"Mau ke mana? Tumben rapi. Padahal hari ini bukan jadwal kamu cek keadaan toko." Ujar Maya tanpa menatap Septian yang kini berdiri kaku di depan pintu rumah, tangan kanan wanita paruh baya itu sesekali membalikkan halaman majalah yang ia baca. "Ada janji mau traktir pegawai toko." Bohongnya. "Yakin?" Kali ini Maya menatap Septian dengan tatapan penuh selidik. "Papa nggak menyembunyikan sesuatu kan?" Septian tergagap, dia menggaruk bagian belakang kepalanya, membuat seringai kecil terpatri di wajah Maya. Jika suaminya bersikap seperti itu, artinya dia tengah berbohong. Pengalaman empat puluh dua tahun mereka menikah, mengajarkannya memahami gestur tubuh suaminya. "Nggak lah." Kilah Septian buru - buru. "Jujur aja. Mau ke mana kamu? Mau selingkuh lagi?" "Mama!" Desis Septian. Maya berde