8. Kapan punya calon ?

1278 Kata
    Fira masuk kedalam club untuk berpesta , dan ini pertama kali dalam hidupnya dia bisa ada diacara seperti ini. Brian tidak berbohong dengan mengatakan akan menjaganya, pria itu selalu ada disebelahnya dan juga Brian memesankan orange juice untuk Fira. Dimeja itu banyak sekali orang yang Fira sendiri tidak semua mengenalnya. Sudah satu jam berlalu, dan Fira masih duduk disana dengan Brian yang berada disebelahnya. Brian yang mulai jengah akhirnya menggenggam tangan Fira. "Kita turun yuk, dari pada liatin mereka ini. Mending turun." Fira melihat tautan tangannya dan Brian, "Is...elah, cuma pegang tangan doang Ra. Bukan mau gue tidurin." Fira menepuk pundak Brian. Lalu salah seorang wanita datang kearah mereka. "Hai Fira, Brian, selamat ya. Album dan konser kamu laris manis." Kata wanita itu tersenyum dan menjabat tangan Fira juga Brian. Wanita yang Fira tahu bernama Ella ini adalah salah satu presenter terkenal . "Thanks ya El, " jawab Brian dan Fira juga mengucapkan terimakasih. "Oke deh, gue lanjut sama yang lain. Gue gak nyangka ketemu kalian disini." Ella melambaikan tangannya berpamitan . Lalu Brian menarik tangan Fira untuk ke lantai dansa. "Brian gue gak bisa joget-joget kayak gitu." Kata Fira membentak Brian dengan raut wajah yang sangat kesal. Brian dan teman-teman mereka yang lain bahkan melihat kearah mereka. Brian terkejut dengan Fira, kenapa dia harus berteriak dengan nya. Fira berjalan keluar dari club itu dan Brian menghela nafasnya. "Kalian lanjutin aja, gue susul Fira dulu" kata Brian kepada asisten dan teman-teman mereka yang ada disana. "Ra...Ra...Fira." panggil Brian mengikuti Fira dari belakang, hingga mereka sampai di tempat parkir mobil. Fira masih kesal karena Brian menariknya untuk kelantai dansa tadi. "Ra, sorry. Gue pikir loe bete disana, dan gue mau buat loe terhibur." Brian memegang kedua bahu Fira dan menatap kedalam mata Fira. "Loe nyebelin banget sih, aku udah bilang kan aku gak terbiasa ada ditempat seperti itu. Aku merasa aneh tadi. Kamu malah ajak aku ke lantai dansa, kamu mau buat aku malu didepan banyak orang ?" Fira mengomel panjang kali lebar, dan ini baru pertama kalinya Fira seperti ini. Brian bahkan tidak percaya ternyata Fira juga bisa secerewet ini. "Aku gak maksud gitu , maaf ya. " Kata Brian lagi tapi kali ini sambil menyatukan tangannya tanda dia memohon. Dan Fira menghela nafasnya, "Makasih ya sayang, " kata Brian membuat Fira melotot dan memukul bahu Brian. "Loh kok marah ? Kan kamu calon istri aku." Kata Brian lagi sambil mencolek dagu Fira, yang akhirnya membuat Fira tertawa geli melihat tingkah Brian. "Udah ah, cepetan buka nih mobil. " Brian hormat didepan Fira tanda dia siap melakukan apa perintah Fira. Dia membukakan pintu mobilnya untuk Fira lalu berlari menuju kursinya . "Kita mau kemana ?" tanya Brian . "Balik hotel aja deh, aku capek banget." Brian mengangguk lalu menjalankan mobilnya. Ini adalah mobil Brian yang ada di kota Medan, dia juga memiliki beberapa rumah dikota ini, rumah-rumah itu biasa dia gunakan untuk kepentinga syuting atau dia tempati saat berada di Medan. Tapi kali ini tidak bisa dia gunakan karena Fira meminta mereka untuk menginap di hotel saja. Saat didalam perjalanan pulang menuju hotel , tepat di lampu merah Fira melihat seorang anak perempuan yang bersama ibunya yang tidak bisa melihat itu bernyanyi dengan alat seadanya lalu meminta belas kasih bagi mereka yang melihat. Fira memakai topi yang kebetulan ada didalam tasnya lalu keluar tiba-tiba dari mobil Brian. Brian yang terkejut karena Fira turun tiba-tiba ingin menanyakannya kepada Fira tapi lampu jalan sudah berubah menjadi hijau. Brian terpaksa menjalankan mobilnya dan meninggalkan Fira yang sedang berbicara dengan gadis kecil itu. "Hei..," kata Fira yang berjongkok didepan wajah gadis kecil yang berusia sekitar 7 atau 8 tahun. "Ya, kakak siapa ?" Tanya si anak itu. "Oh iya aku belum memperkenalkan diriku." "Kenalkan aku Fira. Nama kamu siapa cantik ?" Anak itu menyalami tangan Fira dan tersenyum. "Aku Lia kak, ini ibuku." Kata anak itu dengan lembutnya. Fira menatap kesedihan di wajah anak kecil itu. "Lia kamu tidak sekolah lagi ?" Tanya Fira akhirnya. Anak kecil itu menggelengkan kepalanya, "Oh.. begitu. Mau kakak bantu mengamen malam ini ?" Anak itu menganguk lalu dia mengajak anak kecil itu mengamen bersamanya. Tepat saat Fira sedang bernyanyi dengan riangnya bersama anak itu Brian sambil berlari menyusulnya. Brian melihat Fira bagaikan bidadari yang sedang tertawa dan menjaga anak kecil itu. Fira bernyanyi sambil tertawa tulus, senyuman Fira, suara Fira, semua yang ada pada wanita itu sungguh sempurna dimata Brian. Membuat sesuatu dihatinya kembali bergetar hebat. Ditengah pandangannya kearah Fira, anak kecil itu menarik ujung kaos Brian. Pria itu melihat lalu tersenyum. Dia mengeluarkan tangannya dari dalam saku celana lalu menyentuh kepala Lia. "Terimakasih karena kamu membuatnta tertawa sebahagia itu gadis kecil." Anak itu tidak mengerti lalu menatap heran Brian. Brian tertawa lalu akhirnya mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah lalu memberikannya. Setelah itu Brian mengikuti Fira yang berjalan mendekati seorang wanita tua dan anak kecil tadi . "Lia, ini ada sedikit dari kakak." Fira mengeluarkan uangnya yang sudah dia gulung dan memberikannya kepada Lia. "Kakak baik sekali, terimakasih ya kak." Kata anak itu lalu mencium pipi Lia. "Buk...lihat buk, kita malam ini dapat banyak uang. Kita bisa kerumah sakit besok dan bisa beli beras buk." Kata anak itu mengadu kepada ibunya. "Makasih ya nak, kamu baik sekali." Ibu itu menyapu tangan Fira dengan sayang. "Lia tinggal dimana ? Mau kakak antar ?" Lia menggelengkan kepalanya. "Nanti mobil kakak kotor karena Lia dan ibuk." Fira tersenyum dan menggeleng. "Tidak apa-apa, ayo kakak antarkan pulang. Ini sudah malam, nanti ibu bisa tambah sakit kalau terlalu lama diluar rumah." Setelah itu Brian membantu Fira membawa Lia dan ibunya kearah mobil Brian yang sudah terparkir disebrang jalan. Sebelum sampai dirumah anak kecil itu Fira meminta Brian berhenti di supermarket tempat Brian mengisi bahan bakar mobilnya. Fira membeli banyak makanan, Roti, snack, dan juga beras. Ada telur, mie instant, nuget kemasan, juga buah-buahan. Setelah meletakkan barang-barang itu dibagasi mobil, Fira memberikan sekantong ice cream kepada Lia. "Ayo makan." Kata Fira membuat Lia tersenyum . Ini pertama kali bagi anak itu memakan ice cream seperti ini. Fira memberikan roti yang sudah dia bukakan kepada ibu Lia untuk dimakan, sedangkan dia sendiri memakan ice cream. Brian yang duduk dibangku pengemudi hanya mampu tersenyum melihat kebahagian Fira. Setelah mengantarkan Fira dan ibunya dirumah sewa mereka, Fira dan Brian kembali menuju hotel mereka. Fira menarik nafasnya mengingat bagaimana kondisi Lia dan ibunya. "Jangan terlalu dipikirkan, itulah kehidupan ini Ra. Kita hanya bisa mendoakan Lia dan ibunya agar bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti kamu. Dan ayah Lia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik." Ya tadi mereka sempat bertanya dimana ayah anak kecil itu, dan jawabannya adalah ayah Lia adalah seorang pemulung yang penghasilannya tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup tiga anak dan istrinya yang sakit-sakitan. "Brian, apakah dirumah kamu yang ada disini tidak membutuhkan perawat kebun ?" Tanya Fira sambil tersenyum. Brian heran lalu menjawabnya. "Tidak, pembantu dirumahku bisa mengerjakannya . Ada apa ?" "Ah...kalau begitu tidak masalah jika kau memperkerjakan satu orang untuk merawat halaman rumah mu yang luas itu kan ?" Fira menaikkan kedua alisnya naik turun. "Oh...ayolah Brian, menambahkan satu pekerja tidak akan membuatmu jatuh miskin." Brian tertawa dan Fira tersenyum. "Apapun asal kau bahagia akan kulakukan Ra,." Oh...Fira tersentuh dengan kalimat itu, ditambah senyuman Brian yang saat ini menghipnotisnya. Mobil yang sudah terparkir membuat Brian bisa lama-lama melihat kearah Fira dan jarak mereka semakin dekat karena Brian semakin mendekat kearah Fira. Pandangan mata Brian jatuh kepada bibir Fira , dia menyentuh bibir Fira lembut dengan bibirnya . Mengecupnya lalu membenarkan rambut Fira . "Kamu seperti bidadari yang jatuh dari langit Ra. Kamu sangat luar biasa," Pipi Fira merona , ya ampun dia baru ingat dia melakukan dosa barusan. Brian yang mengerti kecanggungan Fira turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Fira. "Silahkan bidadariku," kata Brian mempersilahkan Fira turun dan Fira akhirnya tertawa. Mereka berjalan memasuki hotel dengan pikiran masing-masing. Tepat saat Brian mengantarkan Fira didepan pintu kamar hotelnya Brian menarik tangan Fira dan menatap mata Fira seperti tadi. "Brian...ini..." ucapan Fira terhenti saat Brian menempelkan telunjuknya dibibir Fira. "Mau kah kau menjadi kekasihku Ra ?" TBC...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN