Tujuh

989 Kata
Ken menyambut kedatangan para sahabatnya. Mereka saat ini berada di apartemen mewah milik Ken, Ken sengaja membawa mereka kemari karena jika dibawa ke mansion pribadinya teman-temannya itu akan berbuat kekacauan jadilah disinilah tempat teraman. Lagipula mereka juga sudah Ken siapkan kamar hotel masing-masing dengan fasilitas terbaik. "Ingatlah jika negara ini berbeda dengan negara kalian. Kalian harus tetap menjaga sopan santun dan jangan berbuat tidak senonoh disini." "Ya ya tenanglah brother, kami akan jaga sikap kami." Mempercayai janji teman-temannya, Ken mengundang mereka untuk ikut serta dalam pesta perayaan ulangtahun perusahaan. Ken sudah siap dengan setelan jasnya, membuat dirinya semakin gagah dan tampan. Sudah sangat siap untuk pergi memulai puncak acara malam ini. Mereka akan datang bersama-sama dengan sebuah Limosin milik Ken. Ken turun pertama kali diikuti Daniel, William dan juga Robert. Kedatangan mereka tentu menjadi pusat perhatian semua orang yang hadir, selain tampan mereka adalah pembisnis yang sukses tak perlu diragukan lagi. Ken membiarkan teman-temannya berbaur dengan yang lain saat ia pun harus mengucapkan sepatah dua patah kata basa-basi dengan para karyawan seniornya sebagai sebuah formalitas. Tapi matanya tak henti melirik kesana kemari mencari seseorang yang belum terlihat batang hidungnya. "Pak Ken, silahkan ini waktu Anda untuk berpidato." Ken mengangguk sekali dan berjalan dengan tegas kearah podium yang telah disiapkan, mengucapkan kata sambutan dan terimakasih untuk partisipasi semua orang atas pesta ini. Hingga saat ia selesai, langsung saja ia duduk dimeja yang sudah disiapkan untuknya juga para sahabatnya. "Pesta yang lumayan." Ken membuang matanya tak peduli saat kata itu diucap oleh William, sahabatnya yang merupakan seorang pemilik perusahaan entertainment besar. "Ini sudah lebih dari cukup, hanya ulang tahun perusahaan dan bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan." "Aku tidak masalah dengan pestanya meskipun aku sependapat dengan Willy, wanita-wanita disini begitu cantik dan seksi. Pakaian kerja yang luar biasa." Puji Daniel dengan senyum miring mesumnya. Terserah apa yang dikatakan teman-temannya, Ken tak peduli. Ia hanya ingin melihat apakah Shaila benar-benar datang atau tidak. "Ken sedari tadi ku perhatikan kau lihat kesana kemari, Apa yang sebenarnya kau cari?" Ken membuang muka dan dengan tegas menjawab pertanyaan Robert yang begitu peka akan keadaan. "Tidak." "Mungkin dia lelah dan ingin cepat-cepat pulang. Tapi tidak denganku, setidaknya aku harus membawa dua atau tiga wanita seksi dari sini ke hotel." "Jaga sikapmu selama disini." Sinis Ken, ia sudah ragu dari awal dengan Daniel jika pria itu akan memenuhi janjinya untuk bersikap baik dinegara ini. "Mereka adalah karyawanku." "Jika mereka tidak menolak, tentu kau tak punya hak untuk kami bisa bersenang-senang." Daniel tetap saja keukeuh ingin mendapat mangsa. "Aku sedari tadi memperhatikan wanita cantik itu, tubuhnya sangat indah dan aku tau di sangat berpengalaman." Ken dan yang lain mengikuti arah pandang Daniel, Ken menegang seketika. Jangan katakan wanita yang dimaksud Daniel adalah Shaila? Karena wanita itu tengah mengobrol dan tertawa dengan karyawan yang lainnya. "Yang mana?" "Itu yang paling cantik, memakai outfit hitam." Ken mendengus sebal saat orang yang ditunjuk Daniel benar-benar Shaila tapi sebelum itu ia membelalakan matanya tak percaya melihat penampilan luarbiasa Shaila. Ia jadi kesal sendiri saat ini, mengapa ia tak tahu jika tubuh Shaila seindah itu? Bahkan hanya dengan outfit kerja yang masih sopan pun wanita itu tetap menjadi bintangnya. Rasanya ingin ia cungkil semua mata pria b******k yang menatap miliknya secara terang-terangan, sialnya wanita itu benar-benar menjalankan apa yang ia suruh. Ia berjanji akan menghukum wanita itu nanti. Shaila membuat terkejut semua teman-temannya dengan penampilan malam ini, bahkan para atasan kantornya pun tak mengenalinya dengan bentuk tubuh asli ini. Tapi Shaila tak ambil pusing, ia hadir disini dengan terpaksa membuka identitas palsu fisiknya hanya untuk mendapat dukungan dan penilaian baik agar dapat menduduki posisi yang ia inginkan. Sudah satu jam pesta ini berlangsung dan entah sudah berapa banyak lelaki yang dulu pernah mengajaknya make out muncul kembali dengan penawaran yang sama. Sungguh sial dan sangat sudah terbaca sejak awal, tapi Shaila harus menahan dirinya. "Saya pangling lihat kamu begini, kalau saja dari awal kamu begini pasti jabatan kamu sudah naik." Shaila hanya tersenyum kecil membalasnya meski dalam hati mengutuk salah satu atasan wanita didepannya. Shaila tahu betul maksud wanita ini, ucapannya berarti Shaila bisa menggunakan tubuhnya untuk mendapatkan jabatan yang ia inginkan seperti wanita didepannya ini. Sudah terlihat dari pakaian juga sepak terjangnya dikantor wanita yang bernama Maura didepannya ini binal bukan main bahkan terlalu murahan hayuk sana sini dijebol sana sini. "Iya, kamu pake badan besar aja gak hilang wajah cantiknya. Dan sekarang malah ditambah body goals macam ini." Sahut Lolita yang berada disebelah Maura. Shaila hanya bisa mengucapkan kata terimakasih meskipun ia tak ambil pusing semua ucapan dua wanita yang sepertinya tampil paling seksi malam ini. Karena merasa tak nyaman, Shaila pamit undur diri ke toilet. Pasalnya ia sudah cukup lelah berkeliling beremeh-temeh mencari muka dan basa-basi busuk dengan para seniornya berharap penampilannya malam ini bisa membuat mereka mendukung Shaila naik jabatan. Selama perjalan ke toilet begitu banyak pujian diberikan padanya yang hanya bisa dibalas oleh Shaila dengan senyuman. Melangkahkan kaki melewati lorong-lorong untuk menuju ke toilet setelah bertanya pada petugas setempat, Shaila sedikitnya merasa lega karena lepas dari rasa tak nyaman. Selepas buang air kecil, Shaila mencuci tangannya lalu memperhatikan wajahnya jika-jika makeup nya rusak atau lainnya. "Sudah cantik, tidak perlu diperhatikan terus. Kamu berhasil menjadi bintang malam ini." Shaila terkejut saat mendengar suara dengan sarat kemarahan itu, lebih terkejut lagi saat big boss bersandar di pintu toilet dengan gaya tangan dimasukkan ke kantong celana. "Anda? Kenapa ada disini?" Rasa cemas juga kalut Shaila rasakan saat wajah yang ia akui tampan itu mengeras dan berjalan penuh kepastian kearahnya. "Apapun bisa aku lakukan. Termasuk mendapatkan kamu." Terkejut bukan main bahkan Shaila sampai memekik saat tubuhnya ditarik hingga membentur tubuh kuat milik Kendrick, tak sampai disitu kejutan yang Shaila dapatkan. Bahkan dengan lancangnya pria yang berstatus boss besar itu mencium bibirnya kasar tak memberi kesempatan untuk Shaila bicara. "Hmmpp.." Meski syok melanda diri Shaila, otaknya langsung bekerja dan segera mencoba melepaskan diri dari Kendrick yang sudah bagai banteng gila menyerang bibirnya. Vote and Comment!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN