Bab 10 "Mengajukan Cuti"

3008 Kata
Pagi ini, Riri di sibukan dengan pekerjaannya. Dia mengerjakan beberapa File yang kemarin belum sempat ia selesaikan. Riri berkutat di depan komputernya sambil menunggu Vina berangkat dan karyawan lain berangkat. Riri juga menunggu big bos datang, karena ia ingin mengajukan cuti satu Minggu. Iya, Riri akan ke Surabaya ikut dengan Alex menemui orang tua Alex, bulan depan. Karena bulan depan tinggal hitungan hari saja., Riri mengajukan cuti sekarang.   "Pagi non, sibuk amat. Berangkat dari subuh ya jam segini sudah sibuk sekali?" sapa Vina.   "Pagi juga beib, aku lagi menyelesaikan laporan kemarin dan nyiapin file hari ini, biar clear nanti siang. Besok pagi aku mau izin, jadi kamu tidak terlalu repot kerjanya, Vin." Riri menjawab tapi tak meandang Vina karena sibuk mengerjakan laporan nya.   "Gak salah Ri? Kamu mau kemana?" tanya Vina.   "Aku mau di ajak Juna ke Dieng, Vin, sama sekalian ajuin cuti buat bulan depan, awal bulan aku mau diajak Alex menemui orang tuanya" jawab Riri.   "Kamu serius mau pergi ke Dieng dengan Juna? Dan kamu juga serius dengan Alex? Kamu gak pikir-pikir dulu? Aku gak mau kamu jatuh kedua kalinya Ri, lihat dulu Alex gimana, jangan keburu gitu." Vina memberi saran pada Riri.   "Iya Vin, kamu bener aku juga masih pingin sendiri, bebas gtu Vin mau kemana-mana, dan sama siapa saja gak ada yang larang, kalau Juna sih, yah...buat refreshing aja lah," jawab Riri.   "Nah itu tau, jangan sampai kamu jatuh kedua kali karena menikah dengan orang yang salah," tegas Vina.   “Awas, Refreshing malah nanti mbablas,” ucap Vina   "Makasih Vin, kamu sudah mengingatkan aku. Kalau Juna sih, kebablasan dikit gak apalah," Riri sadar setelah di ingatkan Vina.   "Gitu dong, tapi gak apa-apa sana kamu cuti, liburan sekali-kali lah, jangan lupa oleh-olehnya. Eh, Toto gimana kalau kamu ini pergi sama Alex? Pasti dia bakal nangis, Ri..." Vina tertawa membayangkan Toto yang marah jika Riri bersama Alex   "Biarin saja lah, dia juga punya istri, secinta-cintanya dia sama aku Vin, dia lebih mentingin anak istri walaupun berkali-kali istrinya menyakiti perasaannya. Aku tidak terlalu memikirkan Toto, Vin. Dia mau jalan sama aku ya, oke lah, lumayan kan di ajak jalan-jalan," jawab Riri sambil bercanda.   "Iya juga sih, mumpung ada yang ngajakin, lumayan lah buat refreshing otak, yang setiap harinya tegang karena customer rewel sama big bos yang agaka rewel juga," ucap Vina.   Mereka berdua mengobrol sambil sibuk mengerjakan tugas nya masing-masing. Riri melihat Pek Heru datang ke kantor. Pak Heru terlihat langsung masuk ke dalam ruangannya. Sepertinya dia sedang menelepon seseorang. Riri membiarkan Pak Heru di dalam ruangannya dulu, sambil dia menyiapkan form pengajuan cuti dirinya yang akan di ajukan pada Pak Heru. Setelah selesai menyiapkan form pengajuan cuti, Riri pamit dengan Vina untuk masuk ke ruangan Pak Heru.   "Vin, aku tinggal dulu ke ruangan pak Heru untuk ngajuin curi, ya, sudah berangkat tuh pak Heru," pamit Riri.   "Oke beib,"jawabnya singkat.   Riri berjalan ke ruangan Pak Heru, Riri mengetuk pintu dan masuk keruangan pak Heru.   "Pagi pak," sapa Riri.   "Pagi, ada apa Ri, kamu pagi-pagi sudah mencari saya disini," jwab Pak Heru.   "Pak, besok hari sabtu saya mau cuti pak. Mau ada acara dengan saudara, dan bulan depan tanggal 6 sampai dengan tanggal 10 saya cuti lagi mau ke Surabaya." Riri memberikan form cuti pada Pak Heru.   "Ada acara apa kamu ke Surabaya Ri?" tanya pak heru.   "Mau kerumah kerabat saya di sana pak," Jawab Riri.   Sebenarnya Riri mau menjelaskan pada pak heru kalau Alex ingin mengajaknya bertemu dengan orang tua nya. Namun, ia mengurungkan niatnya karena tidak enak dengan Pak Heru, nanti di sangka baru aja jadi janda sudah mau kawin lagi.   "Oke, saya kasih cuti kamu, tapi kamu harus selesaikan pekerjaanmu dulu sebelum kamu cuti." Pak Heru mengizinkannya.   "Sudah saya selesaikan pak, paling tinggal sedikit lagi nanti siang juga selesai," jawab Riri.   "Baiklah, kalau begitu kamu hati-hati ya ke Surabaya nya," ucap Pak Heru.   "Iya pak, terima kasih ya pak sudah kasih saya cuti," jawab Riri   "Saya pamit kembali ke meja kerja saya, pak. Mau menyelesaikan pekerjaan saya." Riri pun keluar dengan wajah sumringah dari ruangan pak heru.   Riri melangkahkan kaki menuju tempat dispenser yang ada di dapur. Tiba-tiba Riri kaget karena ada yang memeluknya dari belakang. Orang itu tidak hanya memeluknya, tapi dia juga memegang bagian tubuh Riri yang ia sukai. Iya, bagian itu adalah p******a Riri. Bagian yang paling Toto sukai.   "Ih....Mas Toto, apaan si, ngagetin aja. Ini ih…tangannya, meluk ya meluk saja, mas. Jangan nyentuh ini," Riri berkata sambil merasakan tangan Toto semakin liar bermain di bagian kesukaannya.   “Uhmmmp...Mas Toto...” leguh Riri saat tangan Toto tiba-tiba menyusup ke dalam seragam Riri.   "Ri, aku kangen kamu, semakin hari milikmu ini semakin kencang, sayang." bisik Toto di telinga Riri, yang membuat Riri menikmati apa yang Toto lakukan.   Riri merasakan ada yang mengganjal di bagian depan Toto. Riri membalikan tubuhnya menghadap Toto dan tersenyum menggoda Toto.   "Sudah ketat saja, mas. Pengen, kah?"goda Riri.   "Please jangan menggoda seperti ini, Riri." Toto melahap bibir Riri tanpa aba-aba dan menyandarkan Riri di dinding samping dispenser.   Ciuman Toto semakin memanas, membuat Riri menikmatinya. Apalagi tangan Toto sudah berada di bagian tubuh Riri yang dari tadi di jamah Toto dengan gerakan yang melemahkan syaraf otak Riri, sehingga pikiran kotor hinggap di otak Riri. Riri pun mengelus bagian luar pada Toto yang sudah mengeras sekali. Mereka berdua memang sering b******u di tempat kerja kalau ada waktu dan keadaan sepi.   "Mas, sudah, ada pak Heru jangan macem-macem," jelas Riri.   "Bodo amat, orang aku kangen, kok." Toto semakin memanas dan tangannya mulai menyusup ke dalam seragam Riri.   Riri hanya pasrah dan menikmati apa yang Toto lakukan, karena Riri memang menginginkannya. Sentuhan dari Toto membuat Riri semakin melayang dan mengeluarkan leguhan lirih di telinga Toto. Toto semakin semangat karena Riri juga menikmatinya.   “Ahhh....”Riri merasakn jari jemari Toto memilin p****g Riri dengan lembut,   Tangan Toto semakin liar menjamah tubuh Riri. Riri semakin merasakan panas di sekujur tubuhnya. Tubuhnya semakin bergetar mengikuti lincahnya jari jemari Toto.   "Mas, sudah jangan ke situ-situ, ih.." Riri menghentikan tangan Toto yang akan masuk ke dalam celana jeans Riri.   "Please Ri, aku sentuh sedikit saja." Toto memohon pada Riri dengan napas yang terengah-engah.   "Mas, jangan…awwww…." pekik Riri saat tangan Toto sudah masuk ke dalam dan mengacak-acak bagian sensitif Riri hingga Riri merasakan berkali-kali pelepasan.   "Mas….aku mohon, sudah.…ini masih jam kerja, please , mas…."mohon Riri dengan suara parau.   Toto tak peduli, dia belum puas bermain dengan tubuh sintal Riri. Toto malah membenamkan wajahnya di d**a Riri dan menyusu Riri dengan semangat. Riri semakin memanas dengan apa yang Toto lakukan, dia melakukan pelepasan berkali-kali karena perbuatan Toto.   Toto menghentikan permainannya karena dia merasa tubuh Riri sudah melemas. Toto mengambil tissue yang berada di atas dispenser dan mengelap tangannya dari sisa-sisa kehangtaan Riri yang keluar. Riri merapikan seragamnya yang habis di acak-acak oleh Toto.   "Ri, pulang kerja kita lanjutkan ya, aku ingin sekali melakukannya denganmu, Ri,"ucap Toto.   "Aku mencintaimu, Ri,"ungkap Toto.   "Aku tidak janji, mas. Kamu milik mba Sinta, aku takut akan ketahuan perbuatan kita,"ucap Riri.   "Tidak akan ada yang tau, sayang. Please.…aku ingin,"ucap Toto sambil mencium kilas bibir Riri.   "Apapun yang kamu mau, aku akan menurutinya, Ri,"ucap Toto.   "Aku ingi kamu nikahi aku, mas,"ucap Riri.   "Kok mintanya seperti itu," jawab Toto.   "Kenapa gak mau? Kamu mau melakukan itu sama aku, kalau aku hamil kamu lari? Gak nikahi aku?"ucap Riri.   "Bukan itu maksudku, Ri,"ucap Toto.   "Please, aku ingin melakukannya denganmu, Ri," pinta Toto.   "Ya sudah aku pikirkan nanti mas aku mau lanjut kerja dulu, ya." Riri pamit sambil mencium tipis bibir Toto.   Semarah-marahnya Toto sama Sinta, dia tetep takluk pada sinta. Jelas lah, kan sinta sangat cantik, badan mulus dan sexy. Cuma dia hobi selingkuh dan sosialita yang membuat Toto jengah. Setiap malam Sinta bahkan selalu menemui selingkuhannya dan bermain di hotel dengan lelaki yang di anggap Sinta bisa memenuhi kebutuhan batinnya.   "Kurang apa Toto, sudah tubuh Atletis, badan putih bersih hidung mancung, juga tidak kecil-kecil amat miliknya, bahkan menurutku milik Toto tidak seperti milik lelaki pada umumnya, lebih besar dan panjang, menurutku sih, tapi kenapa Mba Sinta kurang puas?"tanya Riri dalam hatinya.   Setelah di sakiti pria, Riri semakin ingin mempermainkan pria. Dia hanya ingin melampiaskan hasratnya saja pada pria, walaupun tidak begitu mencintainya.   Jam istirhat tiba, Pak Heru berpamitan untuk pulang sebentar makn siang di rumahnya. Ya, kantor sama Rumah Pak Heru memang lumayan dekat. Dan, namanya juga Big bos, dia kan pasti bisa bebas keluar mau makan di mana. Riri menikamtai makan siang dengan Toto dan lainnya di pantry. Ya, seperti biasa kalau Riri tidak keluar cari makan, dia memilih menitip beli makanan pada Topan atau dilivery order.   Ponsel Riri bergetar, ada notifikasi pesan masuk dari aplikasi chat yang kemarin bertemu dengan Juna.   “Annas? Ini kan kemarin yang meminta pertemanan bareng Juna?” gumam Riri. Riri membaca pesan dari Annas.   “Hai...” ~Annas   “Hai juga,” ~Riri.   “Namanya benar Riri Ajeng Pramesti?~ Annas   “Iya, ini benar dengan Annas? ~ Riri.   “Iya, salam Kenal, mba orang mana?” ~Annas   “Salam kenal juga, mas. Aku orang Semarang. Kalau mas?”~ Riri   “Aku dari Malang,”~ Annas.   “Malang Jawa Timur?~ Riri.   “Iya dong, mba, masa Jawa Barat,” ~Annas.   Riri semakin akrab dengan Annas teman baru nya itu. Pria dewasa berasal dari kota malang, yang umurnya selisih 10 tahun lebih tua dari Riri. Ya, walaupun sudah dewasa, tapi bercandanya seperti masih muda. Dan, Riri semakin akrab dengan Annas.   “Senyu-senyum kamu, Ri,” ucap Topan yang dari tadi melihat Riri serius dengan Chatnya bersama Annas.   “Apaan sih,” tukas Riri.   “Pasti sama pacarnya, ya?” tanya Topan.   “Kepo luh...!” tukas Riri.   “Pan, pacar Riri itu banyak, bingung deh, kemarin siang aku lihat dia jalan dan makan bareng sama cowok. Malamnya jalan lagi sama cowok,” timpal Wawan.   “Yakin? Wah...sekarang jadi janda tambah brutal kamu, Ri,” ledek Topan.   “Sekali-kali punya pacar banya, ya, kan Om Toto?” riri sengaja bertanya pada Toto yang raut wajahnya berubah ,enjadi memerah karena cemburu.   “Awas, nanti ada yang cembokur di sini, Ri,” sahut Om Adi.   “Siapa yang cemburu?” tanya Riri.   “Nah, orang di sampingmu, itu. Tuh lihat wajahnya udah di tekluk-tekuk, kan?” ledek Om Adi.   “Jiaaahh...iya, nih orang pasti cemburu nih, lagiyan kamu suka sama Riri boleh- boleh aja, To. Tapi, jangan ngekang Riri, kamu juga kan punya istri, jadi seimbang,” timpal  Wawan.   “Dih...apaan sih kalian pada gak jelas ya, Ri?” ucap Toto sambil mencubit pipi Riri.   “Iya, tau tuh, kalian yang repot sekali, sih,” ucap riri.   Jam istirahat sudah selesai, semua karyawan kembali ke tempat kerja masing-masing. Riri dari tadi sibuk dengan setumpuk pekerjaannya. Dia mulai menyicil pekerjaannya karena sebentar lagi akan cuti agak lama. Apalagi dia cuti pas di awal bulan, jadi semua laporan yang harus dikirim ke pusat harus sedikit demi sedikit di kerjkan, karana kasihan Vina kalau dia harus mengerjakan sendiri.   “Ri, ambilkan Ban luar belakang ukuran 275-17, sama ban dalamnya,” pinta Toto.   “Hmmmppp...bentar,” jawab Riri.   “Vin, tolong Vin, ambilkan, aku lagi tidak bisa ditinggal ini.” Riri menyuruh Vina mengambilkan apa yang Toto minta.   “Oke.” Vina ke gudang dan mengambilkan apa yang diminta Toto.   Vina membuatkan faktur part pada Toto sekalian, dari Toto melihat Riri yang masih sibuk sekali dengan pekerjaannya.   “Sibuk kali kakakmu, Vin,” ucap Toto. “Yes, dia lagi nyelesaiin pekerjaannya. Besok kan dia mau ambil cuti,” jawab Vina.   “Kamu mau Cuti, Ri? Kemana?” tanya Toto.   “Ke Dieng,’ jawab Riri singkat.   “Mau apa?” tanya Toto lagi.   “Kepo amat sih, sayang,” ucap Riri sambil mengembangkan senyum manisnya pada Toto.   “Pasti mau sama cowoknya,”ucap Toto.   “Yes, itu tau,” jawab Riri.   “Ya sudah,” ucap Toto sambil cemberut.   “Ya sudah apanya? Tuh sana kasihkan ke Topan, udah di tunggu,” titah Riri.   Riri dan Vina kembali bekerja lagi, mereka memang kalau mendekati akhir bulan sangat sibuk sekali. Apalagi kalau ada selisih jumlah dari stok yang ada dengan stok yang ada di sistem. Bisa-bisa mereka pulang sampai malam.   “Sepertinya Mr.Toto benar-benar cemburu deh, Ri,”ucap Vina.   “Memang dia cemburu,Vin. Biarlah, aku juga cemburu, sih, kalau dia sendang sama istri, apalagi kalau dia buat story di w******p mesra-mesra dengan istrinya, rasanya aku panas sekali. Ya, sudah untuk mendinginkan suasana, aku pacaran lagi,” jelas Vina.   “Good, mumpung di beri kesempatan sendiri lagi, gunakan sebaik mungkin,” ucacp Vian.   “Iya, dong. Kapan lagi coba, janda kan udah ada statusnya, daripada perawan bukan janda bukan,” ucap Riri.   “Eh....tapi kamu gak kan? Kamu masih perawan, Vin?” tanya Riri.   “Edan nih bocah, ya jelas dong masih perawan, belum di bobol nih gawang,” jawab Vina dengan semangat.   “Yakin?” tanya Riri dengan sedikit bercanda.   “Iya lah, udah kembali ke jalan yang benar. Selesikan tugas negaramu itu, besok aku sendirian, kamu ena-ena,” ucap Vina.   Riri hanya tersenyum saat Vina beerkata seperti itu. Ya, besok siang Riri memang berencana ke Dieng dengan Juna, teman yang ia kenal lewat chat. Katanya sih rombongan dengan teman-temannya juga. Tapi, gak tau besok jadinya bagaimana.   ^^^^   Jam kerja telah usai semua karyawan siap-siap mau pulang terdengar suara Pak Heru memanggil Toto dengan suara menggelegar.   "To, tolong nanti kantor kamu yang nutup, ya! Aku ada urusan dan harus segera pergi." Pak Heru menitipkan kunci kantor pada Toto dan menyuruh dia yang menguncinya.   "Iya bos siap!" jawab Toto dengan berteriak.   Semua karyawan satu per satu meninggalkan kantor untuk pulang.   "Ri, aku pulang dulu ya?" Pamit Vina.   "Iya Vin hati-hati, aku sebentar lagi selesai, kan aku besok cuti," jawab Riri singkat.   Semua karyawan pun pulang,Riri masih berkutat dengan file-file yang sedikit lagi selesai.   "Akhirnya, selesai juga, besok siap-siap deh touring ke Dieng bareng Juna," gumam Riri dalam hati.   Riri pun bersiap-siap untuk pulang. Tiba-tiba Toto menarik Riri kedalam pelukan nya. Dan mencium bibir Riri begitu dalam, Riri membalasnya.mereka berdua hanyut dalam hasrat masing-masing.   “Uhmmpp...” leguh Riri saat tangan Toto merambat di leher Riri hingga menyusup ke d**a Riri.   “Please aku ingin, sayang. Kita lanjutkan lagi yangb tadi tertunda di pantry,” ucap Toto lirih di telinga Riri.   Toto mendudukan Riri di meja kerjanya, sehingga dia leluasa menyentuh dan mencumbu Riri. Leguhan Riri semakin keras, Riri sangat menikamtai sentuhan lembut Toto di dadanya. Toto membuka kancing seragam Riri satu persatu hingga terpampang d**a Riri dengan di balut Bra berwarna merah jambu. Toto melepaskan pengait bra milik Riri.   Sentuhan lembut dan nyaman lagi-lagi Riri rasakan. Sentuhan yang membuat candu untuk Riri. Sentuhan yang membuaty Riri melayang ke atas awan. Riri menikmatinya di iringi leguhan lembut dari bibir manis Riri.   “Mas....” panggil Riri dengan manja.   “Iya, sayang, gimana nyaman?” tanya Toto dengan suara terengah-engah.   “Iya, nyaman sekali,” ucap Riri dengan napas yang memburu.   Toto berhasil mengacak-acak d**a Riri dengan kecupan lembut. Toto bermain di area miss v Riri dengan jari-jarinya. Gerakannya semakin cepat saat leguhan Riri semakin jelas terdengar.   “Akhh.....sakiit....jangan keras-keras, mas” pekik Riri.   “Maaf sayang.” Toto menurunkan celana Riri.   Toto mendekatkan wajahnya di depan miss v Riri. Dia suka sekali dengan  aroma milik Riri yang wangi. Ya, Riri selalu menjaga organ intimnya. Dan itun yang membuat candu bagi Toto. Toto menyentuh miss v Riri denga lidahnya. Menjilat lembut dan menyecapnya.   “Ahhh.....mas...jangan digigit,” erang Riri, saat Toto dengan gemas menggigit k******s Riri pelan.   Toto menaikan celana Riri lagi dan menggendong Riri ke kamar yang biasa di gunakan Pak Heru untuk beristirahat. Toto merebahkan tubuh Riri di ranjang milik Pak Heru. Toto menanggalkan satu persatu baju Riri dan baju dirinya. Mereka berdua sudah benar-benar polos tanpa sehelai benang yang menempoerl pada tubuh mereka.   Toto menindih tubuh Riri. Mencumbu setiap inci tubuh Riri dengan sentuhan lembut dan kecupan lembunya. Leguhan Riri terlepas lagi dari bibir manisnya. Toto puas dengan pemanasannya dia atas tubuh Riri. Toto mendudukan Riri dan mengarahkan kejantanannya pada mulut Riri. Riri menerimanya dan mengurut p***s Toto hingga Toto mengerang menikmati sentuhan Riir. Riri memasukannya ke dalam mulur Riri. Riri menyedot dan memaju mundurkan kepalanya.   “Arrgghhtt....Riri....” erang Toto saat Riri semakin kencang memaju mundurkan kepalanya dengan mengulum penid Toto.   Toto tidak tahan dengan apa yang Riri perbuat hingga ia memuntahkan cairan kenikmatannya di mulut Riri. Riri terus meyedotnya dan menelan semua cairan yang keluar dari milik Toto. Toto tau, Riri merasakan tidak enak di tenggorokannya. Toto mengambilkan air putih untuk Riri. Riri meminum segelas air putih yang di ambilkan Toto.   Tak sampai di situ. Toto masih ingin menikmati tubuh Riri yang sintal dan mengemaskan itu. Toto merekabhakn tubuh Riri dan bermain lagi dengan d**a dan Miss V Riri. Hingga Riri melakukan pelepasan berkali-kali karena ulah Toto. p***s Toto kembali mengeras. Toto mengarahkan miliknya ke milik Riri. Riri sedikit memejamkan matanya. Dia takut, p***s Toto terlalu besar dan panjang menurutnya. Tidak seperti milik Agung.   “Mas, jangan keras-keras,” ucap Riri.   “Iya, sayang. Aku pelan-pelan,” ucap Toto dengan menyentuhkan penisnya pada mis v Riri dengan lembut. Toto memasukan perlahan peninya ke miss v Riri yang masih sedikit sempit. Dan, Toto merasakan benar-benar sempit sekali milik Riri.   “s**t! Sempit sekali sayang,” umpat Toto sambil meremas d**a Riri.   “Akhh....pelan masa,” teriak Riri.   “Ini belu seluruhnya masuk sayang,” ucap Toto sambil sedikit demi sedikit membobol gawang Riri setelah Agung. Dan akhirnya semua p***s Toto masuk ke dalam Miss V Riri di iringi dengan lengkingan teriakan manja Riri.   “Akkkhhhh....sakit mas, Ahhhh...” pekik Riri saat Toto mencoba memaju mundurkan milikn ya di dalam milik Riri,   “Arrrgghhh....Riri, jangan di cengkram sayang, aku tidak kuat...aahhhh...”  Toto terus menggerakan maju mundur hingga suaras deritan ranjang dan erangan mereka menggema di kamar. Dan di iringi suara dua kemaluan mereka yang beradu.   “Ahhhh....mas...terus sayang, cepat sedikit...hmmmppp...”rancau Riri.   “Iya sayang...aahhh...,ahhhh...Riri...kau buat aku gila...ahhh...” leguh Toto.   Toto menambah kecepatan gerakannya hingga dia merasakan milik Riri berkedut dan semakin encengkram miliknya.   “Arrrggghhhtt.....sayang, aku keluar...” erang Toto.   “Akkhhh....aku juga sayang.” Mereka melakukan pelepasan bersama, Toto menumpahkan semua cairan kenikmatannya di dalam rahim Riri.   Toto dan Riri melakukan hingga berkali-kali di kamar itu. Mereka b******u memadu kasih. Dua hati hati yang tersakiti oleh pasangan masing-masing kini mereka menemukan jalan sendiri untuk mencari kepuasan sendiri. Riri menyerahkan semuanya pada Toto. Tak peduli besok dia akan di jemput dengan kekasihnya untuk menemui orang tuanya.   "Mas, kamu sadar apa yang baru saja kita lakukan?"tanya Riri setelah ketiga kalinya dia melakukan kegiatan itu denga Toto.   "Aku sadar, karena aku mencintaimu, Ri." Toto masih memeluk tubuh Riri, dia mencium lembut bibir Riri.   "Mas, lalu istrimu?"tanya Riri.   "Please, jangan bahas itu, disaat kita masih bersama,"ucap Toto.   "Kalau aku hamil?"tanya Riri.   "Aku akan menikahimu,"jawab Toto.   "Lalu istrimu? apa kamu akan menceraikannya?"tanya Riri.   "Aku tidak tau. Tolong, jangan bahas ini. Aku hanya ingin bersama kamu malam ini, bisa kita lanjutkan lagi?"tanya Toto.   "Mas, aku lelah,"ucap Riri.   "Please sekali lagi,"pinta Toto.   Riri menyerahkan kembali pada Toto. mereka kembali melakukannya, tak peduli itu di tempat kerja mereka. Suara mereka semakin menderu. Tidak hanya sekali lagi, mereka berkali-kali melakukan itu lagi hingga mereka pulang lebih dari jam 7 malam.   Riri ke kamar mandi, dia membersihkan badannya, begitu juga dengan Toto. Riri kembali mengemasi barang-barangnya di meja kerja, dia terlihat termenung mengingat kejadian tadi. Toto menemani Riri mengemasin barang-baranb di meja kerjanya.   "Shit..! Kenapa aku bisa melakukan itu semua, bodoh sekali kamu, Ri,." Riri mengumpat dalam hatinya.   Riri melangkahkan kaki menuju Parkiran motor bersama Toto, mereka mengambil sepeda motornya bersama.   "Hati- hati Ri pulangnya, maafkan aku ya Ri,"ucap Toto.   "Iya mas,"Riri menjawab singkat.   "Kalau ada apa-apa denganmu aku pasti tanggung jawab Ri, aku gak akan lari," ucap Toto pada Riri.   "Iya, aku pulang, mas."Riri berpamitan dengan Toto.   Sesampainya dirumah Riri masih membayangkan apa yang tadi dia lakukan dengan Toto. Hingga lupa dengan Alex yang juga kekasih dia. Dia juga lupa besok akan pergi dengan Juna dan teman-teman Juna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN