Putri Sang Kyai

936 Kata
"Jika dia jodoh saya. Saya tidak akan menolak!!" jawab Ihsan pasti membuat semua orang yang ada disitu melongo, tak terkecuali Aynur dan Bobby. Meskipun Ihsan mengatakan hal itu dengan lantang, faktanya di dalam hati kecilnya dia tak ingin mempunyai istri seperti Aynur. Ya Allah, jauhkan hamba dari wanita seperti ini... Batin Ihsan dalam hati. "Sudahlah ibu-ibu... Lagian tak mungkin Allah memberi jodoh wanita seperti ini untuk ustaz Ihsan yang sempurna. Saya yakin ustaz bicara begitu karena beliau tak ingin menyakiti wanita bengal ini!!" ucap ibu berbaju pink sinis. Aynur kembali tertunduk, menahan air matanya yang kembali menetes. Seumur hidup tak pernah ia dipermalukan seperti ini. Seandainya orang-orang ini tahu dari keluarga mana dia sebenarnya, tak mungkin mereka berkata sehina itu. Selama ini Aynur tak pernah membanggakan diri meskipun lahir dari keluarga terpandang. Aynur bukan tipe wanita yang suka menghina orang lain kecuali orang tersebut benar-benar mengusik hidupnya. Dan Bobby, pria yang harapannya menjadi suami idaman Aynur itu ternyata sama sekali tak berkutik melihat calon istrinya dihina habis-habisan. Aynur melepas syal yang sebelumnya ia kerudungkan di kepalanya. "Sudahlah pak ustaz, percuma memberi nasehat pada orang yang membenci kita. Saya menghargai niat baik pak ustaz untuk membantu saya meskipun saya yakin di hati kecil bapak gak mungkin menginginkan istri macam saya." kata Aynur. Ihsan menatap iba wanita di depannya. " Nah gitu donk.. Tau diri!! Apa kamu gak punya orang tua yang ngajarin sopan santun!!" sindir bu Sofi. "Mama!!" potong Bobby. "Biarin!! Mama sebel, habis kamu kayak kena pelet, pacaran 3 tahun ga bisa pisah sama DIA!!" "Astagfirullahalladzim... Bu Sofi.. istighfar bu " kata Ihsan. "Saya sebel ustaz, emangnya ustaz yakin bisa mendidik wanita seperti dia? bukannya jadi keluarga sakinnah mawaddah warohmah malah jadi keluarga bubrah tazz..." tambah bu Sofi semakin membuat hati Aynur hancur. "Jika dia mau saya nikahi dan hijrah bersama karena Allah, maka saya tidak takut melamar wanita yang ibu anggap hina ini. Saya dengan jantan akan melamarnya daripada harus berpacaran selama 3 tahun. Pacaran itu haram bu!" entah mengapa Ihsan terus membela Aynur yang sama sekali tidak dia kenal itu. Di hati kecilnya Ihsan yakin suatu saat hinaan untuk Aynur akan berubah menjadi suatu pujian, Ihsan yakin Aynur akan menemukan pria sholeh yang mampu membimbingnya ke jalan yang benar. "Sudahlah mas Ihsan... tidak usah membela dia. Saya tahu ustaz juga ga mau dapet istri kaya dia. Bubar! bubar! ayo kita mulai pengajiannya." Ajak ibu berbaju ungu. "Jika walinya ada disini maka saya akan meminta izin beliau untuk meminang mbak Rasheda ini!" kata Ihsan mantap. Semua orang menoleh padanya. "Jangan aneh-aneh mas Ihsan. Takutnya ada malaikat yang mengamini!" sergah bu Sofi. Ihsan menyesalkan kata-katanya barusan. Ia berharap tidak ada malaikat yang mengamininya. "Assalamualaikum...." sapa seorang pria bersuara serak. "Walaikumsalam..." semuanya menoleh dan menjawab salam. Seorang pria paruh baya, mengenakan sorban putih mendekat ke kerumunan ibu-ibu yang menghakimi Aynur. Melihat pria tersebut, semua orang menunduk memberi hormat. " Ada apa ini ibu-ibu ? apa pengajiannya sudah dimulai?" tanya pria itu. "Maaf pak kyai, tadi ada sedikit salah paham antar ibu-ibu, saya hanya mencoba meluruskan saja. " sahut Ihsan. Pria paruh baya itu, kyai Mustafa menatap Aynur yang tertunduk. "Nur??" tanya Kyai Mustafa. Semua orang menoleh kaget. Sementara Aynur memalingkan mukanya dari tatapan kyai Mustafa. "Sudah berapa lama kamu tak pulang? Tak rindu sama bapak dan ibu?" tanya pak Kyai, mendekati Aynur. Aynur mendongak perlahan dan mencium tangan kyai di depannya, membuat heran semua orang yang melihatnya. Mereka tentu bertanya- tanya bagaimana mungkin seorang kyai terhormat mengenal wanita liar seperti Aynur. Kyai Mustafa memeluk Aynur, ingin rasanya Aynur menangis di pelukan ayahnya setelah cercaan dan hinaan yang dia dapatkan. Tapi Aynur menahannya, dia tak ingin orangtuanya tahu betapa buruknya dia di mata orang lain. "Bagaimana kabar bapak dan ibu?" tanya Aynur parau. "Alhamdulillah kami semua sehat. Pulanglah.... Ibu dan mbakyumu merindukanmu..." pak kyai mengusap rambut Aynur dengan lembut. Pemandangan ini membuat bu Sofi, Bobby, Ihsan dan ibu-ibu yang lain syok. "Maaf.. memangnya pak kyai mengenal dia?" tanya bu Sofi mewakili rasa penasaran semua orang yang berdiri menyaksikan mereka. Pak kyai tersenyum ramah. "Tentu saja, perkenalkan ini putri bungsu saya. Namanya Aynur." jawabnya singkat masih tersenyum ramah. Bagai mendengar petir di siang bolong, semua orang khususnya ibu-ibu yang sudah menghina Aynur seakan mendadak tak punya kekuatan untuk berdiri tegak saking kagetnya. "Ay- Nur?? tapi.. namanya tadi Rashe... da.." kata Ihsan bingung. "Namanya Rasheda Aynur Ahmadi, tapi panggilan kami untuknya Aynur..." jawab pak kyai masih tersenyum ramah. "Oh... tapi pak kyai, kok putrinya.. maaf, begini?" tanya ibu berbaju pink masih tidak percaya dengan pernyataan pak kyai. Kyai Mustafa tersenyum. "Mungkin ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua bu. Jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya saja. Selama ini jamaah pengajian mungkin menganggap saya seorang kyai yang mampu memberi contoh mulia untuk orang lain, padahal faktanya saya masih belum berhasil membimbing putri saya sendiri. Dan Nur yang anda lihat ini sebenarnya memiliki hati yang baik dan santun, Hanya saja banyak orang menilai salah hanya karena penampilan luarnya." jelas kyai Mustafa panjang lebar. "Masyaallah.. betul kan ibu-ibu, kita tidak boleh menghakimi seseorang tanpa melihat sisi lain orang tersebut." tambah Ihsan. Aynur kini menatap Bobby. "Sekarang kamu berani melamarku di depan bapakku ga Bob?? Aku mau kepastian!" tantang Aynur pada kekasihnya yang diam mematung. "Oh, ini yang namanya nak Bobby." kata kyai Mustafa sambil menatap dalam-dalam Bobby. "Apa kamu siap menjalani rumah tangga dengan Aynur? saya akan memberikan restu asalkan kamu bisa menjadi imam untuk putri saya dan mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik dan mulia." pesan pria paruh baya itu. "Bagaimana? apa kamu siap menjadi imam untuk Aynur?" tanya Kyai Mustafa lagi setelah menunggu beberapa saat dan tidak menerima jawaban dari Bobby.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN