3.TERTANGKAP BASAH

1289 Kata
Eve menggeliat pelan, disaat tubuhnya merasakan dingin. Dalam keadaan mata tertutup, tangannya menarik-narik selimut tebal yang ada di sekitarnya. Ketika kain tebal itu menghalau dingin yang menyerang, wanita itu tersenyum dalam tidur. “Rasanya hangat sekali,” gumamnya. Begitu selesai bergumam, perlahan Eve membuka matanya. Ia meregangkan kedua tangan sambil menghela napas panjang. Keningnya mengkerut, merasa aneh dengan pandangan matanya. Ruangan yang remang serta asing baginya. Kedua mata Eve terbelalak dan langsung beranjak dari posisi tidurnya. Menyapukan pandangannya ke sekitar ruangan yang gelap dan hanya lampu tidur yang menyala. Eve sadar jika ia sudah melakukan sesuatu. Tidur di ranjang orang asing, yang harusnya tidak ia lakukan. “Ya Tuhan, aku ketiduran,” jeritnya. “Bagaimana? Apa tempat tidurnya sangat nyaman?” Eve melonjak kaget ketika tiba-tiba terdengar suara pria yang cukup berat dan penuh penekanan. Matanya terus berusaha mencari, dari mana sumber suaranya. Pikirannya kacau dan juga takut. “Siapa kamu?” Ketika ia menetralkan pandangan, akhirnya ia bisa melihat, ada sosok yang tengah duduk di kursi, yang letaknya di sudut kamar. Seketika tubuh Eve melemas. Suara derap langkah, mendekat ke arah tempat tidur. Eve gemetar, bahkan untuk beranjak dari tempatnya sekarang, ia tidak punya tenaga. Rasanya ia ingin menghilang atau mungkin terbangun dari mimpinya. “Ka …kamu siapa?” tanya Eve terbata-bata. Sosok tersebut kini berdiri tegak di hadapan Eve. Wajahnya yang samar, perlahan menjadi jelas karena terpaan cahaya lampu tidur yang hangat. Kedua matanya menatap Eve dingin, dengan menampakkan smirk yang membuat bulu kuduk merinding. “Bahkan kamu tidak tahu siapa saya. Lantas, kenapa kamu berani tidur di tempat ini?” Tanpa pikir panjang, Eve langsung melompat dari tempat tidur. Ia sudah melakukan kesalahan besar. Dan tidak tahu, hukuman apa yang akan diterima. Eve langsung membungkuk di hadapan pria itu. “Saya minta maaf Tuan. Saya tidak sengaja dan saya sudah melakukan kesalahan besar. Tapi saya tidak bermaksud tidur di tempat Anda. Tolong ampuni saya, Tuan.” Tidak ada jawaban dari pria itu. Dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana dan kemeja hitam digulung sesiku, pria itu pergi meninggalkan Eve. Semakin membuat wanita itu takut dan bingung. Ditinggal tanpa jawaban, tentu saja Eve segera mengekori pria itu. Kepalanya tertunduk, tanpa berani menatap sosok tinggi tegap dan juga memiliki aura mengintimidasi. “Saya tahu saya salah. Saya benar-benar minta maaf.” Eve tetap berdiri ketika pria itu duduk di sofa. Menyilangkan kaki dan tubuhnya bersandar pada punggung tempat duduk berwarna hitam legam. Tatapan matanya masih fokus mengarah kepada Eve. “Kamu tahu siapa saya?” tanya pria itu dingin. Eve mengangguk ragu. “Anda …anda pemilik apartemen ini.” “Kamu tahu siapa nama saya?” Kali ini Eve menggeleng pelan, penuh ketakutan. “Maaf, saya tidak tahu.” “Dan kenapa kamu bisa ada di tempat ini? Siapa yang memberi izin masuk?” Langsung saja Eve menjatuhkan tubuhnya, kemudian berlutut di lantai. Mengangkat sedikit wajah, dengan kedua tangan bersikap memohon kepada pria di hadapannya. “Tuan, saya Evelyn keponakan Bi Sukma. Saya bekerja sementara, untuk menggantikan Bi Sukma karena dia sedang sakit. Saya hanya melakukan pekerjaannya yang diminta bibi. Selebihnya saya tidak pernah melakukan hal lain.” “Lalu malam ini, apa yang kamu lakukan?” Napas Eve tertahan dengan tubuh menegang. Ia tidak mampu mengelak karena sudah tertangkap basah. Eve benar-benar pasrah, apa pun hukuman yang akan diberikan. “Saya …saya tidak bermaksud seperti itu. Awalnya Cuma mau menyentuh, tapi saya malah ketiduran,” gumamnya pelan. “Jangan pernah datang lagi menginjakkan kaki di tempat ini. Kamu sudah dipecat!” Eve terkejut. Wajahnya kembali tegak dengan tatapan bingung. “Dipecat?” Pria itu mengangguk dengan sikap yang begitu dingin. “Tapi bukan Bi Sukma kan, yang dipecat?” “Kamu yang dipecat dan itu artinya dia juga. Dia sudah melakukan kesalahan besar dengan membawa kamu masuk ke tempat pribadi saya. Harusnya kalau dia tidak bisa bekerja, lapor kepada saya. Maka saya akan mencari penggantinya. Jadi sebagai hukuman, saya pecat dia.” Eve kehilangan kata-kata. Otaknya lumpuh dan tidak bisa berpikir. Semuanya seperti mimpi baginya. Ia ingin cepat sadar dan melupakan kejadian buruk ini. Pria itu beranjak dari duduknya. Meninggalkan Eve dengan kebingungannya. Bersikap dingin dan angkuh, dipertemuan pertama mereka. “Tuan!” Eve beranjak dari posisinya. Mengejar pria itu dan menahannya dengan cara memegang tangannya. Namun keputusan Eve salah. Pria itu justru menepis tangan miliknya dengan sangat kasar. “Keluar dari apartemen saya, sekarang juga!” “Tapi tolong jangan pecat bibi saya. Ini kesalahan saya dan saya siap bertanggung jawab asal jangan pecat bibi saya, Tuan.” Pria itu menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh sedikit, lalu berkata, “Ini kesalahan kalian berdua. Jadi jangan pernah melakukan penawaran lagi dan cepat keluar dari sini!” Langkah kaki Eve gontai, seakan tidak punya arah dan juga tenaga. Sebelumnya, ia sudah memiliki banyak malam yang berat. Dan kejadian hari ini, menambah lagi malam kelam di hidup wanita itu. Biasanya, ia akan memendam semuanya sendiri. Namun kali ini, ia tidak bisa melakukannya karena menyangkut nasib bibinya. “Sekarang aku harus ngomong apa ke bibi? Dia pasti marah dan juga sedih,” gumamnya. Eve menghentikan langkahnya, kemudian menengadah. Menatap langit gelap akibat polusi cahaya di ibu kota. Ia menghela panas kasar, karena dadanya terasa begitu berat. “Aku pikir, malam ini akan ditutup dengan perasaan bahagia. Nyatanya, malah terjadi hal yang membuat kepalaku terasa mau meledak.” Eve ingat kembali dengan kabar baik yang diterima di tempatnya bekerja. “Apa aku terlalu berlebihan dengan perasaan bahagia tadi, sampai akhirnya aku harus menerima kejadian buruk malam ini?” Eve menggelengkan kepala. Mengusap sudut matanya yang mulai basah. Rasanya ia ingin memukuli dirinya sendiri, atas kesalahan yang ia perbuat. “Harusnya aku fokus bekerja, bukan malah melakukan hal konyol seperti tadi. Kalau saja aku nggak ketiduran, pemilik apartemen itu pasti nggak akan semurka ini.” *** “Eve, kamu sudah pulang.” Eve memaksakan diri untuk tersenyum dan mungkin terlihat sangat aneh. Melihat bibinya masih terbaring di tempat tidur dengan wajah yang masih nampak pucat, hatinya merasa sakit. Bagaimana ia bisa berkata jujur, telah melakukan kesalahan besar sehingga bibinya harus kehilangan pekerjaan. “Bi, kenapa belum tidur?” “Nunggu kamu. Bibi yakin kamu pasti ke sini setelah menyelesaikan pekerjaan.” “Harusnya tidur saja. Gimana kalau aku nggak ke sini, bisa-bisa Bibi nggak tidur sampai pagi.” Sukma tersenyum. Tangannya memegang tangan Eve yang sedang duduk di tepi tempat tidur. “Gimana Eve, apa semuanya lancar? Kamu pasti capek, ya? Sudah makan apa belum?” “Aku sudah makan, Bi,” jawab Eve. “Pekerjaannya juga sudah selesai. Tapi …” “Tapi apa?” tanya Sukma. Wajah Eve nampak ragu. Ia bahkan menggigit bibir bagian dalam, karena tidak sanggup untuk jujur. Ini kesalahan yang mungkin sulit dimaafkan oleh Sukma. “Bi, aku dipecat sama pemilik apartemen karena tertangkap basah.” “Hah? Dipecat?” Eve mengangguk lemah. “Aku sudah melakukan kesalahan besar, Bi.” “Apa maksud kamu Eve? Kenapa kamu bisa dipecat Tuan Arnesh?” Eve menuturkan apa yang terjadi di apartemen milik pria bernama Arnesh. Nama yang baru kali ini Eve dengar. Dengan perasaan gugup serta takut, ia menuturkan semuanya tanpa ada yang ditutupi. Eve tidak akan lari dari masalah ini dan siap bertanggung jawab jika Sukma kecewa. “Aku minta maaf Bi. Aku nggak ada niat melakukan itu, tapi aku juga menyesal karena bersikap ceroboh.” Wajah Sukma semakin pucat dan tegang. Wanita itu tidak mampu bicara karena saking terkejutnya. Napasnya nampak berat dan juga memburu. Tangannya menepuk pelan dadanya yang terasa sesak. “Eve …Eve.” Panggilan Sukma begitu pelan dan terbata-bata. Tidak berselang lama, wanita itu pingsan dan tidak sadarkan diri. Eve panik melihat sang bibi. Ia memegang tangan wanita itu yang terasa sangat dingin. “Bibi, Bi Sukma kenapa? Bangun Bi!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN