Bab 5 - Kesepakatan Konyol

1156 Kata
“Apa?” Sesil bertanya dengan raut tak percaya.               Zayn berdehem pelan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. “Jangan pergi. Daddy dan Mommy akan sedih jika kamu meninggalkan mereka.”               Sesil tersenyum kecut, lagi-lagi hatinya kembali terjun ke dasar jurang setelah tadi sempat melayang.               “Nggak masalah, toh sebentar lagi Kenan selesai kuliah dan pulang,” sahut gadis itu seraya menutup kembali lemari setelah ia mengambil pakaiannya.               Kenan adalah adik Sesil yang sedang menjalani study-nya di Inggris. Dia adalah seorang calon dokter yang akan meneruskan jejak sang Daddy.               “Kamu akan meninggalkan panti asuhan yang sering kamu kunjungi. Mereka pasti sangat sedih karena kamu tidak berkunjung lagi,” ucap Zayn memberi alasan yang sangat aneh menurutnya.               “Darimana Kakak tahu aku sering mengunjungi panti asuhan itu?” tanyan Sesil dengan mata menyipit curiga.               “Dari Mommy,” jawabnya yang membuat Sesil menganggukkan kepala.               Gadis itu menghela napas, matanya seolah menerawang jauh bersama pikirannya yang berkelana. “Aku manusia biasa, Kak. Aku nggak bisa membahagiakan semua orang, aku nggak bisa selalu mementingkan orang lain apalagi di saat aku tidak baik-baik saja. Bagaimana aku menolong orang yang sakit ketika diriku sendiri saja sedang sekarat?”               Zayn melangkah mendekat, tangannya terangkat untuk menyelipkan rambut Sesil yang berantakan ke belakang telinga. Pria itu lalu mengusap pipi sang adik begitu pelan, membuat Sesil memejamkan mata untuk meresapi dan menyimpannya dalam memori.               “Rasanya sudah lama sekali,” bisik pria itu pelan.               “Apa?” tanya Sesil tak mengerti.               “Au melakukan ini. Mengusap wajahmu, membelai rambutmu.”               Gadis itu tersenyum miris seraya membuka matanya perlahan. “Kakak terlalu sibuk dengan tugas Superhero hingga lupa Kakak juga punya adik kecil yang membutuhkan perlindungan Kakak.”               “Sorry, Princess.”               “No. Jangan panggilan itu lagi, jangan membuatku berharap lagi.”               “Apa yang kamu harapkan?” tanya pria itu.               Sesil menggeleng, enggan menatap wajah Zayn.               “Jawab, Anak nakal,” ucap Zayn seraya menahan wajah Sesil agar menatap matanya.               “Sesuatu yang tidak akan bisa Kakak berikan,” sahut gadis itu serak.               “Apa itu?”               Sesil enarik napas panjang. “Sudahlah, Kak. Jangan membuat semuanya jadi runyam. Kakak akan menikahi Sania dan aku akan pergi. Selesa!”               “Siapa yang mengizinkanmu pergi?” tanya pria itu datar.               Sesil menatap Zayn tak percaya dan mendengkus setelahnya. “Daddy dan Mommy pasti memberi izin,” ucap gadis itu yakin.               “Tapi aku tidak,” sahutnya tajam.               “Aku nggak perlu izin Kakak,” tukas Sesil tak kalah tajam.               “Kamu lupa kalau Daddy selalu mendengarkan pendapatku,” ucapnya tersenyum culas.               Sesil melotot tak percaya. “Sebenarnya apa yang Kakak mau?” tanyanya mulai kesal.               “Apa yang kamu harapkan?”               “Aku bertanya dan Kakak malah balik bertanya.”               “Karena kamu belum menjawabnya.”               Sesil menggertakkan gigi. “Perhatian Kakak! Puas?”               “Jika aku memberikannya maka kamu tidak akan pergi?”               “Astaga! Aku tidak—“               “Aku memberimu kesempatan untuk merebut perhatianku, kali ini jangan sia-siakan kesempatanmu,” ucapnya angkuh seraya berdiri dengan tangan terlipat di d**a.               “Ap … apa maksud Kakak?” tanya gadis itu dengan dahi berkerut dalam karena pernyataan Zayn begitu sulit dicerna oleh otaknya.               “Tarik perhatianku, Sesil, buat aku selalu memperhatikan dirimu,” bisik pria itu serak di dekat telinga Sesil.               “Tidak mau! Kakak memintaku menarik perhatian padahal Kakak akan menikah. Aku tidak mau jadi pelakor, aku tidak serendah itu!” ucapnya tak terima.               Zayn mengangkat sebelah alis dan menatap Sesil dengan senyum miring. “Aku tak pernah bilang akan menikahinya, kenapa kamu selalu punya pemikiran terlalu maju?”               “Apa? Jadi Kakak tidak akan menikahi Sania?” tanya Sesil tak percaya, raut cerah yang seketika muncul di wajahnya membuat Zayn tak bisa menyembunyikan senyum lucu.               “Tarik perhatianku agar selalu tertuju padamu, saat ini aku memberimu kesempatan. Jangan sia-siakan. Good luck!”               Pria itu kemudian keluar dari kamar Sesil dengan langkah ringan. Sementara gadis yang ditinggalkannya dengan sebuah harapan kini mulai bimbang. Bolehkah ia kembali memupuk harapan untuk sebuah perhatian yang Zayn janjikan?               Jujur saja, gelora asmara yang membelit hatinya begitu mengikat kuat bahkan setelah bertahun-tahun Zayn selalu menolaknya. Lalu kini ketika pria itu memberi sebuah harapan, mampukah Sesil menyia-nyiakannya?”               Tentu saja tidak. Gadis itu menguatkan hati dan merapalkan doa semoga kali ini semesta ikut mendukungnya.               Sementara Zayn yang kini sedang berada dalam mobil berdua dengan Sania memokuskan pandangan pada jalan raya yang begitu padat.               “Sorry kalau masalahku jadi melibatkan kamu.” Wanita ber-sweater merah yang duduk di kursi penumpang itu berucap pelan.               Zayn menoleh, menatap wajah pucat yang sejak kemarin  tampak redup karena msalah berat yang menimpa. “Sudah sepantasnya aku membantu,” sahutnya tenang.               “Apa … apa kamu belum bisa memafkan Sesil?” tanya wanita.               “Maksudmu?”               Sania menarik napas panjang seraya menerawang. “Maafkan Sesil, Zayn, dia tidak bersalah,” ucap wanita itu pelan.               Zayn tak menjawab, tapi pegangannya pada stir mobil semakin erat. Kilasan masa lalu saat bocah kecil itu selalu mengekori kemanapun ia pergi tiba-tiba saja melintas, menarik paksa memori di kepala untuk kembali membuka segala luka yang pernah mendera.               Sesil Ambarita Barack adalah seorang gadis kecil yang snagat dimanja kedua orang tuanya, sifat manja itu membuatnya menjadi ceroboh dalam banyak hal, dan salah satunya adalah hamper membuat Ibu kandung Zayn celaka. Lagi-lagi Sania yang pernah menyelamatkan percobaan bunuh diri yang dilakukan Ibu Zayn kembali menjadi penolong wanita paruh baya yang kini masih menetap di rumah sakit jiwa itu. Lalu bagaimana bisa Zayn diam saja saat Sania kini membutuhkan perlindungannya?               Gama benar, ini memang soal balas budi. Tapia pa ia salah jika merasa harus membalas pertolongan Sania dengan kembali menolongnya?               Jujur saja, ia memang sangat membenci sang mami yang melahirkannya itu. Perlakuan tak manusiawi yang ia terima sejak kecil masih membekas dalam ingatan. Wanita kejam itu bahkan tega melakukan operasi plastik pada wajah Zayn demi melancarkan rencana busuknya untuk menguasai harta keluarga Barack. Tapi Sania bukan seperti maminya, dia baik dan rela mengorbankan nyawa untuk orang lain. Itulah sebabnya Zayn tak bisa diam saja saat tahu Sania berada dalam masalah.               Namun satu yang di luar perkiraan Zayn, yaitu sikap Sesil yang seolah terluka karenanya. Ya, sejak dulu ia tahu bahwa sesil menyimpan perasaan padanya, tapi gadis itu tak pernah menunjukkannya secara terang-terangan seperti ini. Lalu saat gadis itu berkata akan menjauh, kenapa hati Zayn seolah tak terima dan malah menawarkan sesuatu yang sebelumnya tak pernah Zayn pikirkan.                 Sesungguhnya Zayn sangat sadar diri dan merasa segan pada Gama dan Putri yang tak lain adalah orang tua angkatnya. Pasangan baik hati yang telah disakiti oleh ibu Zayn sendiri tapi malah sudi untuk merawat darah daging wanita itu dengan penuh kasih sayang. Karena itu juga ia selalu menghindar dari perasaan Sesil yang akan membuat keadaan semakin rumit nantinya.               Sekarang dia malah terang-terangan meminta Sesil untuk mengejarnya, meminta gadis itu untuk menarik perhatiannya yang sebenarnya bisa Sesil lakukan hanya dengan duduk diam dan bernafas saja. Ya, segila itusebenarnya Zayn padanya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN