MS 10: Mulut

1467 Kata
(*❛‿❛)→ yess, ketemu lagi yaa. Oke, ini part lanjutannya. Selamat Membaca! Jangan lupa follow Sisil ya biar uptudate karya baru. ❤️ “Haatchiuu!” Andreas tiba-tiba bersin lagi setelah kereta terakhir meninggalkan halaman rumahnya. Pria itu menggosok-gosok hidungnya dan merasa heran karena tidak biasanya ia bersin meskipun udara sedang buruk. Begitu ia masuk ke dalam rumah, barulah ia tahu penyebabnya bersin-bersin. Ada gadis yang terus menerus menyebut namanya disertai gelar kemungkaran. “Andreas Bradford Bournemouth berengsek! Kau seorang baji.ngan sampai tulang belulang. Dasar pria licik dan suka memanipulasi orang. Lembu berahi yang senang mengantongi kesengsaraan orang lain.” “Apa? Aduh, telingaku sakit! Astaga, aku tidak bisa mendengar!” keluh Andreas sambil menutupi telinganya dan melengos di depan Sylvia. Gadis itu berlari kecil mengiringinya. “Jangan pura-pura tidak mendengar, Andreas. Kau tidak mabuk aku yakin kau mendengar dan memahami dengan jelas maksudku.” Buk! Pria itu berhenti mendadak sehingga Sylvia menubruknya dan jatuh terduduk. “Oh, astaga, kau pun mengasariku. Dasar Andreas berengsek! Kau pikir aku takut denganmu? Kau salah, aku bukan takut denganmu, tetapi aku sangat membencimu sampai aku mau muntah rasanya.” Dante dan Latanza yang berdiri tidak jauh dari suami istri baru itu mengamati dengan perasaan waswas. Andreas berbalik menghadap Sylvia dengan mata dipicingkan dan meringis seakan menahan sakit. “Aku mengasarimu? Sejak awal di rumah ini kau yang terus-terusan memakiku padahal aku tidak melakukan apa pun padamu,” Andreas balik menuding dengan tangan berkacak pinggang, tidak berniat membantu Sylvia berdiri. “Aku menyuruhmu melakukan sesuatu yang berguna, bukannya mengguruiku dan menguji kesabaranku. Karena inilah aku tidak tertarik dengan gadis lugu. Sok suci dan mudah terbawa perasaan” Sylvia berdiri sendiri dan mendongak untuk beradu pandang dengan pria itu. “Aku sebelumnya adalah perawan dan aku masih suci sampai kau merusakku. Kau menyentuhku di luar keinginanku, mempermalukanku dan menikahiku sebagai bagian permainanmu.” “Aku apa?” Andreas menunjuk wajahnya sendiri lalu menoleh ke sana kemari penuh penyesalan. “Oh, pantas saja George Alcaster menukar putrinya dengan gadis ini. Dia gila dan histeria. Benar-benar, rupanya aku dipecundangi Alcaster lagi!” “Aku tidak gila dan histeria. Aku waras dan aku tidak perlu mabuk-mabukan untuk menutupi kelemahanku!” Ucapan itu membuat Andreas terdiam dan melotot pada Sylvia. “Apa kau bilang tadi?” geram Andreas. “Mabuk dan menghilangkan kawarasanmu hanyalah bentuk pelarianmu dari kenyataan. Kau lemah! Sesuai dengan tubuhmu yang besar, tetapi tidak berotak. Kau lemah dan bodoh!” Dante, Latanza, dan Eva yang baru muncul di pinggir ruangan, mulut mereka terbuka lebar, terperangah mendengar ucapan Sylvia. Jemari Andreas terkepal dan rahang bergerit. “Kau benar-benar menguji kesabaranku, manis ... dan perlu kau tahu batas kesabaranku sangat tipis. Kali ini kau sudah keterlaluan! Akan kutunjukkan seberapa bajingannya aku!” Tanpa basa-basi Andreas menarik lengan istrinya dan mengangkat tubuh mungil gadis itu ke pundaknya. “Apa yang kau lakukan, berengsek! Oh, tidak! Tidak! Lepaskan aku!” Sylvia meronta dan berteriak memaki, tetapi tidak ada seorang pun bereaksi. Tidak ada seorang pun berniat menolongnya. Mengabaikan tatapan orang lain di rumahnya, Andreas membopong tubuh gadis itu menuju ke lantai dua. Andreas melempar tubuh Sylvia ke ranjang di kamar sang Nyonya dan ia pun bergegas naik ke ranjang itu untuk menindih Sylvia sehingga tidak seinci pun gadis itu bisa bergerak. Mereka terdiam sesaat untuk saling tatap penuh kebencian. Andreas menyengir sinis. Memukul wanita bukanlah tindakan yang akan dilakukan pria dengan kearoganan seperti dirinya. Ia punya cara yang lebih baik untuk menghukum gadis itu. “Agar kau tahu, manis, jangan pernah menyebut seorang pria lemah!” desis Andreas lalu ia melahap bibir gadis itu yang terasa manis meskipun mulutnya kerap mengeluarkan perkataan kasar. Ia tahu sentuhan darinya akan sangat menyiksa dan ciuman darinya adalah senjata terbaik untuk menunjukkan pada gadis itu bahwa ia adalah penguasa di rumah itu. Berengsek! Berengsek! Sylvia memaki dalam hati di sela helaan napasnya yang diburu cumbuan memaksa Andreas. Matanya terpejam menahan sakit ditindih tubuh berat dan besar itu, tetapi ciumannya kali ini tidak sehoror sebelumnya. Aromanya lebih segar dengan jejak kayu manis dan rasanya sangat manis seolah Andreas baru saja mengulum gula batu. Sylvia berusaha mendorong pria itu, tetapi usahanya sia-sia. Kedua tangannya dicengkeram dan terhimpit di antara tubuh mereka. “An-dre-as ... hen-ti-kan! Hen-ti-kan ... hmmmppp!” Bibir pria itu tidak memberinya kesempatan protes dan bernapas. Perlawanan yang sia-sia dan otaknya pun mulai kekurangan oksigen. Sylvia pun melemah dan tidak kuasa melawan cecapan Andreas atas bibir yang semula hanya pernah disentuh oleh pria itu. Si Berengsek yang mencuri ciuman pertamanya dan sekarang mengecapnya sesuka hati dengan jumlah yang tidak terhitung lagi. Hanya deru napas dan geraman Andreas yang terdengar lebih nyaring daripada isakan tidak rela istrinya. Dalam mulutnya, bibir mungil itu sekarang terasa lebih sintal dan mengembuskan desahan lembut. Ketika ia memutus ciumannya, gadis itu kembali memaki lemah, “Berengsek kau, Andreas!” “Kau membuatku melakukannya, manis. Sekarang rasakan sendiri bagaimana jika hal yang kau benci berada dalam mulutmu. Apa kau masih bisa menolaknya atau kau akan benar-benar malu telah bereaksi menginginkanku?” Sylvia seolah mendengar pria itu terkekeh mengejeknya. Namun tidak ada satu pun kata bisa terucap karena lidahnya telah terkunci dalam relung mulut hangat Andreas. Andreas membekap mulutnya lagi dengan ciuman. Tidak pernah menyangka sebelumnya pria itu bisa berasa sangat unik. Rasa seorang laki-laki. Liar, bebas dan menguasai. Tidak pernah menyangka cumbuan di bibir menimbulkan rasa yang menyebar dan membuat otaknya tidak bisa berpikir, seperti minuman memabukkan. Seperti inikah rasanya jika berhubungan suami istri? Ada rasa berdebar-debar dan desiran aneh disekujur tubuh yang membuat tubuhnya bergerak tidak karuan serta ingin mengucapkan sesuatu kata yang tidak utuh. Ia ingin menuduh Andreas melakukan kejahatan padanya, tetapi rasanya tidak mungkin karena status Andreas sekarang adalah suaminya. Pria itu berhak atas setiap detail tubuhnya. Bukan hanya di bibir, Andreas pun mulai mengklaim apa yang sudah sewajarnya menjadi miliknya. Ia meneruskan cumbuannya ke leher Sylvia, merobek gaun gadis itu yang memang sudah rapuh karena lusuh dan ia yakin sudah dikenakan gadis itu selama bertahun-tahun atau pemberian sanak saudara. Ia tidak menyangka keluarga Alcaster ada yang miskin. Semula ia mengira mereka pengusaha yang cukup berada. Ia menarik dengan kasar gaun lusuh Sylvia, menyisakan kamisol tipis yang tidak kalah lusuhnya meliputi tubuh halus merinding ketakutan. Mata biru laut Andreas menggelap dan memicing tajam tidak terpengaruh pada penampakan memelas gadis itu. Sylvia masih punya keberanian membalas tatapan nyalang Andreas dengan sorot memohon. Dia mendekap tubuhnya sendiri, melindungi belahan dadanya yang tidak seberapa menonjol, tetapi rasanya sangat memalukan jika pria itu menatapnya seakan hendak memakannya. Andreas benar-benar membuktikan ancamannya. Ia menerkam Sylvia, mencumbunya lagi dengan lebih gusar dan membuka tangan gadis itu agar ia bisa menyibak gaun tipis yang menjadi lapisan dalamnya. Ia pun tidak kepalang tanggung melumat buah perawan gadis itu dengan rakus karena ia tahu ukurannya masih bisa dipompa lagi menjadi lebih padat dan berisi. “Andreas, aaahhh!” Gadis itu terpekik dalam desahan napas yang tersengal. Sekujur tubuhnya memerah, begitu pun pipinya yang berbintik-bintik halus menjadi semakin merah oleh sentuhan Andreas. “Jangan ...,” desahnya. Belum pernah Sylvia disentuh seperti itu oleh seorang pria dan lagi-lagi Andreas adalah orang pertama yang menyentuhnya sedemikian rupa. Sylvia mulai kehilangan akal sehatnya. Ini tidak boleh terjadi, bentaknya dalam hati. Dia tidak boleh menyerah pada pria seberengsek Andreas. Lagi pula, laki-laki ini bisa jadi membawa penyakit dan .... Oh, sekelebat bayangan bagaimana pesta bugil Andreas bersama puluhan wanita membuat kesadaran Sylvia pulih. Ia tidak ingin menjadi salah satu persinggahan Andreas lalu ditinggalkan bersama penyakit kelamin. Sylvia berpikir keras. Apa yang bisa dilakukannya untuk melepaskan diri dari kendali Andreas? Sebagai perempuan, Sylvia hanya memiliki senjata terakhir sekaligus yang paling efektif, yaitu air mata. Ketika ada kesempatan membuka mulut, Sylvia pun terisak memelas. “Kumohon, Andreas, jangan lakukan hal ini padaku. Kau bilang aku tidak akan menjadi b***k seksmu, aku bukan seleramu .... Kumohon, aku akan memperbaiki sikapku, aku tidak akan mencampuri urusanmu. Aku bersumpah ....” Mendengar lirihan itu, Andreas pun terdiam lalu dengan cepat menarik diri dari Sylvia. Wajahnya menggelap dan mata menyorot tajam, menghunus gadis itu dari tepi ranjang. Sylvia beringsut dan menenggelamkan separuh wajahnya di balik bantal sekaligus menutupi buah dadanya. “Ini sebagai peringatan bagimu, manis. Jangan mulai memprovokasiku lagi, atau kau akan menghadapi konsekuensi yang sangat fatal!” ancam Andreas. Sylvia pun mengemut bibirnya yang meradang, mencegahnya menyahut. Semarah apa pun dia terhadap Andreas, untuk adu kekuatan dengan pria itu dia sudah pasti kalah. Mengalah adalah jalan terbaik. Untuk saat itu. Andreas pun melangkah ke luar kamar dan menutup pintu kamar dengan keras hingga berdebum nyaring dan dinding rumah bergetar. Ia mengunci pintu dari luar sebagai bentuk lain hukuman untuk gadis itu. Memang sebagai tawanan lebih baik dalam kurungan daripada keluyuran dalam rumahnya. Jika dibiarkan bebas, perlahan-lahan gadis itu akan mengambil alih kendali di rumahnya dan tidak menutup kemungkinan mengatur hidupnya. Jika sudah begitu, akan sangat sukar baginya mengendalikan diri. * Bersambung .... (03/11/2020) Hayo looh, duluan siapa ntar yang kalah adu perasaan? ԅ( ͒ ۝ ͒ )ᕤ awokwokwowok Jangan lupa follow IG Sisilianovel (❤️) See you gaes ( ˘ ³˘)♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN