Sebelumnya, semua hal yang berkaitan dengan tindak pidana di cerita ini nggak 100% real seperti di dunia nyata ya. Dalam proses hukum di dunia nyata sudah pasti lebih kompleks lagi jadi saya hanya mengambil beberapa poin (yang saya dapat dr berbagai website dan hasil diskusi dengan teman yang kuliah hukum) lalu sedikit 'dipoles' dengan tambahan drama biar bisa masuk ke cerita ini.
Jadi kalau ada yg merasa cerita ini gak sesuai sm ketentuan cara kerja di kehidupan asli mohon dimaklumi karena ini cerita fiksi
.
.
.
"Pi ... hiks ... tolong Pi ..." Tangis Lita makin kencang saat sang ayah menjawab panggilannya.
"Kamu kenapa Nak? Ada apa?"
"Papi aku diperkosa sama anak kesayangan Papi ... hiks hiks,"
Mata Wiratama terbelalak. "Apa?! Lita kamu bicara yang benar! Julian nggak mungkin melakukan itu."
"Papi masih mau ngebela dia Pi? Setelah apa yang udah dia lakuin sama aku hiks, bahkan dia masih di sini sekarang." Isakan sedih dari Lita membuat hati Wiratama sedih. Jantungnya tanpa sadar berpacu cepat mendengar kabar seburuk ini dari sang putri.
"Lita Sayang, jangan menangis Nak. Papi akan ke sana sekarang. Tolong kamu kasih tahu dimana lokasi kamu sekarang, oke?"
.
.
.
"Nona Lita?"
Suara itu membuat Lita menoleh wasapada.
Julian berusaha duduk sembari mengerutkan dahi bingung.
Apa yang terjadi? Mengapa mereka di-
"Tidak mungkin!"
"Apa?! Kamu mau nyangkal kalau sudah memperkosaku?!"
Mata Julian menyipit. Memperkosa? Seingatnya semalam Lita yang meminta disentuh meskipun ia sendiri tahu kalau semua itu pengaruh dari minuman Alkohol dan entah apalagi yang nona mudanya minum.
"Saya sudah menolak semalam. Dan saya sudah bilang kalau kita tidak boleh melakukannya. Kita pasti akan menyesal."
"Kita? Nggak! Cuma aku yang harusnya menyesal, sedangkan kamu pasti senang karena bisa tidur sama aku. Orang yang sudah nolak dinikahkan sama kamu. Egomu pasti merasa tinggi sekarang!"
Julian menggeleng, jelas tidak seperti itu.
Melirik bajunya yang tercecer di lantai. Ia akhirnya berusaha turun untuk berpakain. Meraih celana pendek dan memakainya saat tahu sang nona memalingkan wajah ke arah lain.
Ia tahu semalam Lita mabuk dan seharusnya ia tidak terbawa suasana hingga melakukan hal kotor seperti ini. Harusnya ia lebih berusaha kuat menolak dengan kewarasan yang masih ia miliki. Lalu sekarang, apa? Hanya penyesalan yang tersisa. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi ayah sang nona.
Ia diberikan tugas menjaga malah menjadi tersangka.
.
.
.
Wiratama terus berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Saat mengetahui lokasi hotel tidak jauh dari sebuah Pub elit. Ia terus berharap bahwa anaknya hanya mabuk di Pub hingga membuat Julian yang ia tugaskan untuk mengawasi Sang putri membawanya ke hotel terdekat. Bisa jadi Lita salah paham mengira dirinya mendapat pelecehan akibat Julian ada di kamar yang sama dengannya.
Ya betul, ia harap ceritanya seperti itu. Namun ketika pintu kamar yang ditempati oleh anak-anaknya dibuka oleh seorang perempuan, staff dari hotel yang turut serta untuk memastikan tindakan tak pantas di hotel mereka, Wiratama tahu semua hanya harapan. Mendapati sang putri duduk di atas kasur dengan penampilan berantakan dan tubuh terbalut selimut hotel.
Dan jangan lupakan penampilan si 'anak kesayangan' berdiri di samping kasur hanya dengan menggunakan celana pendek.
Mereka berdua menatap kaget ke arah Wiratama yang telah murka. Tanpa kata ia layangkan tinju yang cukup kuat ke wajah Julian hingga laki-laki itu terjungkal ke belakang. Membuat semua orang terpekik kaget termasuk Lita.
"Kurang ajar! Tidak tahu diuntung kau! Berani-beraninya kau menyentuh putriku!"
Julian hanya pasrah saat mendapat amukan dari Wiratama. Ia tahu ia salah dan menerima semua perlakuan ini.
"Bagaimana bisa kau melakukan perbuatan b***t ini pada putriku, hah?! Apa ini balasan atas semua kepercayaan yang aku berikan?!"
Lita memandang ngeri kemurkaan sang ayah pada Julian.
"Pak, tolong jangan main hakim sendiri Pak! Kita bisa serahkan masalah ini pada pihak berwajib. Pak, berhenti Pak!" Seruan dari staff hotel tak membuat Wiratama berhenti. Bahkan dua bodyguard yang berada di sampingnya tidak melakukan apapun. Sadar usahanya sia-sia, staf hotel tersebut keluar dan meminta pertolongan.
Setelah puas melampiaskan amarahnya. Wiratama berdiri sembari mamandang tajam tubuh Julian yang tergeletak di bawahnya.
"Kalian berdua, seret laki-laki ini ke kantor polisi. Pastikan bahwa ia menjadi penghuni abadi di balik jeruji besi."
Lita menangis, ia tidak tahu bahwa sang ayah akan bertindak seperti ini. Ia pikir dengan mengatakan jika ia diperkosa oleh Julian sang ayah hanya akan memecat laki-laki itu dari posisinya sebagai asisten pribadi sang ayah, dan tentunya ia tidak harus bersaing mendapatkan perhatian dari sang ayah karena selama ini Julian telah menjadi anak kesayangan sang ayah.
"Sayang... maafkan Papi Nak," Wiratama menangkup kedua pipi Lita, "Papi tidak tahu kalau laki-laki itu bisa membalas semua kebaikan Papi dengan merusak kamu." Lita sudah memeluk sang Papi ketika lelaki itu menangis.
"Maafkan Papi Nak ... Maaf. Harusnya kita tidak perlu mengenal dia."
.
.
.
To Be Continue~