Part 5 [Apa salahku?]

1905 Kata
Semua impian masa depannya telah hancur sekarang. Begitu hancur, sampai Kai tidak tahu lagi bagaimana cara memperbaikinya. Tidak ada pertunangan, pernikahan, atau merencankan perjalan bulan madu yang indah. Semuanya sudah tidak berguna lagi. Kai merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini karena tidak tahu kalau wanita yang ia cintai menikah dengan pria lain. Di sinilah Kai sekarang, duduk di salah satu kursi di sebuah klub malam. Musik diputar dengan keras di sini dan orang-orang terlihat menari bahagia sembari menikmati minuman mereka. Kai rasa hanya dirinya yang duduk dengan wajah yang menyedihkan dan sudah berulang kali meneguk minuman yang tidak akan pernah bisa membuat Laura kembali padanya, tapi tenggorokannya masih saja menginginkan minuman itu. Ponsel Kai yang tergeletak di atas meja berulang kali berdering karena telepon dari ibunya, tapi Kai tidak juga menjawab teleponnya. Sekarang, Kai bahkan menonaktifkan ponselnya, lalu ia masukan ke dalam saku celananya. Kai tidak ingin bicara dengan siapa pun sekarang, termasuk ibunya sendiri. Kai meneguk minumannya untuk kesekian kalinya dan kepalanya sudah terasa berat sekarang, tapi Kai tidak peduli dan kembali memesan satu minuman lagi. Di saat bersamaan, seorang wanita dengan gaun berwarna hitam yang panjangnya hanya sebatas paha dan memperlihatkan punggung mulusnya kini duduk di sebelah Kai dan memesan minuman yang sama dengannya. Dengan rambut panjang yang berwarna coklat kehitaman, bentuk tubuh yang indah, bibir yang merona, serta tatapan mata yang halus dan dalam akan membuat pria mampu menatapnya untuk waktu yang lama dengan berbagai fantasi yang berkeliaran di benak mereka, tapi pria yang duduk di sebelahnya bahkan tidak sekalipun menoleh padanya. "Kau terlihat memiliki banyak masalah." Wanita bernama Mila ini mulai bicara dengan Kai. Kai menoleh pada Mila, hanya sesaat dan tidak mengatakan apapun. Kai tidak tahu apakah wajahnya belum cukup terlihat tidak bersahabat hingga masih saja ada orang yang mendekatinya di saat sangat ingin sendirian. Mila menarik salah satu sudut bibirnya saat melihat Kai yang sangat tidak bersahabat. Ini yang menarik, Mila lebih bersemangat untuk sesuatu yamg terlihat sulit untuk didapatkan. "Duduk di sini dengan wajah yang menyedihkan tidak akan menghasilkan apa-apa untukmu. Kau harus bersenang-senang untuk memperbaiki suasana hatimu," ucap Mila lagi. Kai kembali menoleh pada Mila. Apa yang wanita itu katakan memang benar, semua ini tidak akan menghasilkan apa-apa untuknya, tapi memang hal menyenangkan apa yang bisa memperbaiki suasana hatinya? Kai tidak yakin hal seperti itu ada. "Tidak akan ada yang bisa memperbaiki suasana hatiku." Kai bicara pada Mila untuk pertama kalinya. "Kau bahkan belum mencobanya. Coba rasakan dulu dan setelah itu kau akan tahu hasilnya." Mila tersenyum pada Kai, lalu meneguk minumannya. Kai masih menatap lekat Mila. Kai tidak tahu apa yang baik untuk dilakukan sekarang, tapi sekarang Kai ingin melakukan sesuatu yang disebut menyenangkan oleh Mila. Sesuatu yang menyenangkan itu tidak akan bisa mengembalikan Laura padanya, tapi Kai berpikir setidaknya ia tidak terlihat menyedihkan dengan duduk diam di sini. "Tunjukkan padaku sesuatu yang kau sebut menyenangkan." Kai masih menatap lekat Laura yang terus tersenyum padanya. "Bagaimana kalau kita menari sebentar? Kau harus memulainya dengan berhenti duduk dengan cara yang membosankan seperti ini. Ayo." Mila meraih tangan Kai, lalu membawanya untuk bergabung dengan orang-orang yang menari dengan begitu bahagianya. Kai tidak bisa ikut merasakan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya tidak peduli berapa kali ia mencoba masuk ke dalamnya. Kai berdiri di lantai dansa, di antara banyak orang, musik yang keras, dan Mila yang mengalungkan tangan di lehernya, tapi Kai tetap merasa terasingkan dari keramaian ini. Setelah beberapa saat menikmati suasana klub malam, Kai dan Mila berakhir di sebuah kamar motel. Mereka melakukan ciuman yang penuh dengan gairah dan menginginkan kepuasan yang lain. Mila kini duduk di atas Kai yang saat ini telah terbaring di ranjang. Kai menatap Mila yang melepaskan gaun yang membalut tubuh rampingnya. Kai masih ingat kalau wanita yamg masuk ke kamar ini bersamanya adalah Mila, tapi kini ia melihat Laura yang duduk di atasnya dan tersenyum manis sembari melempar gaun itu menjauh agar tidak menghalangi pandangannya dari pemandangan indah yang ada di sana. Kai langsung terduduk sembari menahan punggung Mila agar wanita itu tidak jatuh saat ia bangun. Wajah Laura terlihat semakin jelas di depan Kai, membuatnya semakin b*******h untuk menyentuh tubuh wanitanya. Kai membelai lembut wajah Mila, saat Mila melepas satu persatu kancing kemejanya dengan tidak sabaran. Mila melepaskan kemeja Kai, lalu membuangnya ke lantai. Mila kembali membuat Kai berbaring dan meraih tangan Kai untuk menyentuh dirinya. "Aku akan membuatmu senang," ucap Mila, kemudian mencium bibir Kai dengan lembut. *** Seumur hidup Laura, ia tidak pernah membayangkan akan membuat orang yang begitu mencintainya menangis dan hancur karena dirinya. Di tengah kesunyian di ruang perawatannya, Laura ingin berteriak dengan keras, tapi pada akhirnya Laura merasa begitu lelah hingga yang dilakukannya hanya terdiam. Laura merasa begitu kosong dan sangat hancur setelah menyakiti Kai. Laura berharap Kai akan baik-baik saja, tidak apa-apa jika Kai benci padanya selama dia baik-baik saja. Di sisi lain, Darrel juga sedang duduk terdiam di sebuah kursi taman yang masih ada di sekitar rumah sakit. Saat ini, Darrel sedang menatap sebuah cincin yang merupakan pertunangannya dengan Sarah. Darrel meremas cincin itu dan ingin membuangnya, tapi ini bukanlah sesuatu yang bisa ia lakukan. "Siapa pria itu? Apa dia memiliki sesuatu yang tidak aku punya sampai kau memilih pergi dengannya?" Darrel bergumam dan membayangkan saat ini sedang bicara dengan Sarah. Darrel sangat penasaran dengan sosok pria itu. Setelah menemukannya, Dean bersumpah tidak akan membiarkan pria itu lepas begitu saja darinya, begitu juga dengan Sarah. Keesokan paginya, Kai terbangun dengan kepala yang masih terasa cukup sakit. Kai menatap sekelilingnya dan merasa asing dengan kamar ini. Satu lagi yang Kai sadari, selain kamar yang asing adalah dirinya yang tidak memakai apapun. Kai ingat sekarang, semalam, ia menghabiskan waktu dengan seorang wanita yang entah kenapa namanya tidak bisa ia ingat dengan baik. "Mira? Mila? Kenapa aku melupakannya?" Kai bergumam dan setelah itu menyesal karena telah melakukan itu dengan seorang wanita baru ia temui di klub malam. Kai menyalakan ponselnya dan sekarang sudah pukul 10 pagi. Kai melihat banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari ibunya, tapi Kai tidak akan fokus pada itu sekarang. Kai ingin memakai kembali pakaiannya, lalu pergi dari sini. Saat Kai mengambil dompetnya yang tergeletak di lantai, Kai menyadari kalau ia kehilangan hampir semua uang tunai yang ia miliki. Di dompet Kai hanya tersisa 5000 Won (Rp. 57.000) saja serta sebuah catatan kecil berwarna kuning yang bertuliskan, "Kau adalah pria terbaikku sejauh ini, tapi tubuhku tidak gratis. Aku sisakan sedikit agar aku tidak terlihat begitu kejam padamu. Semoga masalahmu cepat selesai." Dan tentu saja ini ditulis oleh wanita yang semalam tidur dengan Kai. "Sial!" Kai berteriak kesal. Setelah kehilangan Laura, lalu sekarang kehilangan uang juga. Semua ini membuat Kai sangat kesal, tapi tidak tahu harus ke mana melampiaskan kekesalannya. *** Karena kondisinya telah jauh membaik, maka hari ini Laura sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Laura akan kembali ke rumah di mana kehadirannya tidak pernah diinginkan. Kalau saja bisa memilih, Laura lebih baik tetap di rumah sakit, dari pada pulang karena entah apa yang akan Darrel lakukan padanya nanti. Tadi, Arthur datang lagi untuk mengetahui keadaan Laura dan senang karena putrinya sekarang baik-baik saja. Arthur ingin ikut mengantar Laura pulang, tapi Darrel menegaskan kalau itu tidak perlu. Laura yang tidak ingin melihat keributan mencoba membuat ayahnya mengerti. Laura juga tidak ingin ayahnya mendapat pelampiasan kemarahan Darrel. Dan pada akhirnya Laura hanya berdua saja dengan Darrel. Mereka tidak terlihat percakapan apapun selama perjalanan pulang. Sekali lagi, Laura tidak mengerti kenapa ia harus terjebak dalam hubungan seperti ini. "Baru beberapa jam menikah, kau sudah membuat masalah dan drama di rumah ini. Kakak dan adik memang sama saja, kan?" kalimat pedas dari Anna menyambut kepulangan Laura. Tanyakan pada putramu apa saja yang telah dia lakukan padaku. Memang apa salahku sampai pantas menerima semua ini? Peraturan mana yang tertulis kalau seorang kakak membuat kesalahan, maka adiknya wajib menyelesaikan masalah itu bahkan dengan mengorbankan masa depan, tubuhnya, bahkan mentalnya? Laura ingin mengatakan semua itu, tapi kini mulutnya tetap tertutup rapat. Laura bukannya takut untuk bicara, tapi sedang memikirkan apakah ada yang akan berubah ketika ia bicara banyak hal. Ketika tidak ada satu pun yang menghentikan Darrel untuk membuatnya menggantikan posisi Sarah, maka Laura tidak tahu lagi apa yang bisa diharapkan dari keluarga ini. "Seharusnya sejak awal aku melarang putraku berhubungan dengan keluargamu. Orang-orang seperti kau dan keluargamu memang selalu membuat masalah!" Anna kembali bicara dengan begitu pedas pada Laura. Devian yang hari tidak ke kantor bersama Darrel melihat betapa pedas kata-kata yang ibunya berikan pada Laura. Devian berharap Laura mengatakan sesuatu, tapi dia hanya diam saja. Setelah ibunya pergi meninggalkan Laura, Devian langsung mendekati Laura yang masih diam di tempatnya. "Pergilah ke kamarmu, lalu istirahat," ucap Devian pada Laura. Laura menoleh pada Devian, satu-satunya orang di rumah ini yang setidaknya bersikap lebih baik padanya, tapi dia sama saja seperti yang lain karena tidak menentang Darrel melakukan semua ini. "Apa aku memang pantas untuk semua ini? Karena Kakakku lari, apakah aku wajib menggantikan posisinya dan bertanggungjawab atas kesalahannya? Memang kesalahan apa yang aku lakukan?" Laura kini menatap lekat Devian. "Apa yang Darrel dan keluargaku katakan saat memintamu menggantikan posisi Sarah?" Devian balik bertanya pada Laura. Devian adalah anggota keluarga ini, jadi tidak mungkin dia tidak tahu apapun. Tapi jika melihat ekspresinya saat ini, Laura merasa kalau dia mungkin memang benar tidak tahu apa-apa. "Keluargaku memiliki utang pada keluarga ini dan aku harus menikah dengan Darrel atau Ayahku akan dipenjarakan karena tidak bisa membayar utang dalam waktu dekat." Laura pun akhirnya menjawab pertanyaan Devian. Devian tidak menyangka keluarganya bisa melakukan hal seburuk ini pada Laura dan ayahnya yang tidak tahu apa-apa tentang menghilangnya Sarah. Setelah mendengar jawaban itu, Devian langsung menemui ayah dan ibunya yang sepertinya sedang bersantai di ruang baca. Laura tidak peduli apa yang akan Devian lakukan karena ia merasa tidak akan ada yang berubah. Bahkan jika Devian memang baik, tapi lagi-lagi dia adalah bagian dari keluarga ini dan orang tuanya bisa dengan mudah mengendalikannya. Saat Laura pergi ke kamar, Darrel kembali lagi karena baru saja mendapat telepon kalau terjadi beberapa masalah di salah satu kantor cabang dan masalah ini harus segera bicara dengan ayahnya. Devian dan Darrel memang telah mengurus perusahaan sekarang, tapi kekuasaan tertinggi masih dipegang oleh Liam, ayah mereka. Setelah bertanya pada salah satu pelayan ada di mana ayahnya sekarang, Darrel langsung pergi ke tempat yang dimaksud. Saat sampai di ruang baca, Darrel mendengar kakaknya yang sedang bicara tentang utang Arthur. Kakaknya bersikeras akan membayar utang itu, agar Laura bisa bebas dari ketidakadilan ini. "Darrel memperlakukan Laura dengan buruk, bahkan dia masuk rumah sakit tidak lama setelah menikah. Jangan mendukung Darrel untuk menjadi orang yang buruk seperti ini. Kalian harus memiliki putra yang berkelakuan baik." Devian terus meyakinkan kedua orang tuanya. "Tidak ada yang membutuhkan uangmu." Dan Darrel dengan cepat membalas ucapan Devian hingga semua mata tertuju padanya. "Lagi pula dari mana uangmu berasal? Dari keluarga ini juga, kan? Urus saja hidupmu sendiri dan jangan mengusik rumah tanggaku," ucap Darrel lagi untuk memperingatkan Devian. Devian mendekati Darrel. Adiknya sudah berubah, itulah yang saat ini Devian pikirkan saat ini. Devian pun berkata, "Tapi ini salah karena kau melampiakan kemarahanmu pada Laura dan ayahnya. Ke depannya, kau bisa saja kehilangan kendali atas kemarahanmu sendiri, lalu kau akan melakukan sesuatu yang akan kau sesali seumur hidupmu." Devian terlihat sangat khawatir hingga Darrel berpikir kalau kakaknya mungkin pernah berada dalam posisi itu sebelumnya. Kekhawatiran itu terlihat terlalu berlebihan di mata Darrel. "Kakak terlihat seperti pernah membunuh seseorang karena kemarahan yang tidak terkendali." Dan balasan dari Darrel membuat Devian sangat terdiam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN