RDBG 32. Kejutan

1550 Kata
RDBG 32. Kejutan (◍•ᴗ•◍)❤Story di- lock sesuai ketentuan perusahaan (Innovel), ya. Manfaatkan free coin dan bonus harian kalian. *** Seorang pria sedang dalam kondisi fisik dan psikis yang prima, tidak akan keberatan menyenangkan seorang gadis yang bergai.rah karena dirinya. Sungguh, Grisham tidak akan menampik permintaan Esteva, tetapi ia punya rencana yang lebih romantis daripada bercum.bu dalam kereta. Ia berujar parau di telinga gadis itu. "Aku lihat kau sudah tidak sabaran, sayang. Aku menyiapkan kejutan untukmu nanti malam, kau ingat? Bagaimana kalau sementara aku pasangkan telur giok itu dan aku beri kau cunnilingus." "c*********s?" Grisham mengangguk lalu membisiki Esteva lagi. "Menjilati milikmu, sayang. Aku sapu muara lubang mungilmu dengan lidahku. Aku suka rasamu. Kau sangat manis dan menyegarkan." Suara berat pria itu hangat mengembus di ujung telinganya mengalirkan getaran halus ke sekujur tubuh Esteva serta bayangan lidah Grisham memanjakannya membuat Esteva mendesah, "Tuan ...." Ia mencengkeram kerah kemeja Grisham dan terpejam oleh rasa menggelenyar, belum lagi pria itu menyentuh bagian pribadinya. "Sebentar, sayang," ujar Grisham. Ia mengecup bibir gadis itu, lalu menoleh ke arah lain sebentar, mengambil giok sakti penggetar sukma mainan Esteva. Esteva mengangkang kakinya di kursi wagon dan melepas celana dalamnya. Jemarinya mengusap-usap muara kegadisannya agar lemas dan basah supaya telur giok nanti gampang masuknya. Benda itu dijuntaikan ke depan wajahnya. Esteva menggigit bibir. Grisham tersenyum menyeringai melihat Esteva sudah membuka bibir di bawah sana. Ia memposisikan giok merah muda itu. "Aku masukkan, sayang," kata Grisham. Gadis itu mengangguk cepat. Grisham mendorong benda bulat telur itu biar ditelan si bibir dara yang meranum basah. Begitu menyentuh selaput di dalam sana, benda itu bergetar secara ajaib dan Esteva langsung berpegangan erat ke kursi seraya mendesah serak. "Kyaaahh, Tuan Grishamhh .... Ahh ... sudah mulai ... ahh, uhmmhh, ahhh... aduh ... enaknya ...." Tubuh Esteva menggeliat. Liangnya bergerak seakan meremas-remas milik Grisham di dalam sana. Wajah Esteva bersemu kepanasan dan keringat mulai membasahi. Grisham terkekeh saat melilitkan rantai giok karena Esteva terus menggerakkan pinggul dan memeluknya erat. Ia berhasil mengunci gembok, kemudian seperti dikatakannya, ia menunduk di antara kedua kaki Esteva dan menjilati sela-sela bibir mungilnya. "Oh, sayang ... kau basah sekali .... Rasanya sangat nikmat pasti." "Uhm," sahut Esteva mengemut bibirnya sendiri kuat-kuat. Ia tidak tahan tidak membelai tubuhnya sendiri. Esteva membuka kancing- kancing gaunnya, mengeluarkan kedua buah kenyal miliknya, lalu memelintir sendiri kismis mungilnya. Gerakan itu menstimulasi liang bawahnya semakin banyak meneteskan sirop. Suara seruputan Grisham semakin nyaring dan gencar. Pria itu memuji kecabulannya. "Ohmm, sayang ... deras sekali, sayang .... Ohh, kau bisa meminumi puluhan pria dengan sirop ini." Esteva mengerang terbayang puluhan mulut menadah cairannya. "Ooh, Tuan ..., apa Tuan akan sedermawan itu? ... membagi saya ... dengan pria lain ...." Grisham terkekeh. "Heheh, aku lihat kau sama seperti Andreas senang berbagi. Tidak, sayang, aku belum semurah hati itu. Aku masih ingin kau untukku seorang. Eva sayang, ungghhh ...." Kecupan kuat diberikannya pada bibir kegadisan Esteva, menyedot kencang cairan siropnya. Esteva berteriak kenikmatan sampai menangis. "Kyaah, Tuan! Awhh, awhh, awhh .... Hmmhhh ... Tuan Grishamm ...." Di kursi kusir, Jonathan dan Bruce mendengar teriakan itu. Wajah Jonathan merah padam dan melonggarkan kerah bajunya karena merasa kepanasan, sedangkan Bruce tertawa lepas. Pria paruh baya itu bergumam gembira. "Setelah menikah, mereka semakin mesra ya?" Jonathan mendelik dan bersuara serupa menggerutu. "Tuan Bruce, Anda bicara seperti baru kali ini saja mendengar mereka mabuk-mabukan cinta seperti itu." "Eh, kenapa Anda kesal, Tuan Jonathan? Bukannya keinginan Anda Tuan Grisham dan Nona Esteva menikah?" "Iya, tapi setelah kejadian di toko tadi, saya sadar tekanan pada Nona Esteva semakin berat. Saya rasa bahkan Tuan Grisham tidak akan mampu melindunginya dari kecaman seluruh Inggris jika pernikahan mereka sampai diketahui publik." "Tapi Anda lihat sendiri 'kan, Nona Esteva gadis yang kuat. Ia tidak akan jatuh dengan perundungan macam apa pun karena itu Tuan Grisham tidak ragu memilihnya. Jadi, Anda tidak perlu khawatir." Jonathan kemudian berseloroh pasrah. "Semoga saja begitu." Mata Bruce memicing Jonathan. "Anda sangat peduli pada Nona Esteva. Tuan Jonathan, Anda menyukai Nona Esteva?" "Kami sering bersama. Saya menganggapnya sebagai adik perempuan saya, Tuan Bruce, tidak lebih dari itu," jawab Jonathan yang kemudian menoleh ke arah lain, memandangi matahari terbenam bersiap menyongsong malam. Bruce pun diam saja. Namun, dia jadi bertanya-tanya dalam hati. Mana mungkin ada pria yang terangsang lalu main kocokan sendiri hanya dengan memikirkan gadis yang dianggapnya adik? Kasihan Tuan Jonathan. Ia harus secepatnya menemukan pasangan atau akan semakin tersesat dengan Nona tuannya. Pura-pura tidak peduli, Bruce membiarkan Jonathan mencuri pandang ke dalam kereta melalui celah jendela penghubung. Jonathan melihat wajah gadis itu dan buah daranya yang terbuka sedang diremas-remas. Pipi Esteva bersemu merah. Kelopak matanya mengerjap-ngerjap lemah. Mulutnya terbuka mencari udara, lalu menggigit bibir jika ia mengerang. Jonathan mendesah sedih. Kapan lagi ada kesempatan Esteva memanggilnya untuk minta bantuan? Kapan diundang untuk mencicipi lendir gadis itu lagi? Ah, dia sangat menggiurkan. *** Kereta menembus gelap dan dinginnya udara malam dalam perjalanan pulang ke Winterwall. Mereka singgah sebentar di restoran antar kota untuk makan malam. Setelahnya lanjut perjalanan lagi. Esteva yang sudah tenang setelah penggunaan giok telur, bersandar di da.da Grisham. Beberapa kancing kemeja pria itu terbuka sehingga Esteva bisa meraba- raba di balik baju dan menggiling-giling putik dadanya. "Gyaah! Geli, sayang," kekeh Grisham. Ia menepis tangan Esteva, tetapi tangan itu kembali melekap ke dadanya. Begitu berulang-ulang sehingga Grisham tertawa kecil. "Humm, bandel!" ejeknya. "Tidak peduli. Tuan milik saya," sahut Esteva. Grisham membalasnya dengan ciuman mengemut- emut kasar bibirnya. "Ahhh, aku sebal sekali kenapa Winterwall sangat jauh," gerutu Grisham. Esteva merengut sambil memukul-mukul manja d**a Grisham. "Kenapa mesti menunggu tiba di Winterwall? Tuan, Eva bisa melakukannya di mana pun dan tidak akan keberatan asalkan bersama Tuan," sungutnya. "Tidak, tidak, Eva. Karena ini hari spesial kita, maka malamnya juga harus dihabiskan dengan cara spesial." Esteva bersedekap dan memunggungi Grisham. Kesalnya karena tidak menduga Grisham merencanakan sesuatu yang romantis. Bagaimana hatinya akan mengatasi rasa jika ia kepalang jatuh bertekuk lutut pada pesona Grisham? Ia tidak ingin kecewa lagi karena memiliki perasaan terlalu dalam pada pria, seperti ketika bersama Andreas. Jika dicampakkan rasanya akan sangat menyakitkan. Duar! Tiba- tiba terdengar letusan nyaring. Kuda meringkik dan melaju tak terkendali. Esteva dan Grisham di dalam kereta berpegangan sekuat tenaga, sementara dari luar terdengar teriakan Bruce dan Jonathan. "Aaaahhhh!" Sedetik kemudian, bunyi keras terdengar di kesunyian malam. Kereta melayang, lalu terempas jungkir balik beberapa kali. Bruak! Kuda meringkik- ringkik tertindih kereta, seekor berhasil lepas dan berlari tidak tentu arah. Bruce dan Jonathan yang terkapar di tanah mengerang kesakitan dengan wajah dan tubuh luka- luka. Kereta tumbang dengan posisi pintu berada di atas. Esteva dan Grisham juga terempas dalam kereta. Namun, Grisham nyaris tidak kenapa-kenapa, sedangkan Esteva terbentur kepalanya dan darah mengalir di keningnya. Esteva tergeletak di dasar kereta dan kehilangan kesadaran beberapa detik. Suara Girsham memanggilnya beberapa kali terdengar sayup-sayup. "Eva! Eva sayang! Buka matamu, sayang!" seru Grisham cemas sambil mengambil pistol yang tersimpan di bawah kursi dan mengisi pelurunya. Ia tidak ada waktu mengecek Esteva karena sangat yakin ada orang menyerang mereka di kawasan yang dilalui sepi, gelap, dan jauh dari pemukiman sangat rawan kejahatan. "Unggh?" Esteva bergerak, mengerang sambil meraba- raba kepalanya. "Oh, syukurlah!" Grisham sangat lega hingga lututnya lemas melihat gadisnya mulai sadar. Rasanya tidak berbeda saat kapal terempas ombak keras dan para kru terlempar ke sana kemari dalam kabin. Esteva berusaha secepatnya mengumpulkan kesadaran dan tenaganya. Ia merasakan cairan kental di keningnya dan yakin kepalanya terluka. Ia berusaha bangun. "Tuan Grisham, apakah ini kejutan yang Anda maksud?" tanyanya sebal. "Tentu saja bukan, sayang! Kita diserang. Kau bisa melindungi dirimu sementara aku melihat keluar?" kata Grisham sambil menyelipkan sebuah pisau bersama 2 pistol di pinggangnya, satu pistol lagi di tangannya sedang dikokang. Esteva mendapatkan penglihatannya meskipun nanar. Ia melihat di balik jok kursi ada pedang dan sederet pisau tersemat. Grisham tiba- tiba menyodorkan sebuah pistol ke tangannya. "Pelurunya sudah siap, sayang. Kau bisa menembak 'kan?" tanya Grisham sambil menatap lekat. Esteva mengangguk lemah dan itu cukup memantapkan hati Grisham. Ia melompat keluar kereta dan menghalau siapa pun penyerang mereka. Grisham menghilang begitu saja dari pandangannya. Esteva merasa ketakutan mencekam. Walaupun darah meleleh di wajahnya, Esteva menahan rasa nyeri itu. Ia memejamkan mata sesaat dan membuka mata dengan penglihatan yang lebih baik. Kemudian terdengar suara tembakan bersahutan. Esteva tahu bukan bantuan yang datang, melainkan orang yang hendak menghabisi mereka. Grisham baru beberapa langkah memijakkan kaki hendak memeriksa Bruce dan Jonathan. Tembakan memberondongnya. Beberapa penunggang kuda berpistol menyerangnya. Ia melompat dan berguling menghindar, lalu balas menembak. Dor dor dor! "Tuan Grisham!" seru Bruce yang terkapar di tanah. Pria itu mengangkat tangan dan Grisham melempar sebuah pistol padanya. Bruce lalu merayap di tanah dan turut menembaki penyerang mereka. Grisham bergerak menjauhi kereta, agar tidak ada tembakan ditujukan ke wagon. Ia berlindung di balik pohon. Dor dor dor! "Gyaah!" teriak Bruce kena tembak di badannya. Pistolnya terlepas dari tangan karena pria itu pingsan. "Sialan!" desis Grisham. Ia memeriksa pelurunya. Ada 5 pria berkuda dan persenjataan mereka lebih banyak darinya. Grisham sebisa mungkin menghemat peluru, tetapi sukar sekali menyasar target jika ia terus ditembaki. Grisham terpojok di tempat persembunyiannya. Seorang pria berpenutup wajah bersuara lantang dari punggung kudanya. "Menyerahlah, Grisham Rutherford. Malam ini kau tidak akan lolos dari kematian. Huahahaha ...." Grisham menarik napas dalam. Ia mengokang pistolnya lalu melongok dari balik pohon sambil menembak dan terjadilah letusan itu. Dor! *** Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN