Bab 9 "Pindah"

2366 Kata
Riri kembali menjalani aktivitasnya di kantor. Pagi ini, Pak Heru sudah pulang dari lombok. Riri sedang sibuk menyiapkan file untuk hari ini, terdengar sang big bos memanggilnya dengan membawa beberapa paper bag di tangannya.   "Riri, ini oleh-oleh buat kamu dan teman-teman yang lain, nanti minta tolong di bagikan, ya,. Itu sudah ada namanya masing-masing," titah Pak Heru.   Seperti biasa kalau pulang dari lombok atau Bali pak Heru membelikan oleh-oleh untuk semua karyawannya.   "Oke, terima kasih pak, nanti saya bagikan," jawab Riri.   Riri memang orang ketiga kepercayaan Pak Heru dan istrinya, karyawan perempuan yang selalu di beri kepercayaan di kantornya setelah Mas Wawan dan Toto.   "Oh iya, Ri. Nanti setelah istirahat brifing ya, saya mau menyampaikan beberapa hal penting untuk kalian semua," ucap Pak Heru.   "Iya, pak. Siap!"ucap Riri.   Riri segera membereskan oleh-oleh dari pak Heru dan akan di bagikan untuk teman-temannya nanti saat istirahat.   "Mas Wawan, tadi pak heru bilang nanti ada brifing seusai istirahat, tolong sampaikan ke semua karyawan ya, mas."Riri yang melihat Wawan melintas di depannya, dia langsung memberi tahu Wawan kalau sehabis istirahat ada Brifing.   "Siap komandan!" jawab Mas Wawan.   Riri masih berkutat dengan komputer di depannya, dai merasakan ada getaran di mejanya. Ponsel Riri bergetar, karena ada notifikasi w******p masuk dari Alex. Riri langsung membukanya, melihat notif pesan dari Alex.   "Sayang, bulan depan  aku ke kotamu ya?" isi pesan w******p dari Alex.   "Alex mau ke sini?"gumam Riri.   "Beneran?"tanya Riri dalam balasan pesannya.   "Iya lah, masa aku bohong, kita nanti jalan-jalan ya, kamu bisa tidak ambil cuti 1 minggu untuk menemui orang tuaku juga,"balas Alex.   "Secepat itu, kah? nanti aku bicarakan dengan Pak Heru dulu, kebetulan Pak Heru sudah pulang dari Lombok,"balas Riri.   "Aku kan sudah bilang dengan kamu, sayang, kalau urusan kamu sudah selesai dengan mantan suami kamu, aku akan mengajak kamu ke rumah orang tua ku, aku ingin berkenalan dengan orang tuamu juga," balas Alex.   "Semoga Pak Heru mengizinkan kamu cuti, ya? Aku lanjut kerja dulu ya sayang, bye....muach,"balas Alex.   "Iya sayang, kerja yang semangat, muach," balas Riri.   Riri melanjutkan pekerjaannya, baru sajameletakan ponselnya, dia mendapat chat dari Juan yang isinya dia mengajak makan siang Riri. Ya, tempat kerja Juna dekat dengan tempat kerja Riri. Dan, Riri mengiyakan ajakan Juna tanpa ia memikirkan perasaan Toto.   ^^^   Jam istirahat pun tiba, Riri membagikan oleh-oleh dari Pak Heru pada teman-temannya. Semua karyawan senang dengan oleh-oleh dari Pak Heru.   "Ri, kamu dapet apa dari pak Heru?"tanya Vina.   "Ini ada kaos dan gak tau apa lagi belum ku buka. Mungkin makanan ringan. Oh, ya Vin, setelah istirahat ada brifing ya," ucap Riri.   "Iya, aku sudah tau dari Mas Wawan tadi," jawab Vina.   “Aku keluar makan dengan Juna dulu ya, Vin,” pamit Riri.   “Jiah...Juna, kemarin Pras, nanti siapa lagi?” ucap Vina.   “Huuuss...sudah, nanti malam sama Toto, udah aku gilir deh, nanti sama Alex, enak kali ya, Vin,” ucap Riri yang makin ngawur.   “Sialan nih anak! Sekali jadi janda pria di rentengi kayak karet gelang,” umpay Vina.   “Iya habis di rentengin buat lompat tali, ya Vin?” canda Riri.   “Udah ah, aku mau makan, tuh Juna sudah di depan.” Riri pergi keluar dari kantor, terlihat Juna dengan sepeda motor Matic nya sudah berada di depan Kantor Riri.   Toto melihat dari seberang jalan, wanita yang ia cintai pergi dengan pria lain. Toto menggenggam tangannya. Dadanya bergemuruh dan sesak meliaht Riri berboncengan dengan Pria lain, yaiti Juna.   Riri makan siang di kedai sayur asem yang dekat denga kantornya. Juna dari tadi memandangi wajah Riri yang cantik hingga membuat Riri salah tingkah.   “Jangan memandangiku sperti itu, ih...” ucap Riri.   “Nanti malam jalan yuk,Ri,” ajak Juna.   “Ke mana?” tanya Riri.   “Besok saja sih mas, hari minggu, aku kan libur, kita jalan ke pegunungan yuk?” ajak Riri.   “Ke mana?” tanya Juna.   “Eh...Ke Dieng yuk,” ajak Juna.   “Boleh, ayuk.” Riri mengiyakan ajakan Juna.   “Oke, kalau bisa menginap Ri,” saran Juna.   “Paginya lihat Sunrise, mas. Menikmati Negeri Atas Awan, bagaiman?” ajak Riri.   “Oke, kita berangkat sabtu sore,” ucap Juna   “Oke, deal.” Jawab Riri.   Mereka melanjutkan makan siangnya bersama. Dan setelah itu mereka mampir ke Alfamart sebelum kembali ke kantor Riri. Setelah itu Juna mengantar kembali Riri ke Kantor, dan Juna kembali ke kantornya lagi.   Jam istirahat pun selesai, semua karyawan siap-siap untuk Brifing dengan Pak Heru. Semua karyawan memasuki ruang meeting. Riri duduk di antara Toto dan Wawan.   Brifing pun dimulai.   Pak Heru menyampaikan mengenai pekerjaan dan mereview pekerjaan karyawan saat di tinggal Pak Heru ke luar kota.   "Saya ingin menyampaikan suatu hal untuk kalian semua, kalau ayah saya membuka kantor cabang di Surabaya, ayah saya meminta salah satu karyawan dikirimkan kesana terutama admin. Dan nanti beliau yang akan memilihnya untuk menghandle kantor di Surabaya." jelas Pak Heru yang membuat semua karyawan kaget dan bingung, karena pasti ada salah satu yang harus pindah kesana, keputusan ada di tangan ayah Pak Heru.   "Siapa itu pak? Perempuan atau laki-laki?"tanya Topan.   "Tidak tau nanti, ayah saya memilih siapa. Beliau ingin admin yang di kirim ke sana, kalau untuk mekanik dan lainnya sudah ada semau. Karena ini menyangkut manajemen kantor, entah itu Riri, Toto, atau Wawan yang akan di kirim ke sana,"jelas Pak Heru.   Semua karyawan hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.   "Sudah, jelas? Kalau sudah jelas, silahkan kembali bekerja, dan Riri, Wawan, saya minta laporan order part selama saya di Lombok, karena saya melihat tagihan order banyak sekali,"ucap Pak Heru.   "Ah, iya, pak. Kemarin ada yang memesan sparepart yang harus PO dulu, dan memang agak mahal harganya,"jelas Riri.   "Oh, makanya saya kaget, ya sudah saya minta laporannya,"ucap Pak Heru.   "Oke, Riri ambilkan dulu, pak." Riri keluar dari ruang meeting, dia segera menyiapkan laporan order Part.   Riri berjalan ke arah meja kerjanya, dia menyiapkan file laporan order part kemarin, Vina sudah terlihat sibuk dengan pekerjaannya.   "Ri, sedang apa?"tanya Vina.   "Ini lagi nyiapin laporan order part kemarin, Pak Heru minta,"ucap Riri.   "Oh, mau aku bantu?" Vina menawarkan bantuannya.   "Tidak usah, ini sudah kok,"ucap Riri.   "Oh, ya sudah. Ri, kalau aku yang di pindah gimana?"tanya Vina.   "Ya, mana aku tau Vin, kalaupun aku yang du pindah aku senang, kan di kota Alex,"jawab Riri.   "Itu mah kalau kamu, kalau aku gimana sama ayang beb ku? pasti LDR an dong?" keluh Vina.   "Ya, bukan urusan ku, Vin. "jawab Riri singkat dengan melempar senyum meledek Vina dan berlari ke ruangan Pak Heru. "Huh, dasar!" seru vina sambil melempar kertas ke arah Riri. Riri tertawa puas melihat temannya kesal seperti itu.   Riri ke ruangan Pak Heru, dia memberikan laporannya pada Pak Heru.   "Ini pak." Riri memberikan laporan yang di inginkan Pak Heru.   "Oh, iya terima kasih. Jangan lupa saya tunggu laporan keuangan sore ini,"ucap Pak Heru.   "Iya pak, ini sedang saya buat,"ucap Riri.   "Oke, silahkan kembali ke meja kerjamu,"titah Pak Heru.   Riri kembali ke meja kerjanya, dia dan Vina di sibukan dengan laporan keuangan yang Pak Heru minta.   "Aku ke kamar mandi dulu, Vin"pamit Riri.   "Oke, jangan lama-lama ya, pusing ni laporan gak kelar-kelar dari tadi. Oh, ya Ri, setelah ke kamar mandi sekalian aku minta tolong liatin stok ini di gudang, ya."jawab Vina sekalian menyuruh Riri ke Gudang mengecek spare part.   "Siap komandan!" jawabnya.   ^^^   Riri berlalu pergi ke kamar mandi, setelah dari kamar mandi Riri ke gudang spare part untuk cek barang yang Vina suruh..   "Riri...."panggil Toto.   "Iya mas gimana?"jawabnya.   "Apa kamu nanti yang akan di pindah ke Surabaya?"tanya Toto.   "Aku gak tau mas, kan ayah Pak Heru belum ke siini, mungkin bulan depan baru di bicarakan lagi, memangnya kalau aku yang ke Surabaya kenapa, mas?" jawab Riri dan bertanya meledek toto dengan suara manja yang membuat toto langsung melingkarkan tangan nya ke pinggang Riri agar merapat pada Toto.   "Aku tidak mau kalau kamu yang kesana, siapa yang akan menjadi penyemangat aku bekerja nanti, Ri, "jawab Toto.   "Mas, kamu kerja untuk siapa coba? Bukan untuk aku, kan mas? Untuk istri kamu, kenapa minta semangat pada aku, mas? Kamu itu aneh!"Riri menjawab dengan kesal dan menepis tangan Toto yang berada di pinggang Riri.   "Kok kamu bahas istriku! Kamu juga jalan dengan pria lain, kan?"tukas Toto.   "Ya jelas dong, kamu kerja buat istrimu, uang yang kamu peroleh buat istrimu, kan? kenapa semangatnya dari aku! Dan aku juga berhak jalan dengan siapa saja mas!" nada bicara Riri semakin meninggi membua Toto semakin ingin merengkuh Riri.   Toto mendekati wajah Riri dan menyandarkan Riri di tembok, semakin mendekat dan mendekat sehingga tubuh Riri terpepet Toto.   Toto mendaratakn bibirnya ke bibir Riri, dia mulai bermain di bibir Riri. Mencium hingga dalam dan membuat Riri kehabisan pasokan oksigen.   "Lepasin!" Riri mendorong tubuh Toto, namun usahanya sia-sia belaka.   "Kamu kok gtu Ri, ada apa marah-marah seperti itu?" Toto bertnya dan terus mencium bibir Riri, semakin dalam ciuman nya membuat Riri kehabisan nafas lagi.   "Mas, lepasin, sudah, maaf aku sedang sibuk membuat laporan." Riri melepaskan ciuman nya dan segera kembali ke meja kerjanya.   “Ri, aku cemburu kamu dengan pria lain,” ucap Toto yang membuat langkah Riri terhenti.   “Aku juga cemburu mas sayang sekali dengan Mba Sinta,” balas Riri.   “Gini saja, mas. Kita tak tau apa hubungan ini bisa bersatu atau tidak, aku juga berhak dengan pria lain, karena mas milik wanita lain, aku tidak bisa terpaku hanya pada mas yang sudah beristri,” ucap Riri.   “Oke, tidak masalah, malam selasa aku tunggu kamu Ri, kita jalan, mumpung Shinta dan keluarganya Ke luar kota,” ajak Toto.   “Iya, kabari aku saja,” ucap Riri.   Toto memeluk Riri dan menciu kening Riri. Ya seperti bias Toto juga mencium bibir Riri dengan dalam dan meremas d**a Riri yang padat sempurna.   “Hmmmpp...sudah, sayang aku masih banyak kerjaan, ada Pak Heru juga, lho,”ucap Riri.   “Oke, selamat bekerja.” Toto mencioum kilas bibir Riri.    Riri mengatur nspasnya dan kembali ke meja kerjanya. Degub jantung Riri masih tak karuan membuat Riri gugup mengerjakan setumpuk laporan. "Kenapa Ri? Kok muka kamu pucat gtu?" tanya Vina.   "Gak apa-apa vin," jawabnya singkat. Mereka berdua kembali sibuk mengerjakan laporan hingga sore hari menjelang pulang.     Riri sudah pulang di rumahnya, dia tumben sekali pulang denan tepat waktu, biasanya dia mampir dulu cari makan dengan Vina atau Toto, sekalian jalan-jalan sore. Riri masih memikirkan kembali kata-kata Pak Heru tadi saat brifing. Dia berpikir kalau dia yang di pindah, bagaimana ibu dan adiknya. Mereka sendirian tanpa Riri, tanpa orang laki-laki yang ada di ruamhnya.   "Kalau aku yang di pindah ke Surabaya, ibu dan Ninda sendirian di rumah, terus aku juga nantinya tidak ketemu Toto. Ah, biarkan saja memang dia siapanya aku, lagiyan masih ada Alex dan mungkin Pras, jangan hanya lelaki saja yang bisa sesuka hati memainkan hati perempuan," batin riri dalam hati.   Saat sedang memikirkan kepindahannya ke Surabaya, suara ponsel Riri membuyarkan lamunannya itu. Ada notifikasi pesan di w******p dari Pras.   "Malam Ri, sedang apa?"pesan dari Pras.   "Lagi mikir, mas. hehhehe"balas Riri.   "Mikirin apa,Ri? Mikirin aku ya? Hehehe, PD banget ya aku,"balas Pras.   "Lagi mikir mau di pindah kerja mas, sama pimpinan ku ke Surabaya,"jawab Riri.   "Knapa di pikirin, nanti kan jadi deket sama aku, Ri. Kalau di pindah ke Surabaya,"balas Pras.   "Hmm..iya, ya. Jadinya tiap hari aku bisa tertawa lebar kalau sama kamu. Kamu kan lucu orang nya,"balas Riri.   "Bisa aja kamu, Ri. Oh iya, Ri, aku mau pamit besok aku berangkat ke Surabaya cuti ku sudah habis soalnya,"balas Pras.   "Oh, iya mas, hati-hati ya?"balas Riri.   "Oke, sudah malam, mba. Sana istirahat dulu,"balas Pras.   “Masih jam 7 mas, masa malam,” ucap Riri.   “Kita bisa ketemuan sebentar?” tanya Pras.   “Di mana?” tanya Riri   “Di jalan X, dekat kan dengan rumah mu?” jawab Pras.   “Oke, aku otewe.” Riri mengambil sepeda motornya dan menemui Pras.   Riri bertemu Pras di jalan X yang Pras beritahu tadi. Dan ternyata Pras sudah berada di sana. Riri dan pras mengobrol dan duduk di trotoar jalan dengan menikmati makanan ringan dan minuman yang di bawa oleh Pras. Demi apa Riri begitu nyaman bercanda dengan Pras hingga dia lupa waktu dan sudah hampir jam 10 malam.   “Sudah jam 10, ayo pulang,” ajak Pras.    “Oke, mas besok hati-hati, ya?” ucap Riri.   “Siap! Kamu hati-hati pulangnya,”   “Iya mas, dah...” Riri pulang dengan mengendarai sep[eda motornya.,   Setelah bertemu dengan pras Riri pun kembali memikirkan apa yang tadi di bicarakan Pak Heru pada saat brifing.   "Oh iya, aku lebih baik bilang sama ibu kalau temenku Alex mau kesini dan mau mengajak aku bertemu dengan orang tuanya. Mudah-mudahan ibu memperbolehkan aku kesana.kan lumayan bisa liburan," lirih Riri dalam hati.   Riri pun pergi ke kamar ibunya. Dia mengetuk pintu kamar ibunya, memastikan ibunya sudah tidur apa belum.   "Tok…tok…tok…" Riri mengetuk pintu kamar ibunya.   "Ibu sudah tidur?" tanya Riri.   "Belum, nak, sini masuk ke kamar ibu,"jawab ibunya.   Riri masuk ke dalam dan duduk di tepi ranjang ibu nya. Terlihat ibu Riri sedang melipat baju yang sehabis di cuci tadi pagi.   "Bu, bulan depan temen Riri dari Surabaya namanya Alex mau kesini," ucap Riri sambil membantu melipat baju-baju.   "Boleh nak, tapi dia gak bisa nginep sini soalnya tau sendiri kan statusmu sekarang bagaimana?"jawab ibunya.   "Iya bu nanti aku bilang ke teman saya biar dia cari penginapan saja," jelas Riri.   Mereka asik mengobrol sampai larut malam dan akhirnya ibunya Riri mengizinkan Riri pergi ke Surabaya bersama Alex. Riri segera menelfon Alex saat ibunya mengizinkan dia ikut Alex ke Surabaya minggudepan.   "Hallo, Lex, lagi apa?"sapa Riri lewat telfon dengan kekasih yang jauh di sana.   "Iya, hallo sayang, ini aku lagi edit foto temanku, kemarin minta di cetakin," jawab Alex.   "Lex, ibu memperbolehkan aku ikut kamu ke Surabaya," jelas Riri kegirangan.   "Yakin kah begitu? bagus dong sayang, bulan depan aku segera ke rumah kamu. Apa kamu sudah izin dengan pimpinanmu?" tanya Alex.   "Besok sayang sekalian, lagian masih lama," jawab Riri sambil merebahkan badan di tempat tidur.   "Sayang aku mau di pindah kerja ke kantor cabang di Surabaya, ayahnya bos ku buka cabang di sana, salah satu adminya mau di pindah kesana, entah aku atau Vina." Riri menjelaskan pada Alex.   "Bagus dong sayang kita kan jadi dekat" jawab nya.   "Hmm gtu ya, Lex. Aku ngantuk, aku tidur dulu ya, bye.."Riri berpamitan untuk tidur.   "Iya sayang, nice dream ya, mmuuaacchh. Aku sayang kamu, Riri. Mau kan jadi istriku?"tiba-tiba Alex bertanya seperti itu.   "Sayang, kok tiba-tiba bicar seperti itu?"jawab Riri.   "Apa orang tua kamu merestui kita , Lex?" Riri bertanya pada Alex.   "Aku tidak tau sayang, berdoa saja semoga kelak kita dapat hidup bersama, maafkan aku belum bisa membahagiakan kamu secara nyata, mungkin hanya sebatas bayangan saja." Alex berbicara dengan nada melemah.   Alex memang sangat mencintai Riri bahkan ia ingin mempersunting Riri sebagai istrinya, tapi Alex tau kalau orang tua Alex tidak akan menyetujuinya dan Alex ingin membuktikan keseriusan nya dengam Riri sehingga ingin sekali mengajak Riri bertemu orang tua nya.   "Sayang, kok bilang nya seperti itu? Aku sangat bahagia sayang, walau jadi kekasih bayanganmu selama ini, meskipun hanya lewat udara kita bercinta memadu kasih." Riri mencoba menenangkan hati Alex, dia tau kalau Alex sedang memikirkan orang tua nya yang sepertinya tak merestui hubungan nya. Riri sadar kalau dia janda dan memang Riri dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sedangkan Alex, dia dari keluarga terpandang di sana. Apalagi Ayahnya seorang pemuka agama, dan dia lulisan dari pondok pesantren.   "Iya sayang, aku tau. Ya sudah kamu istirahat ya, aku sayang kamu, mmuuuaachh," ucap Alex.   "Iya sayang, mmuuaacchh." Riri pun menutup telfon nya.   Riri merasa terbebani sekali kalau dia sampai di pindah ke Surabaya,apalagi di tambah masalah dengan orang tua Alex yang sepertinya tidak merestui hubungan nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN