua. Setelah menggeledah rumah Mada, dua pria berbadan kekar mengeluarkan kata-kata tak enak di dengar. Hingga Mada hanya geleng-geleng kepala ketika sampai di depan Mada.  “Anjiiiirr.... g****k, nih, Alex. Jangan sampe anaknya gue angkut buat ngelunasin hutangnya,” ucap pria berkemeja, marah-marah.  “Alex ke mana? Kalo dia pulang bilang padanya harus bayar hutang! Kalo tidak, anak pertama kalian, yang cantik itu akan kami bawa,” ucap pria berbaju merah.  “Jangan! Hari minggu nanti, kami akan menyicilnya.”  “Saya akan kemari lagi.” Pria berbaju merah dengan aksesoris ala preman, berkalung dan gelang rantai menoleh pada Mada dan terfokus pada lehernya. “Ini kalung boleh juga buat cicilan hutang Alex yang semakin menggunung,” ucap pria berkemeja sambil memegang kalung Mada dengan sedikit tertawa mengejek. Mada berusaha menyingkirkan tangannya, namun gagal.  “Kamu mau apa? Nyingkirin tangan saya? Coba, kalau bisa!” Tantang pria berkemeja, lalu memutar tangan Mada ke belakang, hingga Mada berteriak. “Ambil kalungnya!” perintahnya pada pria berbaju merah.  Pria berbaju merah merampas kalung Mada, dan berbicara, “saya akan kembali lagi, menagih hutang suamimu yang sudah menggunung!”  Mada terlihat kesakitan kalungnya diambil paksa oleh pria berbadan besar itu. Ia tidak bisa mengelak ataupun berusaha agar kalungnya tidak diambil. Kalung pemberian Ghista saat di hari Ibu tahun kemarin. Ia menelan pahit atas kelakuan Alex. Mau menangis pun percuma, ini adalah keempat kalinya mereka datang dengan berganti orang. “Silakan datang hari minggu! Kami akan melunasi hutang suami saya!”  Nahasnya hari ini, kalung yang Ghista beri telah diambil paksa untuk mencicil hutang Alex pada bosnya. Menepuk pipi Mada pelan, lalu menendang pintu sebelum pergi. “Bilang sama suamimu, jangan hutang kalau enggak kuat bayar!”  Mada hanya diam, tanpa menjawab perintah dari pria tersebut. Ia ingin menangis, tapi tak ada gunanya. Yang Mada sesali adalah menikahi Alex dan membuat hidupnya terlilit hutang karena tingkah yang Alex buat. Namun, tak dapat dipungkiri juga dirinya yang sangat mencintai Alex hingga telah hadir tiga malaikatnya yang sudah tumbuh dewasa.  Nasibnya kini hanya bergantung pada Ghista. Ghista yang memberinya kekuatan, memberi semangat untuk meneruskan hidup dengan bersyukur. Dengan Ghista, semua beban hidup yang Alex beri terasa sedikit ringan untuk di jalani.  Ibu dari tiga anak itu kembali ke kamar, melihat Alex telah turun dari tempat persembunyiannya dan sudah duduk di tepi kasur. “Sudah pergi?”  “Ayah nggak kasian ke Ghista? Dia banting tulang demi nutup utang Ayah, tapi Ayah enak-enakan tiap malem mabuk dan judi sepuas hati. Ghista udah dewasa, udah sepantasnya dia menjalin hubungan dan menikah dengan pria, Yah! Bukan malah menanggung beban yang Ayah beri,” jelas Mada, sedikit teriak.  “Dia belum boleh menikah kalo Ghio belum lulus sekolah. Nanti siapa yang akan membiayai Ghio sekolah? Ghana juga masih semester 4. Bunda enggak usah mikirin ini, Ghista udah tau apa yang harus dia lakukan!”  Alex langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Mada hanya bisa mengelus d**a mendapati pikiran suaminya yang lepas tanggung jawab akan kedua anaknya, Ghana dan Ghio. Mada juga heran jika Alex tidak melihat apa yang hilang dari diri Mada. Suaminya dulu sangat perhatian, juga selalu peka terhadap apa yang Mada rasakan. Saat hamil pun, menjadi suami siaga yang tak kenal lelah menuruti kemauan Mada.  Alex dulu juga sangat bertanggung jawab dan sayang keluarga, kini semenjak usahanya bangkrut ia menjadi pemabuk dan penjudi. Menelantarkan anak-anaknya hingga saat ini.  Mada tidak ingin kedua anak lelakinya, Ghana dan Ghio seperti ayahnya. Cukup dirinya yang menderita karena mempunyai suami seperti Alex. Mada tidak ingin menantunya nanti mengalami hal yang sama seperti yang ia alami.  “Aku pulang,” teriak Ghio dari ruang depan, mengagetkan Mada yang tengah melamun di kamarnya. Ia keluar, menemui Ghio.  “Jam segini baru pulang? Dari mana?” tanya Mada posesif, ia melihat jam di dinding lalu menoleh pada Ghio. Ia tidak ingin anak lelakinya salah pergaulan.  “Tadi ada materi tambahan.” Ghio melihat leher ibunya memerah. “Leher Bunda kenapa? Lho, kalung Bunda, mana?” Dengan nada terkejut, Ghio memegang leher Mada yang memerah.  Mada yang tahu akan respons anaknya mencoba berkelit. “Tadi gatal, entah gara-gara apa, jadi kalungnya bunda lepas.” Tangannya melepaskan tangan Ghio agar tidak fokus pada lehernya.  “Beneran? Bukan karna ditarik paksa? Soalnya nggak ada bentol-bentolnya kalo gatel.”  Ibunya tidak menjawab dan langsung menyuruh anaknya mandi, lalu makan siang. Ia tidak ingin anaknya mengetahui apa yang terjadi. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Wedding Organizer

read
47.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
76.4K
bc

Marriage Agreement

read
592.3K
bc

The Prince Meet The Princess

read
182.4K
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
455.6K
bc

PATAH

read
517.3K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook