Di ruang kerja terlihat laki-laki tampan sedang duduk di kursi kerja sambil memutar-mutar kursi ditempat ia duduk saat ini karena dirinya dari tadi sangat kesal dengan jam ditangannya yang sangat lama menunjuk ke arah jam 7, ingin rasanya ia mempercepat jam di tangannya itu namun tetap saja waktu tidak dapat ia putar dengan seenaknya ia memutar jarum jam.
"Kenapa lama sekali?!" kesal Brian yang mulai sangat gerah, padahal AC di dalam ruang kerjanya itu menyala. Brian pun beranjak dari kursinya karena sudah sangat bosan menunggu, bukan karena menunggu karyawannya yang datang melainkan menunggu orang yang sangat spesial di dalam hidupnya.
"Apa aku kosannya saja?" gumam Brian bertanya dengan dirinya sendiri.
"Tapi tidak mungkin, orang-orang akan malahan bergopib nanti," ucap Brian kesal dan akhirnya Brian kembali lagi ke kursinya, saat duduk pun Brian langsung menghempaskan dirinya sedikit kasar karena sudah benar-benar bosan sekarang.
"Apa yang akan ku lakukan untuk menghilangkan rasa bosan ini?" gumam Brian, lalu Brian pun mengambil ponselnya dan menelpon seseorang entah apa yang ia bicarakan hingga sebentar saja bahkan semenit pun tidak sampai, lalu kemudian Brian mengakhiri panggilannya.
Sudah sejam lamanya Brian menunggu kini perlahan-lahan karyawannya telah datang bekerja, namun bukan itu yang ia cari melainkan kehadiran Manda, Brian terus celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu sekarang. Bahkan Brian pun menanyakan kepada karyawan-karyawannya seperti mencari orang yang hilang saja saat ini.
"Kemana gadis itu?" tanya Brian dalam hatinya sambil mondar-mandir. Padahal ketika melihat jam di tangannya sudah hampir jam 6.35, namun Manda belum juga ada di kantor.
"Gadis itu bikin aku pusing saja!" kesal Brian.
"Permisi Pak, pagi ini kita ada jadwal pertemuan dengan klien di restoran Sea Food," jelas seketaris Brian bernama Limey yang sudah berusia 25 tahun itu.
"Sial! Kenapa harus ada segala pertemuan segala hari ini?" gumam Brian didalam hatinya sangat kesal.
"Apa tidak bisa dibatalkan?" tanya Brian.
"Mohon maaf Pak karena sebelumnya bapak sudah membatalkan pertemuan dengan klien itu juga, jadi saya harap kali ini bapak bisa menemui klien kita karena klien tersebut besok sudah berangkat ke Amerika," jelas Limey.
Mendengar itu, Brian semakin kesal namun disisi lain pertemuan dengan klien kali ini memang sangatlah penting untuk keuntungan perusahaannya dan Brian hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar sekarang.
"Baiklah, kita berangkat saja sekarang. Berkas untuk menanda tangani surat kontrak kerja samanya sudah kamu bawa, kan?" tanya Brian.
"Sudah semua, Pak," jawab Limey.
Mereka berdua pun langsung saja turun kebawah mengunakan lif dan menuju ke parkiran karena pertemuan dengan klien hari ini sebenarnya jam 7 pagi, namun karena kelalain Brian kliennya harus menunggu keterlambatan dirinya, Limey pun mengira bosnya itu mengingatnya juga karena tadi pagi dirinya juga telah menelpon bosnya itu dan mengingatkan Brian. Tapi, ternyata Brian sepertinya mengabaikan ucapan Limey karena memikirkan Manda yang tidak kunjung datang kekantornya, sehingga dirinya tidak fokus lagi bekerja.
Saat Brian sudah berangkat keluar memakai mobil, ia tidak melihat keberadaan Manda yang baru saja masuk kedalam kantornya, sedangkan Manda bersembunyi-sembunyi supaya tidak terlihat oleh Brian karena dirinya takut jika Brian melihat dirinya telat bekerja dan memarahinya nanti, namun untungnya Brian tidak melihatnya.
"Untung saja buaya itu tidak melihat ku," gumam Manda, sambil merapikan sweater nya yang berada dilehernya untuk menutupi bekas ciuman Brian tadi malam.
"Sebaiknya aku secepatnya naik ke atas saja mengerjakan tugas ku," ucap Manda yang langsung saja berlari kecil walaupun sebenarnya miliknya yang berada di bawah masih terasa sakit karena ulah bosnya itu.
Saat Manda hampir sampai ke tempat dimana dirinya harus bekerja, ia tidak. sengaja melihat 2 orang gadis sedang menghadang dirinya dengan wajah yang terlihat jijik dan tidak suka padanya.
"Maaf, permisi, Mbak," ucap Manda yang berusaha untuk menghindar, namun kedua gadis itu sepertinya bersih kekeh menghadang jalan Manda.
"Enak saja ingin masuk begitu saja! Sudah terlambat tidak tahu diri pula!" ucap seorang gadis yang bernama Melisa yang sudah berusia 25 tahun itu.
"Maafkan saya mbak, hari ini keadaan saya kurang enak," ucap Manda mencari alasan sambil memegang sweater di lehernya.
"Jangan banyak alasan kamu!" bentak Melisa kepada Manda dengan cukup nyaring sehingga semua orang menatap kearahnya dengan sinis dan Manda pun hanya bisa menunduk malu saja, ia tidak berani melawan apa lagi dirinya hanya seorang karyawan cleaning service dan belum lagi dirinya baru saja bekerja di kantor itu 2 hari lamanya.
"Kenapa diam saja?!" sahut teman Melisa bernama Rerei yang sudah berusia 24 tahun lebih muda sedikit dari Melisa sahabatnya.
"Lagian saya harus jawab apa?" tanya Manda. Mendengar Manda berbicara seperti itu seketika Melisa naik darah dan ingin rasanya menampar wajah Manda saat ini juga, selama ini orang-orang tidak berani menyahuti ucapannya dan hanya diam menunduk saja.
"Sebagai hukumannya, sekarang kamu beli makanan untuk kami di luar!" ucap Melisa.
"Tapi—" ucap Manda terpotong.
"Kamu mau saya laporkan atau membeli makanan?" tanya Melisa.
"Baiklah, uangnya mana?" tanya Manda.
"Ya, kami tidak punya uang dan kami pinjam uang mu saja nanti kami ganti!" ucap Melisa berencana untuk membodohi Manda.
"Saya juga tidak punya uang," ucap Manda jujur, dirinya memang tidak banyak memiliki uang dan hanya tersisa 500 ribu saja itu pun untuk biaya makannya selama sebulan nanti dan Manda tidak ingin untuk memakai membelikan makanan untuk gadis yang berada di hadapannya itu.
"Sini tas kamu!" ucap Melisa, ia tahu Manda membohonginya saat ini. Namun, Manda tidak ingin memberikan tasnya malahan dirinya memegang erat tas supaya Melisa tidak merebut darinya.
"Cepat!" ucap Melisa dan Manda tetap saja tidak ingin memberikannya sama sekali kepada Melisa, hingga pada akhirnya Melisa sangat marah besar ketika Manda sangat melawan dan tidak ingin menuruti perintahnya.
"Lepaskan tangan mu, sini! Aku tahu kamu memiliki uang, cepat berikan!" ucap Melisa berusaha menarik tas Manda dengan sangat kasar dan Manda pun sekuat mungkin mempertahankan tasnya, hingga tanpa sengaja Melisa menarik sweater berada di leher Manda, sehingga seluruh bekas ciuman di leher Manda terpampang dengan sangat jelas, semua orang pun tercengang melihat ke arah Manda terutama mata mereka tertuju ke arah lehernya.
"Lihatlah gadis murahan ini! Sepertinya ini alasannya terlambat bekerja!" ucap Melisa senang membuat Manda malu di hadapannya banyak orang.
"Kembalikan sweater ku!" ucap Manda berusaha merebut sweater di tangan Melisa, namun Melisa malah memberikan kepada yang lainnya, bahkan tasnya berhamburan di lantai pun tidak ia perdulikan lagi sekarang.
"Tolong kembalikan, aku mohon!" ucap Manda, matanya pun sudah mulai berkaca-kaca sekarang.